twenty one

168 17 0
                                    

"Ibu! Ayah!"

Lana langsung berlari dan melebur kedalam pelukan kedua insan yang sangat disayanginya.

"Putriku, ada apa malam-malam begini?"

"Ada apa? Ada masalah apa?"

"Jangan menangis, masuklah."

Berbagai macam pertanyaan dengan nada khawatir diucapkan orangtuanya yang hanya ditanggapi tangisan oleh putrinya itu.

"Ibu.. hiks.."

"Ada apa sayang?" tanya sang ibu, begitu lembut dengan mata yang menyorot penuh kasih.

Setelah mendudukkan tubuhnya diatas kasur, Lana melihat sekeliling yang tersimpan banyak kenangan.

Sangka tak sangka Lana akan kembali lagi ke tempat ini. Kamarnya.

"Minumlah ini, berhentilah menangis sayang." ucap sang ibu, sambil memberikan segelas teh hangat kepadanya.

"Lana hamil, bu.. hiks.." ucap Lana, yang mendapatkan senyuman lebar dari sang ibu.

"Lana hamil.. hiks.."

Tapi sang ibu yang terheran-heran dengan putrinya itu, mengapa Lana menangis? Ini kabar yang sangat bahagia bukan? Pikir sang ibu.

"Mas Arman.."

"Ada apa dengan suamimu?" tanya sang ibu, begitu penasaran sekaligus khawatir dengan putrinya itu.

"Mas Arman bilang Lana tidak boleh hamil.. hiks.. mas Arman bilang Lana harus gugurin anak ini.. hiks.." ucap Lana menjawab pertanyaan sang ibu.

Lana tidak bohong kalau mengatakan dirinya malu saat ini, dihadapan orangtuanya Lana harusnya tidak menunjukkan semua yang dirasakannya.

Tapi mau bagaimana lagi? Lana tidak punya tempat untuk berlindung saat diserang masa-masa sulit selain rumah orangtuanya.

"Apa?! Bagaimana bisa suamimu berkata seperti itu?! Bagaimana bisa seorang suami tidak bahagia mendengar kabar bahwa istrinya sedang mengandung?!" sang ibu terus melontarkan berbagai pertanyaan terlihat tidak terima.

Pertanyaan ibunya benar, 'bagaimana bisa seorang suami tidak bahagia mendengar kabar bahwa istrinya sedang mengandung?' Lana juga bertanya-tanya hal yang sama dalam hatinya.

"Ibu.. ibu apa aku melakukan kesalahan?" tanya Lana pada sang ibu yang mengelus surai hitam miliknya.

"Tentu saja tidak nak, kau--"

"Lana tidak ada disini! Putriku tidak datang kemari!" ucap suara dari luar kamar Lana dan ibunya berada saat ini.

"Ayah? Ibu... ayah?" Lana langsung berdiri dari duduknya dan langsung mencari tempat untuk bersembunyi.

"Masuklah! Cepat!" sang ibu menyuruh Lana bersembunyi didalam lorong rumah.

Setelah berada didalam tanah, Lana menutup pintu kotak kecil lalu mendengar suara langkah kaki yang mulai mendekat.

"Nak Arman?"

Samar-samar Lana mendengar suara ibunya memanggil nama orang yang membuatnya truma sampai tidak mau berhadapan dengannya lagi.

"Tidak, putriku tidak datang kemari."

"Apa ibu yakin?" tanyanya.

"Memangnya ada apa? Ada apa dengan Lana? Apa dia baik-baik saja? Apa dia pergi?" tanya ibunya khawatir, seolah-olah Lana memang tidak datang kerumahnya.

"Maaf bu tidak bisa aku beri tahu padamu sekarang, jika istriku tidak ada disini dan tidak datang kemari aku harus mencarinya segera, permisi."

Lana mendengar suara langkah kaki yang mulai menjauh keluar, sedangkan dibawah tanah itu, Lana terus menutup mulutnya mengunakan kedua tangannya supaya tidak mengeluarkan suara apapun yang tidak diinginkannya.

Only MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang