ten

940 46 7
                                    

Jika aku bulan, kamu jangan jadi bintang ataupun yang lainnya, tapi jadilah diri sendiri lalu katakan bahwa bulan itu indah dan kamu sangat mencintainya.

**

Tiga bulan yang lalu setelah kecelakaan itu terjadi, Lana kini hidup bersama pria yang mengaku sebagai calon suaminya.

Bukannya Lana tidak percaya. Tapi Lana terkejut karena pria yang mengaku sebagai calon suaminya itu adalah orang yang Lana tabrak mobilnya beberapa bulan yang lalu.

Lana yakin dunia ini sangat luas, tapi kenapa dunianya sangat sempit? Kenapa harus Arman? Jadi mobilnya yang ia tabrak itu hanyalah alibi?

Evans Arman Valentino. Tuan muda yang berkuasa atas segala hal yang menyangkut tentang Lana sekarang.

Tiga bulan hidup bersama Arman Lana juga mulai tahu pekerjaan yang dilakukan pria itu.

Arman memiliki perusahaan-perusahaan ternama di bidang bisnis seperti mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri dan mengimpor barang dari luar negeri ke dalam negeri. Tapi untuk siang hari...

Dan di malam hari Arman ternyata seorang... Apa ya sebutannya? Mafia? Bandar narkoba? Pembalap motor? Ya itu.

Suatu hari ketika Lana sedang mencuci pakaian Arman, Lana menemukan sebuah serbuk putih dalam plastik kecil disaku kemeja pria itu. Lana juga tak jarang menemukan kertas berbentuk segi panjang yang bertuliskan nominal uang yang sangat banyak.

Setelah Lana merasa curiga dan sedikit menyelidiki, ternyata dugaannya benar. Arman seorang yang sangat disegani dan dihormati. Bahkan tak jarang Lana melihat banyak pria yang berpakaian serba hitam menjaga Arman. Apa Arman orang penting? Sebenarnya siapa Arman?

Setelah semua itu. Lana berpikir kenapa pria dewasa, kaya raya, orang yang berpengaruh, tampan dan menyukai dunia malam seperti Arman menyukai gadis polos yang tidak bisa apa-apa sepertinya?

**

"Kita akan menikah satu minggu lagi sayang, katakan padaku bahwa kau sangat tidak sabar untuk segera menjadi milikku,"

Arman memeluk Lana dari belakang tubuhnya dan menaruh kepalanya pada bahu Lana,

"Aku... sangat.. tidak sabar.."

Arman mendengar suara Lana seperti sedang terisak langsung membalikkan tubuh Lana agar berhadapan dengannya dan melihat wajah calon istrinya itu.

"Kau menangis? Siapa yang menyakitimu katakan padaku sekarang!!"

Suara Arman naik dari nada rendah ke nada tinggi. Dulu Zhafir sekarang Arman, Lana sudah tidak terkejut ketika mendengar suara bentakan seseorang sekarang.

Karena Lana tak kunjung membalas ucapannya, Arman mendorong tubuh Lana pada dinding kamar mereka dan mengunci tubuh Lana yang tentu saja berbeda jauh dengan tubuh Arman,

Deru nafas pria itu terdengar ditelinga Lana. Kenapa Arman harus terlihat sangat marah sekali? Lana tidak mengatakan kalau dirinya terluka. Dan jika, jika Lana terluka pun Arman akan membunuh orang yang menyakiti Lana, begitu?

"Aku hanya merindukan orangtuaku, jangan marah... Tidak ada yang menyakitiku karena aku selalu berada didalam rumahmu bukan?"

"Kau ingin pergi keluar dari rumahku?" Arman menatap lurus hingga menembus bola mata Lana, "Sejak kapan kau punya pikiran seperti itu?"

"Apa salah merindukan mereka Arman?"

"Lana katakan padaku apa yang kau inginkan sekarang?"

"aku ingin keluar dari rumahmu yang megah namun seperti penjara ini, aku ingin bebas, aku ingin kamu tidak terlalu mengekang kebebasanku..."

Sayangnya Lana hanya bisa berbicara isi hatinya kepada dirinya sendiri. Tentu saja ia terlalu takut untuk mengatakannya pada Arman.

"Aku hanya mengantuk, aku mau tidur... kamu mau menemaniku?"

Lana mengalihkan pembicaraan supaya pria dihadapannya itu melepaskannya yang sedang menghampit tubuhnya.

Arman terlihat tak semarah tadi sekarang. Arman mengangguk lalu tanpa aba-aba mengangkat tubuh Lana ala bridal style.

"Baik tuan putri... pangeranmu akan mengantarkanmu menuju alam mimpi... tapi aku akan menghancurkan bumi ini jika di dalam mimpimu tidak ada aku!"

Lana hanya tertawa ringan dan menganggap ucapan pria itu hanya candaan. Tapi wajah Arman yang datar dan suaranya yang selalu serius itu, seperti sedang tidak bercanda.

"Mas Arman... kalau aku menjadi bulan... apa kamu akan menjadi bintang?" Lana hanya bertanya, tidak mengharapkan jawaban menyentuh dari Arman.

Setelah membaringkan Lana diatas kasur, Arman juga ikut berbaring disebelahnya lalu langsung memeluk erat pinggang ramping Lana.

"Jadilah diri sendiri Lana, lalu katakan bahwa bulan itu indah dan kamu sangat mencintainya."

Tapi ternyata jawaban Arman sangat membungkam mulut Lana. Kini keduanya tidak ada yang bersuara selain terdengar bunyi detik jam dinding. Kedua pasangan suami istri itu perlahan terlelap menunju kealam mimpi yang mereka percaya.

**

TBC.

Ada ranting ada kayu,
Selamat Hari Raya dari isteri Mingyu🤍

Only MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang