🍊bagian tujuh🍊

880 56 2
                                    

Assalamualaikum.....

Ayo banyakin vote dan komen!!!

Jangan jadi reader hantu tak nampak hehe

Jangan lupa share juga yayayaa

Happy reading.....

"gue nggak masalah asalkan nggak bawa-bawa orangtua tapi mereka jelek-jelekin mama papa. Gue ngerasa gagal Lo nggak akan ngerti!" Haura memandang keluar jendela. Diceritakannya kejadian dimasjid barusan secara lengkap dan rinci pada suaminya itu. Air matanya selalu berhasil ditahannya untuk keluar. Ingat kan Haura tidak suka orang-orang menganggapnya lemah!

"Saya ngerti! Lebih dari siapapun Haura. Mau saya bantu bungkam mereka?" Ucapan Asyar mampu membuat perhatian Haura tertuju padanya.

Kerut gadis itu berkerut "caranya?"

"Janji dulu sama saya kamu akan mendengarkan apapun yang saya katakan jika itu dalam kebaikan! " Asyar mengulurkan tangannya.

"Jika menurutmu itu salah kamu boleh menolak," lanjutnya.

Haura menerima uluran tangan Asyar malam itu. Ia rasa percaya pada Asyar tidak ada salahnya juga terlebih pria itu adalah suaminya.

"So gimana caranya?" Tanya gadis itu bersemangat.

Asyar mengusap-usap kepala Haura lantaran gemas dengan tingkah istrinya yang semula kesal setengah mati kini sangat antusias.

"Hijrah Haura!"

Uhuk

Uhuk

Gadis itu tersedak air liurnya sendiri. Bodoh betul dirinya mempercayai pria didepannya  ini. 

"Tapi__"

"Katanya mau buat mereka bungkam? Kalau kamu bisa shalat subuh tadi nggak akan ada yang mencemooh kamu bukan? Mereka juga nggak akan bisa menghina mama papa kalau kamu bisa buktikan kamu bisa berubah. Itu cara balas dendam terbaik Haura. Hijrah sama saya biar saya bimbing kamu hmm."

"Jujur aja syar sebelum gue setuju gue mau kasih tau kalau gue plin-plan orangnya. Hari ini gue setuju bisa aja besok gue tantrum nggak setuju. Dari pada esok harinya lo menyesal nggak usah mau sok-sokan mau bimbing gue deh," raut wajah Haura begitu serius.

"Saya siap Haura. Siap menghadapi sikap plin-plan kamu ini. Saya siap bimbing kamu. Insyaallah" lihatlah sepeda apa pria didepan Haura ini saat ini. Tidak tahu aja dia wanita seperti apa didepannya ini. Ketantruman seperti apa yang dimaksudnya.

Haura: apasih ka-cin jangan buat laki gue takut deh! Orang istrinya kalem gini.

Ka-cin: dih dih dih!

___________________________________

"Sekarang saya mau kalau lagi dindalem kamu panggil saya mas. Tapi kalau diluar panggil Gus kaya santri lain, bisa?"

"Ah gampang itu. Gue pasti bisa kalo cuman kaya gitu. Lo tenang aja apa sih yang Haura nggak bisa " ucapnya sombong.

"Satu lagi disini jangan ngomong pakai Lo gue. Biasakan, saya sama kamu kalau disini, bisa?"

"Ko jadi banyak gini?" protes. Lantaran setiap kata yang sudah melekat pada dirinya berusaha diubah. Ya diubah! Tidak bisakah suaminya itu menerima saja apa adanya dirinya? Tentu itu yang dipikirkan oleh Haura.

"Tadi katanya, apa sih yah Haura nggak bisa. ko, ngeluh?" Mendengar penuturan Asyar membuat gadis itu menelan ludah sendiri karena tertampar oleh ucapannya sendiri.

Diantara 4 gusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang