sixteen

284 23 0
                                    

Jiwaku sekuntum bunga kemboja
Dihempas angin
Didera hujan
Disengat matahari
Dicekam cerita
Dan aku kan mengingatnya.

**

"Nona sudah bangun?" tanya seorang wanita paruh baya, mungkin berkepala lima.

Lana yang masih terbaring diatas kasur kontan mendudukkan dirinya dan menatap sekeliling. Kamarnya, Lana kembali lagi ke kamar ini. Kamar tidur yang sama seperti yang Lana lihat malam tadi. Tubuh Lana terbalut gaun tidur, bukan pakaian yang semalam.

"Dimana aku?" tanya Lana,

"Ini kamar anda nona, nona tidak ingat? apa nona hilang ingatan karena kejadian malam tadi?" tanya wanita paruh baya itu.

Lana mengerutkan keningnya, "Tidak... aku tidak apa-apa," Lana menjawab pelayan paruh baya itu memastikan dirinya tidak hilang ingatan, "Bibi, memangnya apa yang terjadi padaku malam tadi?" tanya Lana kepada pelayan paruh baya itu.

"Tuan muda memangku nona kerumah ini malam tadi. Tuan muda bilang nona tidak sadarkan diri karena dimakan singa buas. Semua pelayan dirumah ini tidak percaya begitupun Bibi. Makanya Bibi bertanya apa nona Lana hilang ingatan karena kejadian malam tadi? Dimakan singa buas?" ujar pelayan paruh baya itu juga memberikan pertanyaan kepada Lana yang menutupi mulutnya dengan tangannya.

"Setelah memperkosaku iblis jahat itu mengatakan aku dimakan singa buas? mas Arman lah singa buas itu!" ucap Lana dalam hati,

"Dimakan singa? aku?" tanya Lana bingung yang diangguki oleh pelayan paruh baya itu, "Bibi, pria itu memperkosaku! aku diperkosa!" ucap Lana sedikit menaikan nada bicaranya, "Bibi tolong bantu aku! aku ingin pergi dari rumah ini! aku nggak mau tinggal dirumah iblis jahat!"

"Nona Lana tenang! jangan berteriak seperti itu atau tuan muda akan marah-marah pada kami," ucap pelayan paruh baya itu sambil memegang pundak Lana yang gemetar.

"Maaf... maafkan aku..." Lana tidak tahu jika Lana berteriak akan memancing amarah Arman kepada para pelayan dirumahnya, "Bibi bisa kan bantu aku?" tanya Lana lagi yang dijawab gelengan oleh pelayan paruh baya itu, "Kenapa? bantu aku Bi..." Lana tak menyerah meminta bantuan kepada pelayan paruh baya itu, namun tetap saja gelengan yang Lana dapatkan.

"Tidak bisa nona, nona tidak boleh pergi dari rumah ini." akhirnya pelayan paruh baya itu bicara juga sedari tadi diam saja dengan raut wajah seperti tertekan, "Karena hari ini tuan muda akan menikahimu."

Lana menghembuskan nafasnya pasrah dengan keadaannya saat ini.

"Tuan muda menyuruh Bibi untuk mempersiapkan nona Lana sekarang." pelayan paruh baya itu menegang tangan Lana, "Mari nona, bersihkan dirimu dulu." ujarnya memegang tangan Lana supaya gadis itu berdiri dan berjalan ke kamar mandi, "Bibi mohon nona jangan mempersulit pekerjaan kami. Kami sudah sering mendapat marah dari tuan muda. Bibi harap nona Lana mengerti..." ujar wanita paruh baya itu ketika Lana tidak pula beranjak dari tempat tidurnya.

"Baiklah..." desah Lana frustasi, "Baik aku akan bersiap." melawan pun tidak akan berguna kan disaat situasi seperti ini? Lana akhirnya memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Membersihkan tubuhnya yang sangat lengket seperti ditumpahkan madu.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya, kini Lana berdiri didepan kaca dengan terbalut pakaian pengantin.

Gaun pengantin berwarna putih tulang itu melekat ditubuhnya yang ramping dengan sempurna.

Wajahnya yang kecil dengan rambut panjang bergelombang berwarna coklat seperti warna bola mata rubahnya.

Hiasan dan makeup yang sangat pas dan cantik menghiasi wajahnya bagai peri,

Only MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang