fourteen

307 23 0
                                    

Lana membaringkan tubuhnya diatas kasur dengan selimut yang ia pakai hingga menampakkan kepalanya saja.

Lana meredupkan lampu kamar lalu perlahan memejamkan matanya. Lana ingin mengistirahatkan tubuhnya yang lelah padahal tidak sedang berlari maraton, mungkin hatinya yang lelah.

Ketika Lana sudah memasuki alam mimpinya, pintu kamarnya terbuka dan Arman masuk kedalam melihat Lana yang sudah terbaring dengan posisi seperti janin dalam kandungan ibunya.

Arman mendekati Lana dan duduk disebelah calon istrinya yang sedang tertidur pulas itu.

Gadis itu sangat rapuh, dengan pipi memerah seperti tomat, matanya bengkak seperti panda, dan bulu matanya lentik terbasahi oleh air mata.

"Siapa yang menyakitimu sayang?" Arman mengelus kepala Lana dengan lembut bagaikan kepala Lana adalah sesuatu yang mudah pecah.

"Jika kau tersenyum, senyumanmu hanya milikku Lana, dan jika kau bersedih, air matamu hanya milikku." Arman mengecup kening Lana sedikit lama, menghirup rambut Lana yang wangi vanila dan strawberry itu, sangat candu dan selalu membuatnya kecanduan.

Kringgggg!

Kegiatan Arman yang sedang mengamati manusia yang sangat dicintainya terhenti ketika dering ponselnya berbunyi.

"Katakan," ucapnya pada seseorang disembarang sana.

"Tuan muda kami sudah menangkap Zhafir Arya sesuai dengan perintahmu, Zhafir Arya sudah ditahan ditempat yang anda minta." ucap seseorang ditelepon itu.

"Bagus. Jangan berhenti pukuli dia sebelum dia buka mulut."

"Baik Tuan." lalu panggilan itu terputus.

Arman menarik ujung bibirnya dan melihat wajah Lana yang sedang tertidur pulas, sangat cantik dan lucu dimatanya.

"Aku benci kau percaya pada perkataan orang lain yang sangat tidak jelas kebenarannya, padahal kau hanya cukup tahu bahwa aku benar-benar mencintaimu sayang." ucap Arman kembali mencium kening Lana sebelum beranjak dari kamarnya lalu pergi dengan mobilnya ketempat yang dia tuju.

Sebuah gubuk dekat hutan yang tak berada jauh di sekitar rumahnya. Arman tidak perlu melewati jalan raya untuk pergi kesana.

Arman memarkirkannya mobilnya lalu turun dan berjalan kedalam gubuk itu.

Disana ada tiga orang pria suruhannya yang bertato dan berbadan besar sedang memukuli satu orang pria yang terikat tidak berdaya penuh luka dan darah diatas kursi dengan tali yang membelit tubuhnya.

Zhafir Arya. Pria yang Arman benci.

"Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak mencari masalah denganku." ucap Arman setelah menghembuskan asap rokok yang dihisapnya, berdiri tegap dihadapan Zhafir yang berdarah darah tidak berdaya, mungkin sebentar lagi Zhafir akan hilang kesadaran.

"Jawab sialan!" Arman menekan ujung rokok yang dia pegang pada bahu kiri Zhafir. Bara panas itu bagai sengatan pada luka ditubuh Zhafir.

"Agghh bangsatt!!" Zhafir hanya bisa menggeram merasakan sakit teramat sangat ditengah-tengah kesadarannya.

"Dengan mengirim seorang jalang kedalam rumahku, kau sama saja memerintahkan malaikat maut untuk mencabut nyawamu sekarang juga!!" Arman lalu menampar wajah Zhafir dengan sangat keras hingga kepalanya menoleh kearah kiri.

Tawa Zhafir menggema digubuk yang minim pencahayaan itu Zhafir meludahkan darah yang keluar dari mulutnya karena tamparan keras Arman.

"Lo takut?" ucap Zhafir disela-sela tawanya yang terdengar puas, "Inget kalo dia itu Lana! Bukan Nara yang udah mati!" ucap Zhafir dan langsung mendapatkan tamparan keras kedua kalinya.

"Jaga mulutmu bajingan! Kau sama sekali tidak berhak mengatakan itu!" dada Arman naik turun ketika mendengar Zhafir mengatakan hal tersebut.

"Kenapa? Lo takut kan Lana tau kalau dia cuman dijadiin bahan nafsu lo doang?" tawanya masih saja terdengar oleh Arman, sangat menjengkelkan.

"Lana adalah milikku! Aku sadar dengan kesadaran penuh dia memang bukan Nara! Dan itu bukan urusanmu bajingan!" ucap Arman menjawab pertanyaan Zhafir.

Arman mencondongkan pistol tepat dikepala Zhafir dan menarik pelatuknya, menembak kepala Zhafir sebanyak tiga kali tembakan.

Zhafir Arya, mantan suami Lana dan pria yang Arman benci tewas mengenaskan ditempat.

"Urus dia! Jangan sampai ada sejak pria sialan ini sedikitpun!" ucap Arman yang langsung diangguki tiga orang suruhannya.

Arman lalu bergegas pergi dari gubuk itu.

Sesampainya dirumah, Arman memasuki kamarnya berniat akan pergi tidur memeluk calon istrinya yang sangat hangat dan wanginya yang memabukkan itu.

Namun baru saja membuka pintu kamarnya, Arman melihat kasur yang tadi Lana tempati kosong dengan lampu yang menyala terang dan sprei yang acak-acakan.

"Lana?" Arman memangil gadis itu, melihat kamar mandi yang kosong, Arman panik bukan main.

"Sayang dimana dirimu? Lana?!" hanya kesunyian, tak ada suara yang menyahut, "Lana jangan sembunyi! Tunjukkan dirimu sekarang juga!" Arman berteriak sambil menuruni tangga lalu mencari Lana dipenjuru rumah, namun Lana-nya tidak dia temukan.

**

TBC.

Only MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang