three

905 40 0
                                    

"Dasar perempuan sialan! Apa dia pergi melamar pekerjaan menjadi pelacur? Pantas saja sudah malam seperti ini belum kembali! Agh! Aku tidak peduli sialan! Mau kau mati sekalipun aku tidak peduli! Perempuan tidak berguna!"

Seorang laki-laki berbicara sendiri sembari membanting vas bunga di ruang tamu malam itu.

Zhafir sangat marah karena Lana belum pulang dari tadi siang yang memberitahunya akan melamar pekerjaan tapi belum juga kembali, pasalnya sekarang sudah pukul satu dini hari.

Zhafir yang selalu membenci Lana kini semakin menjadi-jadi karena Lana tidak pulang, bagi laki-laki seperti Zhafir sebutan apa yang cocok selain pelacur untuk perempuan yang keluyuran malam malam seperti itu?

Padahal seharusnya Zhafir mencari tahu dimana Lana sekarang, Zhafir seharusnya mencari tahu apakah Lana baik-baik saja sekarang.

Seharusnya Zhafir khawatir kepada Lana, bukannya marah-marah tidak jelas dan mengatakan Lana adalah pelacur.

Tanpa tahu hal apa yang terjadi kepada Lana diluar sana, Zhafir sangat setidak peduli itu kepada Lana.

"Hallo ayah?"

Zhafir menghubungi nomor ayahnya karena sudah sangat marah, Zhafir sepertinya sudah gila.

"Apa ayah tidur? Ayah aku ingin meminta izin untuk menikah lagi,,"

Zhafir dengan enteng meminta menikah lagi seperti sedang meminta permen saja.

"Apa kau sedang bermimpi nak? Kenapa kau tiba-tiba ingin menikah lagi? Mau kau apakan istrimu itu?"

Bukannya marah dan melarang anaknya untuk tidak berbuat hal diluar nalar, perkataan ayah Zhafir seperti memberi Zhafir peluang untuk keinginannya.

"Aku serius ayah. Aku 'kan sudah bilang aku tidak mencintai gadis sialan itu! Dia pergi dan sekarang aku sendiri dikamarku. Tidak ada yang menemaniku ayah,"

Zhafir merengek kepada ayahnya seperti anak kecil. Menyebalkan.

"Kenapa kau belum menyentuh istrimu nak? Sudah lama sejak pernikahanmu,"

"Mana sudi aku menyentuhnya ayah. Dia sangat menjijikkan! Mungkin dia sudah disentuh oleh laki-laki lain?"

Kalau saja Lana mendengar perkataan yang menyakitkan itu, ia pasti akan sangat sedih dan menangis, Zhafir sepertinya banyak berbicara tanpa berpikir.

"Dalam rumah tangga bukankah laki-laki yang menentukan kejalan mana akan membawa pernikahannya? Terserah dirimu nak, namun jangan bawa-bawa ayah jika nanti orang tua gadis itu menangis atau membuat drama karena putrinya kau campakkan? Kau duakan? Ayah tidak mau ikut campur," ucap ayah Zhafir seperti seorang pengecut, padahal dia sendiri yang menikahkan putranya dengan Lana.

"Terimakasih ayah. Ayah tenang saja, ayah tidak akan ikut campur soal masalah pernikahanku. Baiklah selamat malam ayah!"

Zhafir merasa antusias dan bersemangat karena mendapatkan restu dari ayahnya untuk mempermainkan Lana lebih dalam lagi.

Lana yang malang..

•••

Pukul sembilan pagi, Lana terbangun karena sinar matahari yang menembus gorden dan mengganggu tidurnya.

Lana bangun dari tempat tidurnya dan duduk dipinggir ranjang, kakinya terasa sakit sekali, tidak hanya kakinya yang sakit kepala Lana juga sakit.

Lana menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan melihat kakinya terbalut dengan perban.

Lana melihat kesekeliling dan menyadari jika dirinya berada didalam dikamar.

Kamar ini sangat indah, dengan nuansa hitam yang elegan, kamar ini juga sangat luas.

Only MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang