🍊bagian empat🍊

894 58 15
                                    

Assalamualaikum....
Up lagi

Lebih semangat komennya dong, vote nya juga makin banyak vote dan komen makin cepat up.

Follow akun ini biar nggak ketinggalan berita apapun tentang diantara 4 Gus!!!

Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini!!!!!

🍊🍊🍊

Asyar menarik nafas dalam dilepasnya sorban miliknya lalu dililitkan nya pada kepala Haura. Hingga rambut Haura tertutup sempurna. Bagaiman bisa dirinya tidak sadar istrinya itu tengah tidak memakai hijab "masuk kamar Haura sekarang!" Asyar pergi lebih dahulu. Haura tidak beranjak dari tempatnya berdiri sama sekali.

Haura kesal untuk yang kesekian kalinya. Perutnya keroncongan dan dirinya malah diminta masuk kekamar. Setidaknya bisakah salah satu dari para pria itu bertanya padanya apakah dirinya lapar?

Haura mengambil buah jeruk yang ada didekatnya. Dilemparnya jeruk itu  dan yap lemparannya berhasil jeruk itu berhasil mengenai sasarannya.

Jeruk itu mendarat tepat dibagian belakang kepala Asyar. Ada rasa puas didalam hati Haura. Rasa kesalnya sedikit menghilang.

Afidz menutup mulutnya dengan tangan kirinya "wah the real cegilnya bang Asyar."

Asyar berbalik badan tanpa banyak tingkah polah seperti Haura , Asyar mengendong Haura dipundaknya layaknya karung beras.

Meronta sambil memukul-mukul punggung Asyar. Salah bukan itu yang dilakukan Haura dirinya menggigit punggung Asyar.

"Laper gue, turuniiiin!"  Asyar tidak menggubris ucapan Haura. Ditahannya rasa nyeri dipunggungnya dan memilih untuk membawa Haura secepatnya kekamar.

Diturunkannya Haura diatas sofa. Asyar menghela nafas tangannya mengusap wajahnya kasar.

"Haura nggak setiap masalah harus diselesaikan dengan kekerasan. Apalagi seperti tadi. Itu kelewatan haura!" Nasehat Asyar dengan nada yang begitu lembut pada Haura.

"Siapa suruh cari masalah" Haura sama sekali tidak menyesali perbuatannya itu.

Membalas ucapan Haura tidak akan menghentikan percakapan keduanya malam ini.  Asyar membuka lemari pakaiannya. Diambilnya beberapa roti tawar yang ada dilemari pakaian.

Haura menyipitkan matanya melihat Asyar yang baru saja mengambil roti dari lemari pakaiannya, "Lo nyimpan makanan dilemari baju? Bukannya didapur tadi kulkasnya besar?"

Haura menerima uluran roti yang diberikan oleh Asyar. "Takut diambil" ucap Asyar singkat.  Mulut Haura sedikit ternganga mendengar pengakuan sang suami. Dilihatnya roti ditangannya itu lalu beralih pada wajah Asyar. Apah? Hanya untuk roti seperti ini dirinya sangat pelit bagaimana hidup Haura jika seperti ini?

"Haura. Tolong jangan bilang siapapun tentang makanan dilemari itu ini rahasia kita berdua!"

Dengan mulut yang masih penuh itu Haura menoleh hendak bertanya.

"Nggak usah nanya kenapa Haura cukup tiruti saya!" Pupus sudah harapan Haura untuk menanyakan alasan kepelitan pria ini.

Haura selesai dengan rotinya. Direbahkannya tubuhnya dengan santainya diatas kasur milik Asyar itu. Sedangkan sang pemilik masih duduk ditempat semula dengan mata yang memperhatikan Haura yang sudah dengan nyamannya berbaring dikasurnya.

"Bobo aja kali  nggak akan gue sentuh juga. Nggak usah takut gitu" Asyar mengangkat sebelah alisnya disertai kekehan kecil. Takut katanya bukannya seharusnya yang takut kali ini gadis itu? Bagaiman bisa gadis itu menenangkannya seperti itu padahal yang sebenarnya dalam masalah adalah dirinya sendiri.

Diantara 4 gusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang