"Om ... !!!" Teriakku sambil mendorong kepala Kent menjauh dari dadaku. Sudah setengah jam wajahnya menempel di dadaku, kaya lem aja. Aku aja yang di tempelin merasa gerah dan lembek di area dadaku."Hmm ... " Jawabnya bersenandung senang. Nggak dada sekarang leher jadi korbannya. Aku berasa mandi air liur nih.
"Udah dong, jangan mainin terus dadaku. Bisa diam nggak tuh tangan ma bibir? Dari tadi berselancar di kulitku." Aku menarik rambutnya.
Dia mendongak.
"Abis gimana dong? Yang bawah kagak boleh di tusuk jadi yang area atas aja di mainin." Dia menjilati daguku. Ih rasanya aneh.
Kok aku merasa jadi korban pelecehan yang ikhlas dengan menerima setiap sentuhan darinya dengan suka rela dari pria tua seperti ini. Mau di apain juga siap aja. Malah semakin ketagihan.
"Tusuk apaan sih? Aku nggak ngerti!" Aku merasa tanganku gerak sendiri nih. Masa dia ngeremas pantat Kent yang keras.
Kent mengerang enak.
"Tusuk donat milik, Tata, dengan Dedek ku."
Berpikir cepat. Cepat.
"Idih ... mesum amat sih Om." Aku menepuk pantatnya. Hehe ...
Aku merasa pantat Kent adalah yang paling enak pas di sentuh di antara semua bagian tubuhnya.
"Tata juga mesum tau. Main pukul pantat aku." Ujarnya sok manja. Datang lagi sikap lebaynya deh. "Nggak sembarang orang bisa sentuh pantat seksiku. Sayang, kamu yang paling beruntung bisa menyentuhnya."
Beruntung dari mananya coba?
"Sayang, nggak sekalian sentuh dedek?" Kedipnya.
"No!" Jawabku langsung. "Om, terlambat sih. Sekarang aku udah sadar." Aku berusaha turun dari pangkuannya.
"Bisa aja nih, cintaku." Tangannya menampar pantatku cukup keras, sampai aku menjerit terlalu kaget.
"Jadi ceritanya balas dendam nih?" Selidikku menggoyangkan alis kiri.
"Balas dendam apa, sayang?" Kent menyeringai.
"Udah ah, panjang ceritanya. Ulang yuk? Malem nih." Aku mencium pipinya. Bukannya nggak mau berdebat panjang sama dia. Aku harus segera pulang sebelum hukuman rumah menanti.
Dia mengangguk patuh kalau sudah dicium pipinya. Aku jadi tahu titik lemahnya ini beberapa hari. Dasar pria tua.
"Ta, gimana jawabannya?" Aku melirik Kent yang konsentrasi menyetir. Jawaban soal apa sih?
"Jawaban apa?"
"Soal ajakan aku, nikah."
Oh oh!
Aku bingung mau jawab apa. Nikah atau nggak ya ... ? Aku butuh sesuatu buat ngalihin otakku dari pertanyaan Kent yang berat ini dan pas banget ada lagu Taylor Swift di Radio.
I'm Swifties. Hohoho.
I don't know about you
But I'm feeling 22
Everything will be alright
If you keep me next to you
You don't know about me
But I'll bet you want to
Everything will be alright
22
22
22"Tata, di jawab dong?" Rengeknya manja-manja.
"Ya udah pas umur 22. Aku mau di ajak nikah, Om." Jawabku spontan.
"Tata, saat itu umur aku 39 tau!" Dia teriak. Lebay.
"Emang kenapa?" Aku menyipitkan mata ke arahnya. Lagi-lagi Kent menghentikan mobilnya. Ini orang hobi banget berhenti di pinggir jalan. Tapi bentar deh, setelah aku liat-liat ini bukan di pinggir jalan sepi, tapi di depan Mini market.
![](https://img.wattpad.com/cover/42750288-288-k796395.jpg)