Bab - 5

45.3K 1.1K 36
                                    

Aku sudah lebih dari tiga puluh menit berdiri di depan cermin memperhatikan pantulan diriku yang polos. Ya, aku tidak memakai apapun untuk menutupi tubuh indahku ini. Satu hal kenapa aku sampai berdiri telanjang di depan cermin besar kamarku, itu karena aku punya satu permasalahan besar dalam hidupku. Payudaraku besar sebelah!!!

Aku nggak lagi bercanda nih, aku malah takut buat liat dadaku sendiri. Tapi kalau takut terus gimana mau selesai permasalahanku ini? Dengan keberanian yang sudah terkumpul, aku mencoba untuk terus memperhatikan dadaku secara mendetail. Apa benar dadaku tumbuh tiap malam satu Cm? Dan ini sudah hari ke sembilan, berarti pertumbuhannya sudah mencapai sembilan Cm. Tapi kok aku ngerasa sama saja dadaku nggak besar sebelah. Jangan-jangan itu alasan palsunya buat megang lagi dadaku yang kenyal dan montok ini.

"Na?" Panggil dari luar kamar. Aku cepet-cepet memakai jubah mandiku agar terkesan mau mandi bukan mau bikin video porno. Hahaha

"Ya," Jawabku sambil membuka pintu kamar. Ibu berdiri di depan pintu dengan pakaian yang sudah rapi. Rapi amat ibu-ibu ini.

"Jagain rumah ya ... Ibu mau nemenin ayah ke acara kantornya," Ya elah nggak usah di suruh juga kali. Aku pasti bakal jaga ini rumah, wong rumah ini bakal jadi milik aku juga.

"Bawain aku laki muda aja," Jawabku frontal sambil mengetuk-ngetukkan kakiku ke lantai.

"Yang matang belum cukup gitu?"

Idihhh ....

Apaan bawa-bawa kata matang? Mengingatkanku saja pada pria super gila dan berengsek yang sudah membuat hidupku naik turun kaya BBM. Namun untungnya dia pergi ke luar negeri untuk perjalanan bisnis. Kok aku bisa tahu ya? Ya tahulah kan dia sendiri yang bilang padaku sebelum berangkat. Kepergian dia yang sudah sembilan hari lebih adalah hari yang terbaik dalam hidupku setelah dia masuk begitu saja dalam kehidupanku merusak semua hal indah dalam hidupku. Dengan kepergiannya sama saja dimana dia mengurangi masa tuaku untuk terus mengumpat. Oh indahnya hidupku ini .... Jauh dari pria tua itu.

"Udah ah ... sana pergi. Aku benci orang itu!" Sungutku melotot.

Ibu tertawa sampai aku masih bisa mendengar suaranya menuruni tangga. Ckckc girang sekali ibu cantik ini.
Masih penasaran dengan dadaku, aku kembali memeriksa mereka dengan meraba keduanya secara bersamaan untuk mencari perbedaan yang mendasar. Memeriksa dengan jurus tenang dan jangan terburu-buru. Aku merasa keduanya masih sama besarnya tapi ada sesuatu yang aneh ... dadaku yang sebelah berasa berisi dan kenyal dan itu dada yang ...

Tok tok tok

"Non, ada tamu." Suara Mbak Ani yang sudah lama bekerja di rumahku.

"Siapa?" Tanyaku dengan volume keras cukup keras.

"Katanya pacar, Non"

Pacar?

Pacar dari mana coba? Emang aku banyak yang naksir tapi nggak ada yang menarik hatiku sampai berdenyut bertalu-talu. Apa aku nggak normal ya? Aku juga suka aneh sendiri. Btw aku kan masih Sweet Seventeen dan nggak boleh dulu pacaran nanti bisa lupa pelajaran sama tugas aku sebagai pelajar yang teladan. Kalau pacaran sekarang yang ada malah pegang-pegangan bukan belajar terus raba-rabaan lupa deh menghapal pelajaran. Berabe kan?
Pegang-pegangan? Yang ada aku terus di pegangin, di raba dan meraba pula punya nya...

Aku bergidik ngeri mengingatnya.

"Bilang padanya ... aku lagi males punya pacar dan aku nggak punya pacar!"

"Iya, Non"

Aku melepas jubah mandiku lalu memakai kaos oblongku yang sudah penuh dengan bau segala rupa, tak lupa celana pendek sebagai bawahannya. Aku bersiap untuk tidur. Bodo amat ah dengan menjaga rumah, lagi pula disini udah banyak yang jagain.

Kentara DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang