🍊bagian dua belas 🍊

767 52 5
                                    

Assalamualaikum....

Astaghfirullah 3×
Alhamdulillah 3×
Subhanallah 3×
Allahuakbar 3×

AllahumashaliallaSyaidinaMuhammad 10×

Maaf baru sempat up guis guis.

Nggak sampe berjamurkan nungguinnya baru ada paket soalnya hehe

👣👣👣👣

Asyar menenatap Haura "bagaimana Haura?" Semua orang bertanya padanya, dan melupakan Haura yang menjadi pelaku disini, namun ia tetap bertanya pada Haura mau bagaimanapun ia tidak kan mengambil keputusan untuk hidup Haura melainkan keputusan dari Haura sendiri.

Ia begitu menghormati Haura, atas haknya berpendapat, ia tidak ingin menjadi suami yang egois dengan mengklaim semua jalan hidup Haura harus ia yang menentukan. Haura itu istrinya bukan budaknya, tentu ia akan memperlakukan Haura sebagai manusia yang bebas berpendapat.

Setelah diam cukup lama gadis itu menatap semua pasang mata "okey Haura setuju, Haura bakal tinggal dipensantren bukan dindalem!" Ada senyuman girang disana. Tentu ia senang ia akan terbebas dari omelan Asyar, keberisikan Asyar, dan segala hal yang berbau Asyar. Ia tidak membenci Asyar, namun ia hanya lelah dengan semua perintah Asyar yang selalu berbau, keagamaan.

"Benar Haura?" Tanya Abah Ali, jujur saja ia sedikit terkejut mendengar ucapan sang menantu.

Haura memangguk antusias, hingga tatapannya bertemu dengan tatapan Asyar yang menatapnya tidak percaya akan keputusan yang diambil Haura.

"Setidaknya gue terhindar dari shalat subuh dan omelamnyal, kan?" Ada sedikit keraguan dihatinya saat melihat tatapan tak percaya sang Abah dan suaminya.

~🍊~

Haura menatap kamar barunya, diasrama khusus para santriwati. Kamar yang terlihat lebih kecil dari kamarnya, dengan beberapa lemari yang berjejer disepanjang dinding, belum lagi baju yang bergantung dipojok ruangan sudah seperti ditoko baju.

"Ini jualan baju?  Nambah pemasukan?" Tentu bagi orang awam seperti Haura tidak akan tau alasan banyaknya baju bergantung dipojok ruangan itu.

"Hello everyone," sapa Haura, gadis itu melambai pada beberapa gadis yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, ada yang serius menatap Al-Qur'an, ada yang tengah melipat pakaian , dan dipojok tepat dibawah baju jualan itu, Haura menatap sosok gadis yang tidak asing.

"Salam kalau masuk!" Ucap gadis yang sibuk dengan buku miliknya. Kini Haura menatap gadis yang memerintah itu.
Mata Haura membulat sempurna, begitupun gadis itu.

"RANIAAAA!" teriaknya histeris. Rania safani sahabat Haura saat masih SMP hingga SMA kelas 10.

Haura menghamburkan pelukannya pada gadis yang nampak sangar beberapa saat lalu. Ia tidak percaya bisa bertemu lagi dengan sahabatnya yang sudah terpisah itu.

Rania terlihat berbeda dengan beberapa tahun lalu, Rania nampak lebih sopan dalam penampilannya, namun, ada yang tak berubah dari gadis itu, ia tetap ketus seperti dulu.

"Wow, udah jadi ukhti yah bund," goda Haura.

Rani hanya terkekeh, dari dulu sampai sekarang Haura sama sekali belum berubah gadis itu masih sama, banyak omong, dan tidak bisa diam. Apakah karena ini Haura ada disini apakah orangtua gadis itus udah lelah menghadapi tingkah Haura ini? Itulah yang terpikirkan oleh Rania.

Diantara 4 gusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang