"Kenapa nggak bilang mau kesini?" Tanya suara itu yang semakin mendekat. Tolong jangan mendekat kesini menjauhlah dari meja ini dan dari hadapanku. Aku tidak ingin bertemu dengannya di saat seperti ini, ini waktu yang jelek.
Ayah melirik kearahku dengan pertanyaan mudah namun susah untuk dijawab olehku 'Siapa dia?'
"Selamat siang, Om? Saya Kentara Dimas"
Ayah melirik sekilas Kent dengan pandangan menyelidik dari atas ke bawah. "James Black"
"Senang bertemu dengan Ayahnya, Nana" Aku melotot padanya. Tuhan, kenapa di setiap hal yang menyenangkan maupun menyedihkan selalu ada dia yang ikut serta. Apa dia memang di utuskan untuk bersamaku? Tapi aku minta dia di tukar sama yang lebih muda dong? Kalau bisa itu juga.
"Apa kabar, Ta?" Tanya Kent padaku secara sopan. Kent masih berdiri di dekat meja kami, memakai pakaian santai.
"Baik, Om!" Jawabku sengaja menekankan kata Om padanya.
"Kalian saling kenal?" Sekarang Ayah sudah tidak focus lagi pada makanan di depannya, dia lebih tertarik pada pria tua di depan kami.
"Iya, kita-"
"Om Kent ini temen Kak Ghea, Yah" Potongku sebelum Kent menjawab. Aku tidak akan membiarkan dia ngomong yang macam-macam. "Dan kita ketemu di pernikahan Kak Alana"
"Oh, begitu?"
"Benar, Om" Jawab Kent.
"Ya sudah kalau begitu, gabung aja sama kami biar tambah rame. Kebetulan juga lagi ada yang cemberut nih" Ayah kenapa ngajak dia gabung sama kita? Bisa berabe deh.
"Terima kasih, Om?" Bah. Kenapa juga dia harus duduk di sebelahku? Kan masih banyak ruang kosong.
"Jangan sungkan. Ayo mau pesan apa?"
"Iya, Om. Nanti saja, saya lebih penasaran sama Tata yang cemberut?" Tanya nya yang pura-pura polos. Dasar penipu. Sudah jelas semua permasalahan yang ada dalam diriku bermula darinya.
"Kata orang rumah, Tata, nggak di apelin sama pacarnya selama dua minggu"
Gubrak!!!
Lalu terdengar kekehan dari sebelahku.
Najis lo!!!
"Oh gitu, ya ... ?" Tanya Kent dengan santai.
"Jadi, Nak Kent, asalnya dari mana?" Maunya Ayah apa sih? Nanya-nanya kagak jelas.
"Saya tinggal di Bandung dan kebetulan saya juga sibuk mengurus perusahaan di Jakarta, termasuk café ini"
Anjir.
Dia kaya juga. Bagus banget buat prospek masa depanku, tapi sayang dia udah tua buat masa depan aku.
"Wah ... hebat juga ya, Nak Kent." Suara Ayah terdengar sangat bangga.
"Terima kasih?"
"Na, begini nih kalau cari calon suami"
Hah.
Aku bosan dengar pujian terima kasih. Lebih baik aku ke toilet buat mengecek penampilanku. "Aku ke toilet dulu, ya?" Pamitku berdiri dari dudukku. Aku merasa seseorang menatapku dari belakang saat aku berjalan ke toilet.
Klik
Aku merasa pintu toilet terkunci.
"Tata, sayang ... ?"
Seluruh bulu kundukku berdiri saat mendengar bisikkannya yang mendesah.
"Om, sini kuncinya?" Pintaku melotot. Dengan jurus andalanku berkacak pinggang.
![](https://img.wattpad.com/cover/42750288-288-k796395.jpg)