nine

469 31 6
                                    

Seorang pria yang sedang berkendara tiba-tiba menghentikan mobilnya di tepi jalan yang cukup sepi malam itu.

Siluet matanya tak sengaja menangkap sesuatu yang tergeletak disana.

Dia segera turun dari mobilnya dan berjalan mendekati apa yang dia lihat,

"Milik siapa ini? Kurasa aku pernah melihatnya,"

Pria itu mengambil sebuah tas kecil berwarna biru muda dengan gantungan rubah yang tergeletak diatas rerumputan trotoar.

Karena terasa familiar dengan tas kecil itu, dia memeriksanya lalu menemukan sebuah buku diary kecil dan handphone yang tidak menyala didalamnya.

Sekarang pria itu ingat. Tas ini milik gadis yang menabrak mobilnya satu minggu yang lalu.

Ya. Waktu pria itu membawa seorang gadis ke rumahnya beberapa hari yang lalu, gadis itu menyoren tas kecil berwarna biru muda dengan gantungan rubah ini dipinggangnya.

"Lana, ini pasti milik Lana." ucapnya menyakinkan bahwa tas kecil yang ada digenggamannya memang milik gadis itu.

Arman masuk kembali kedalam mobilnya sembari membawa tas kecil itu bersamanya.

Lalu dia melajukan kembali mobilnya membelah jalanan kota malam itu.

**

"Cepat cari dimana rumah sakit itu, aku ingin informasinya sekarang juga!"

"Baik tuan" setelah mendengar jawaban dari orang suruhannya, pria itu langsung menutup teleponnya.

"Ahh!! Siall!!"

Pria itu melempar handphone yang ia pegang dan memegang rambutnya frustasi,

"Tidak mungkin Lana-ku yang sangat aku jaga mati-matian sekarang sedang sekarat karena orang lain,,," Pria itu sangat marah dan meneteskan air matanya tanpa dia sadari,

"Setelah semua yang terjadi, aku tetap diam seperti apa yang orang tuamu katakan Lana. Tapi sekarang tidak lagi, aku akan membawamu kembali bersamaku dan bila perlu aku akan merantai kakimu agar kau tidak bisa menjauh sedikitpun dariku,,," ucapnya dengan nafas yang memburu.

Tepat disaat pria itu sudah membuka botol win dan akan meneguknya, handphonenya kembali berbunyi yang menuliskan nomor orang suruhannya.

"Tuan kami sudah menemukan rumah sakit dengan nama pasien yang anda perintahkan. Saya sudah mengirimkannya kepada anda."

Arman meneguk win itu lalu menyeringai.

"Baik," pria itu mengecek alamat rumah sakit yang dikirimkan oleh orang suruhannya lalu bergegas pergi dengan membawa pistol ditangannya.

**

"Bagaimana operasinya dokter? Anak saya baik-baik saja 'kan dok?"

Pria paruh baya dan wanita paruh baya yang menunggu di luar ruangan operasi putrinya. Khawatir terlihat ketara diwajah keduanya.

"Operasinya berjalan lancar. Nona Lana sudah sadar dan membuka matanya tiga puluh menit yang lalu tapi sekarang dia sedang tidur karena kami suntik obat. Mohon maaf belum ada yang boleh menemuinya sekarang,"

Ayah dan ibu Lana hanya mengangguk lalu berterima kasih kepada dokter yang sudah menyelamatkan nyawa putrinya.

"Silahkan kalian bisa urus biaya administrasinya terlebih dahulu.." ucap dokter itu memberitahu.

"Saya sudah mengurus biaya administrasinya. Terimakasih dokter..." Seorang menghampiri mereka dan bergabung dengan percakapan itu.

"Baiklah kalau begitu, mari..." dokter itu pergi menyisakan tiga orang diluar ruangan itu.

"Evans? Kau nak Evans?" Ayah Lana bertanya kepada pria dihadapannya.

Tentu saya ayah dan ibu Lana mengenali Arman, Arman adalah calon suami Lana sebelum Lana hilang ingatan dan sebelum Lana dinikahkan dengan Zhafir.

"Benar... Anda mengenal saya? Padahal saya tidak akan sedih walaupun anda sudah lupa siapa saya."

Arman nampaknya serius dalam ucapannya kepada pria paruh baya itu, ayah Lana hanya diam tidak tahu harus berkata apa.

"Terimakasih nak Evans. Terimakasih banyak sudah menolong biaya administrasi putriku, aku berhutang kepadamu..." ucap ibu Lana, sedangkan ayah Lana masih diam dan tidak mengeluarkan suara.

"Tidak Bu." Pria itu menjeda ucapannya, "Sebenarnya kedatanganku kemari tidak ingin meminta izin dari kalian dan tidak ingin basa-basi, aku akan membawa Lana pergi bersamaku."

Pria paruh baya dan wanita paruh baya itu kontan melihat kearah Arman.

"Aku yakin kalian sudah tahu kalau Lana sudah bercerai dengan suaminya beberapa hari yang lalu,"

Ayah Lana mengangguk, ibu Lana hanya terisak dan air mata membasahi pipinya. Tapi Arman tidak kasihan melihat itu.

"Setelah ini, anggap saja putri kalian sudah pergi dan jangan pernah mencarinya lagi."

Ibu Lana mengerti keinginan Arman. Pria itu ingin membawa putrinya karena kesalahan masa lalu. Dan itu kesalahan orang tuanya dan kesalahan Reza Dana Anhar-kakak Lana juga terlibat.

"Berjanjilah bahwa kau akan membahagiakan putriku... Berjanjilah kau tidak akan membiarkannya terluka... Berjanjilah..." ibu Lana sudah menangis ketika mengatakan hal itu kepada Arman.

"Tentu. Tentu saja tanpa kalian suruh pun aku akan melakukan tugasku sebagai pria satu-satunya dalam hidup Lana."

***

TBC.

Only MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang