Bab - 21

17.4K 533 33
                                    

"Pagi para penghuni meja makan." Sapaku sebelum duduk. Sarapan kali ini terasa berbeda, aura gelap menyelimuti.

"Suram sekali pagi ini." Celetuk ibu yang pura-pura sibuk menyiapkan makanan. Tapi dari sudut mataku, ibu seperti menahan tawa.

"Moga aja nggak ada hujan petir." Kuperhatikan dari sini wajah Ayah keliatan kusut benget.

"Tapi tadi diberita bakal ada hujan sama petir, cuma khusus buat rumah ini saja." Ini Ibu sendiri kok begini amat sih? Bukannya bantuin buat cairin suasana suram ini. Ini? Malah ngomporin. Dasar emak-emak.

"Jangan gitu lah, Bu. Nanti kalau beneran rumah ini kena azab gimana? Mau kisah kita masuk ftv gajelas di tv?" Tanganku sudah mengambil segelas susu putih untuk di minum tapi berhenti begitu saja di tengah bibirku saat Ayah..

"Nggak malu masih minum susu? Padahal semalam di mobil ngelakuin itu."

"Itu.. Apa, Yah?" Tanya Ibu pura-pura kaget.

Astaga kenapa harus dibahas lagi sih?  Padahal aku ngira udah nggak ada apa-apa setelah ceramah semalam. Tau ah, kalau gini mah mending nggak usah turun buat sarapan.

"Tanya langsung sama orangnya." Delik Ayah padaku.

Ya ampun.

"Semalam ngapain di mobil sama Kent"

Cipokan lah.

"Orang semalam kita berdua cuma ngobrol doang. Masa iya aku ngelakuin dosa." Anjir, bohong terus aja biar dosa makin banyak. Tapi nggak papa juga bohong demi kebaikan ini.

"Ngobrol sampe digigit nyamuk gitu ya?" Tangan Ibu sudah menarik kerah kaosku. Ada beberapa bercak merah yang terpampang begitu nyata.

"Ckck.. Kalau nggak disuruh masuk kerumah pasti mobil tuh goyang-goyang." Dengus Ayah sambil melotot padaku.

"Ayah, nggak bakalan kaya gitu tau. Aku masih suci, masih anak perawan."

"Nggak bakalan bisa jamin sampai akhir." Pandangan lurus kearahku dengan.

"Aku janji bisa jaga diri kok, percaya aja sama aku."

"Ayah sih percaya sama kamu, Na. Tapi sama tua bangka itu, No. Keliatan banget dia bernafsu sama kamu."

"Aya_"

"Benerkan, Bu?" Tanya ayah pada ibu yang dijawab anggukan. "Harusnya dia umur tiga puluh empat udah married, punya anak lah. Ini malah dapat gadis muda yang cantik terus pintar lagi."

Buset, kok ayah bisa sampai ngomong begitu ya. Jangan-jangan selama ini dia udah simpan sumpah serapah buat, Kent. Jadi pas ada peluang macem gini, Ayah, nggak bisa tahan.

Tapi sebenarnya yang diomongin Ayah itu bener semua tentang Kent. Hahaha

"Sudah ya, nggak enak banget pagi-pagi bahas keperawanan apalagi di meja makan." Celetuk Ibu. Ayah sedikit lebih baik, wajahnya tidak tegang lagi. Terima kasih, Bu, sudah bantuin bikin suasana yang tegang ini lebih santai.

"Na, ingat ya, dua tahun lagi kamu harus bisa jaga diri, dua tahun lagi. Jangan sampai tergoda sama rayuan tua bangka itu."

Anjir.

-

Hari ini sepertinya tidak akan terus suram. Berbaring diranjang kamarku dan merenung tentang semua ini.

Fix. Sarapan tadi adalah momen paling suram dalam seminggu terakhir ini. Dapat ceramah tentang keperawananku yang masih disegel. Ayah yang udah nunjukin sifat aslinya tentang Kent, Ibu yang lebih banyak ngeledek bukan ngebelain.

Aku harus mencari hiburan, tapi kalau  pergi keluar suasana rumah masih tegang. Bisa-bisa aku kena omel lagi.

Berarti solusi utama saat ini adalah menelpon, Om Kent.

"Sayangku, kangen ya?" Suara Kent terdengar seneng. Iya dong, jarang-jarang aku nelpon dia duluan.

"Aku mau cerita nih." Suaraku sedikit pelan. Lah lho, kenapa jadi pengen nangis.

"Iya mau cerita apa, cintaku, sayangku dan kasihku." Dengerin dia ngomong gitu kok jadi gelo sendiri.

"Aku kena omel sama ayah soal semalam."

"Udah nggak papa sayang, jangan sedih. Ada aku disini untukmu." Suara Kent tiba-tiba berubah jadi serak. Wah ini mah..

"Om, jangan merangsang dulu ih.. " Ini om-om kebangetan banget. Orang lagi serius masih mikirin otongnya.

"Sayang, aku tiba-tiba tegang gini. Ini harus dibantu keluar dulu nih biar lemes dedeknya." Suara Kent makin serak dan kenapa tubuhku jadi merinding gini.

"Aku harus ngapain om?" Astaga kenapa aku nanya kaya gitu.

"Coba bayangin aku diatas kamu.. "

"Terus?" Tanyaku sambil menutup mataku. Mencoba membayangkan tubuh besar Kent menindih ku.

"Bibir aku ada dileher putih, Tata."

"O- Om.. " Erangku tanpa sadar.

"Bibirku turun ke dada terus turun sampai kebawah.. "

"Kent.. "

"Lidahku ada di vagina, Tata, menj.. "

"Nana!" Dukduk

"Nana, buka pintunya." Dukduk. Pintu kamar tiba-tiba berbunyi. Membuyarkan semua fantasi ku yang sedang dibangun.

"Iya bentar." Teriakku masih mencoba menenangkan diri.

"Sayang, aku belum beres ini." Suara Kent kecewa.

"Nanti lanjutnya, Om, langsung live action aja. Aku harus buka pintu kamar." Kataku turun dari ranjang dengan ponsel masih menempel di telinga.

"Ashiap sayangku, live action di kamarku. Ya udah sayang, sampai nanti. Tapi ingat selalu aku selalu cinta kamu bidadariku. Muachhhhh...."

Haduh.

Saat pintu kamar terbuka, sesosok makhluk cantik tapi masih cantikkan aku  tersenyum lebar.

"Sepupu, lagi ngapain? Phone Sex?"

Tuhkan, hari ini hari paling suram. Terus aja datang gangguan.

"Apasih, Kak Ghea, aku lagi telpon biasa sama, Kent." Kak Ghea masuk ke kamarku tanpa permisi-permisi. Dia langsung tiduran di ranjang.

"Eh bentar, ini seprei nya udah di ganti belum?  Takutnya masih ada sisa bekas tadi." Tawanya mengisi kamarku.

"KAK GHEA!!!!!!!" Teriakku sambil menerjang kearahnya.


---

Makin ngawur aja 😔 tapi mulai semangat lagi buat lanjut walau makin aneh. Terima kasih yang sudah baca 💋

Kentara DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang