Bab - 23

15.4K 520 57
                                    

"Jam berapa ke Bandung nya?" Perhatianku teralihkan oleh pertanyaan Kent. "Sore atau malam sih, soalnya aku nunggu, Kak Ghea juga."

"Kalau mau nyusul besoknya aja. Aku masih trauma sama Ayah." Kejadian di mobil sudah beberapa hari berlalu tapi Ayah masih aja suka nyindir.

"Iya, sayang aku juga ngerti kok." Kent yang duduk disebelah tiba-tiba menarik lenganku. "Aku kangen." Tubuhku sudah ada dipelukan Kent.

"Om, ada apa? Tumben cuma minta segini." Godaku.

"Kangen." Pelukan Kent semakin erat. "Yang, aku beruntung banget bisa dapetin kamu. Nggak sia-sia selama ini aku nggak pernah serius sama cewek. Sekalinya serius malah dapetin cewek yang perfect buat aku. Ta, aku cinta banget sama kamu, jangan pernah ninggalin aku ya."

"Iya, Om, aku nggak akan ninggalin kok. Do'ain ya biar cintaku nggak luntur."

"Ihhh sayang! Jangan ngomong gitu dong." Rengeknya sambil cium-cium leherku.

Ya Tuhan aku geli kalau dapat perlakuan begini. Kita tuh kaya pasangan abg saja.

Bibir Kent sudah berpindah ke rahangku.

"Sesekali biar aku yang layani." Bisikku parau. Bibirku sudah menekan bibir Kent yang lembut, rasanya bibir Kent semakin lembut dan enak dicium. Mata Kent tertutup dan tubuhnya tegang di bawah sentuhanku.

Saat gigi ku menggigit bibir bawahnya dan tiba-tiba tubuhku melayang dibawah  Kent.

"Dasar gadis nakal." Bisik Kent. "Tata, harus dihukum nih."

Perlahan Kent membuka kancing kemejaku dengan bibirnya yang tidak tinggal diam. Bibirnya berselancar di leherku.

"Kent.. "

"Apa, sayang?"

Tangan Kent sudah melepas ikatan bra ku.

Perlahan tapi pasti, Kent sudah membuatku setengah telanjang. Dia selalu diam saat melihat tubuhku yang polos, seakan-akan terpesona.

"Sayangku selalu cantik seperti biasanya." Mulut Kent sudah mencium salah satu payudaraku, memutar-mutar lidahnya disekitar putingku yang pasti akan bengkak.

"Oh!" Sentakku saat merasakan cubitan di payudaraku yang lain.

"Enak?" Tanya Kent parau.

Aku hanya mengangguk pasrah. Sial ini rasanya selalu enak.

-

"Om, kapan pestanya nih?" Tanya Kak Ghea disebelahku. Menyeringai tidak sopan.

"Pesta apa?" Ayah menoleh belakang pada Kak Ghea. Sore ini kita berangkat ke Bandung untuk liburan. Ayah duduk didepan bersama supir dan kita para wanita duduk di belakang.

"Om, Nana, bilang dia mau nikah sama pacarnya yang tua itu." Ew, itu kata tua dibawa segala.

Aku merengut tidak suka. Pasti selama perjalanan ke Bandung, nasibku akan jadi pergunjingan keluarga sendiri.

"Ghea, cariin cowok yang seumuran sama, Nana. Om,takut dia kemakan bujuk rayu pria tua itu." Kekehan suara Ibu terdengar pelan dan ditahan di sebelahku.

"Sebut aja namanya, Yah." Sindirku.

"Bakalan susah Om. Nana mah sudah ngebucin sama Om-om."

"Kak Ghea!" Cubitku di lenganya.

"Sakit!!" Teriak Kak Ghea mengusap lengannya yang ku cubit.

"Kalian di mana-mana ribut." Kata Ibu dengan nada bosan.

"Na?" Panggil Ayah.

"Ya, Yah, ada apa?"

"Itu tanda merah di dekat dagu bekas apa?" Suara ayah tajam dan dingin.

NJIR!!!

"Mampus." Bisik Kak Ghea di sela-sela senyumnya.



###sampai jumpa lagi di entah kapan 🤣

Kentara DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang