"Kenapa?" tanyanya.
Sungguh tidak mengerti kenapa suaminya bersikeras melarangnya untuk tidak hamil.
"Aku tidak ingin kau mati Lana! Kau tidak boleh hamil!" jawabnya.
"Apa maksudmu mati? Memangnya aku kenapa Mas Arman? Aku sehat dan hamil tidak akan membuat aku mati! Bagaimana bisa mas Arman mengatakan hal seperti itu!" bentaknya terlewat kesal pada suaminya itu.
"Terserah apa katamu Lana! Aku tidak ingin kau hamil! Minum ini--" Arman memegang kepala istrinya itu dan mencoba membuka mulutnya agar istrinya itu mau menelan cairan dalam gelas yang entah sudah dicampur obat apa.
"Jangan.. hiks.. jangan.." Lana berusaha menghindar dari cairan yang dipaksa masuk kedalam mulutnya.
Ironisnya Arman tetap memaksa Lana untuk meminum air yang tercampur obat penggugur kandungan itu agar Lana tidak hamil.
Ditengah-tengah paksaan yang suaminya lakukan, tiba-tiba saja lampu padam dan mereka langsung terdiam dengan tangisan Lana yang masih terdengar ditengah-tengah kegelapan itu.
"Damn!" umpat pria itu.
Karena seluruh kamar menjadi gelap gulita dan tak nampak cahaya sedikitpun, Lana pikir ini kesempatan baginya untuk melepaskan diri dan menjauh dari Arman.
"Ya Tuhan kenapa tali ini susah sekali sih?" Lana kesulitan membuka sabuk celana Arman yang tadi sengaja pria itu ikatkan pada kedua tangannya diatas besi ranjang.
"Diam jangan bergerak! aku aku akan mengambil lilin sebentar!" ucap suara bariton ditengah-tengah gelapnya kamar itu.
"I-iya" Lana hanya menjawab sesingkatnya, apa maksud pria itu? Diam? Diam untuk disiksa atau diam untuk dipaksa meminum obat penggugur kandungan? Tidak! Lana lebih baik pergi saja jika Arman memang berniat seperti itu.
Lana berhasil memuntahkan sedikit minuman yang dipaksa oleh Arman tadi.
Dan sekarang Lana berhasil membuka ikatan yang Arman lakukan pada kedua tangannya diatas besi ranjang.
Sekarang saat yang tepat untuk pergi dari kamar ini, dari rumah ini, dan dari hidup Arman.
Jika Arman tidak memintanya untuk menggugurkan kandungannya, mungkin Lana akan hidup bersama Arman. Tapi sekarang lain cerita, suaminya itu tidak mengharapkan anak yang ada dalam rahimnya itu.
Bahkan, untuk mengatakan kalau itu membuat hati Lana sakit, rasanya sudah sangat malas.
"Tidak usah menangis.. aku harus bisa menyelamatkan anakku dari iblis itu.. jangan menangis.. jangan menangis.. aku harus segera pergi dari sini.." ucapnya menyakinkan diri.
Lana turun dari atas kasur lalu berjalan perlahan menuju pintu kamar, tangannya terus meraba-raba dinding agar tidak terjatuh karena kegelapan.
"Ah ini pasti tangga.." Lana berpegangan pada sisi kayu tangga itu dan melangkah kebawah, sungguh gelap sekali sehingga Lana merasa dirinya buta saat ini.
"Apa ini pertolongan untukku? Dengan mati lampu saat ini apa aku memang ditakdirkan untuk menyelamatkan anakku dari iblis jahat itu?"
Tiba-tiba Lana teringat sebelum menikah dengan Arman dulu, Lana pernah kabur kedalam hutan dan Arman tetap menemukannya lalu berujung bercinta didalam hutan bersamanya.
Lana merasa takut kejadian waktu itu akan terulang kembali jika Lana kabur lagi dari Arman saat ini, tapi Lana teringat bahwa ada nyawa yang harus diselamatkan daripada rasa takutnya.
Tapi bagaimana jika Arman tetap menemukannya lalu melakukan hal seperti dulu lagi? Lana sedang hamil saat ini, tak bisa dibayangkan akan terjadi apa pada anaknya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Mine
Romance"Jadi siapa yang bisa menghentikanku jika aku memutuskan bahwa kamu adalah takdirku?" * start : 12/3/24 end :