Bab - 14

46.8K 1.1K 64
                                    

"Wah ... Parah banget gaya pacaran kalian! Udah kebarat-baratan, awas bunting duluan." Kata-kata itu terus berulang keluar dari mulut cantik Maura sesampainya di rumahku. Dia rencananya mau pinjem salah satu film barat.

"Parah mana sama situ?" Aku mencari filmnya di tumpukan dvd ku yang udah dua dus penuh dan semua bajakan. Hahahaha. Kecuali Idola sungguhanku yang semuanya Ori.

Aku ingat dengan salah satu kisah tragis yang dialami mata indahku. Aku pernah liat Maura lagi jilatin juniornya Nara di dalam mobil, waktu itu aku mau kerumahnya. Dan kebetulan di depan rumahnya ada mobil Nara yang sedang terpakir, karena rasa kepoku yang luar biasa aku sengaja mengintip dan di dalam itu mobil ada Maura sama Nara yang lagi begituan.

"Yey, aku mah udah dapat lisensi dari Ortu. Nah dirimu? Kasian! Masih kagak jelas mau dibawa hubungan kalian." Dia mencibir sambil tengkurep di ranjangku. 

"Idihhhh .... Siapa yang nggak jelas? hubungan kita tuh udah jelas banget. Malah Aku juga udah dapet ijin buat nikah sama Kent." Aku nggak mau kalah sama dia. Enak aja ini anak.

"Maca cih? Bukannya tadi siang di kamar mandi mewek-mewek pengen di kawinin sama Kent."

Sudah habis semua tenaga dan kesabaranku. Aku berlari dan langsung loncat menindih punggung Maura. Menarik rambutnya keras-keras. Mampus ini anak orang.

"Tanteeeeeeeee .... " Panggil Maura.

Aku langsung menutup mulut Maura dengan tanganku. Bisa gawat kalau sampai Ibu tahu, dia bisa menghukumku lagi.

"Aku nggak jamin mau pinjemin dvd ku." Bisikku yang masih membekap mulutnya.

Maura berusaha melepaskan diri dengan kuat.

"Mayzura, kesempatanmu tinggal beberapa saat lagi." Bisikku semakin menindih punggungnya.

Geraman Maura semakin meraung.

Apa aku kurang makan atau aku sudah Nggaa kuat lagi. Tiba-tiba tubuhku terlempar kebawah ranjang dengan pantat mendarat terlebih dahulu. Rasanya sakitttttt ... !!!!

"Maura!!!" Teriakku loncat lagi kearahnya.

"Apa?" Maura dengan kekuatan supernya mendorongku lagi. "Rasain ini." Teriaknya menendang pantatku lagi.

"Ihh ... sakit." Aku nungging dengan pantat yang nyut-nyutan.

"Aku dilawan!" Kata Maura bangga. "Dimana filmnya?" Tanyanya kesal.

Aku menunjuk lemari. "Ini belum selesai." Desisku.

"Aku tunggu pembalasanmu."

/

"Om, aku cantik gak?" Aku gugup. Beberapa kali memperhatikan bajuku. Aku sekarang berdiri di depan pintu rumah orangtua Kent buat menuhin undangan makan.

"Cantik!" Jawabnya tersenyum  "Tapi lebih cantik jika telanjang." Lanjutnya mencubit pantat aku.

"Om ... !" Aku balik mencubit perutnya. Yah ... Kagak dapet dagingnya. Perutnya keras.

"Apa sih?" Dia bertanya, melangkah mundur dari sampingku. "Aku nggak tahan nih." Aku merasa dia ada di belakangku. Memeluk dengan erat dengan mulutnya sudah menelusuri leherku.

"Om ... " Rintihku.

Cklekk.

Pintu terbuka.

"Mami ... ?" 

"Tante ... ?"
 
"Ya ampun! Pantesan Mami berasa denger suara desah-desah gitu. Ternyata kalian? Ckckck .... Mami jadi pengen nyusul Dadmu ke Amerika, Kent." 

Kentara DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang