"Ra BANCET! Dimana sih? Aku udah dari tadi nunggu di sini." Habis sudah semua emosiku yang terkumpul gara-gara menunggu anak jin yang belum datang juga. Dia sendiri yang minta ketemu di toko buku jam satu siang dan dia juga yang belum datang di saat jarum jam sudah menunjuk angka dua.
"Nana lovely maaf banget. Aku keboboan cantik, ini sekarang abis mandi. Tunggu santai aja ya ... Aku pasti datang padamu." Katanya tidak bersalah.
"Ra, sumpah banget atas nama para hantu di alam ini. Aku pengen banget nyantet kamu dengan rasa sakit yang luar biasa, melebihi rasa sakit di selingkuhin Wira." Cinta pertamanya yang berakhir tragis.
"Ih sereeemmm amat! Jangan dong sayang. Ntar aku hantui kamu lho ... Siang malam. Inget, kamu tuh masih punya utang banyak sama aku." Hahaha
Tawa cemprengnya menggema di gendang telingaku.
"Santet aja tuh, Wira." Katanya sok serius, padahal dulu sayang-sayangan.
Manja-manjaan.
"Eh ... Siapa yang punya utang banyak? Kagak salah? Perasaan situ yang dari dulu suka minjem duit dari harga permen karet seratus perak." Aku nggak mau kalah sama omongan Maura yang kadang suka ngawur.
"Itungan banget sih sama sahabat sendiri. Apa nggak inget kita ini sudah susah seneng bersama."
"Ingetlah. Cuma beda dong masalah utang." Ayo Maura mau sampai dimana?
"Hmm ... Mmmm ... Rasanya kepalaku penuh dengan curhatan mesum seseorang." Bersenandung ala Mak lampir.
"Eh?" Tanyaku spontan.
"Kok mulutku jadi gatel begini." Lanjut Maura
"Maura, ngancem nih ceritanya?" Godaku tersenyum.
Anjir sumpah ini anak pake bawa-bawa rahasia gelapku segala.
Maura tidak langsung menjawab. Dia malah tertawa di ujung telepon.
"Apa sekarang aja aku upload tuh video xxx ke youtube?" Ding. Tawanya langsung berhenti dan hanya ada keheningan. Saat aku balik menyerangnya.
"Gila! Nana aw-"
"Udah ah males." Aku menutup teleponku.
Lalu sekarang aku harus kemana? Nggak ada tujuan. Hari ini berantakan dan mood ku udah jelek banget buat lanjutin aktifitas selanjutnya? Paling pulang kerumah terus molor deh.
"Nana ... ?" Panggil suara familiar dari belakang.
Siapa ya?
Berbalik kearah suara. Ada Kak Alana sama suaminya yang nggak kalah ganteng dari Kent. Tersenyum manis sekali.
"Kak Alana?" Kak Alana jauh lebih cantik dan tampak bahagia dari terakhir ketemu. Disamping Kak Alana ada suaminya yang nggak nakutin lagi kaya dulu.
"Nana, seneng banget bisa ketemu." Kak Alana langsung meluk aku erat sama aku juga kangen banget sama kakak sepupu yang satu ini.
"Sama dong Kak. Apalagi aku khawatir banget saat denger soal Kakak dari Ibu sama Kak Ghea"
Sial.
Kenapa aku nggak bisa jaga mulut yang cantik ini dengan baik. Pasti Kak Alana bakalan sedih lagi.
"Nggak kok. Kakak sendiri malah bersyukur dengan kejadian itu" Tangan kanan Kak Alana meluk pinggang suaminya. Dih mesranya. Kapan ya aku bisa gitu?
"Nana, saya denger dari Kent. Katanya kalian mau menikah ya?" Untuk pertama kalinya aku dengar suara suami Kak Alana secara langsung. Suara beratnya bercampur dengan kami.
![](https://img.wattpad.com/cover/42750288-288-k796395.jpg)