🍊bagian empat belas🍊

658 49 2
                                    

Assalamualaikum..

Hwaaaa maaf, maaf banget baru up setelah ribuan purnama, baru mood

Nggak usah panjang lebar tebarkan komentar banyak-banyak

Selamat membaca

Haura menatap tajam ustadzah Yoyoh dihadapannya, setelah kemarin berhasil melarikan diri dari minta maaf yang diperintahkan kepadanya, berita tentang Haura yang sama sekali tidak mendapat hukuman dan meminta maaf terdengar sampai ditelinga Gus Asyar.

"Kenapa Haura?" Tanya ustadzah Yoyoh, ekspresi yang ditampakkannya sangat mengesalkan, sehingga rasanya Haura ingin melayangkan tangannya pada wajah tak tau malu ustadzah Yoyoh yang sudah menyebarkan gosip itu.

"Haura!" Tegur Gus Asyar.

"Maaf," gumamnya pelan.

"Kamu ngomong apa Haura?"

Haura menatap suaminya itu, berharap dibela. Buaknnya pembelaan yang didapatnya Haura malah mendapatkan tatapan perintah untuk mengucapkan lagi permintaan maafnya.

"Huft, maafin Haura ustadzah Yoyoh!"
Ucapnya dengan gigi yang terkatup rapat.

"Iya saya, maafkan tapi tolong jangan diulangi lagi ya Haura, saya ini guru kamu disini sama seperti orangtua kamu dirumah ,layaknya kedua orangtuamu hormati saya seperti mereka!" Ucapnya so bijak.

"Tentu ustadzah, pasti Haura tidak akan mengulangi lagi, saya harap juga ustadzah tidak mengulangi hal yang sama, tidak baik rasanya menggunakan kekerasan terhadap santri! " Tutur Gus Asyar menyinggung kejadian kemarin. Ia juga sebenarnya tidak suka dengan cara ustadzah Yoyoh yang main tangan kepada santri terlebih itu istrinya, tanggung jawabnya.

Ustadzah Yoyoh menunduk, "maaf Gus, saya kemaren kelepasan emosi."

Gus Asyar menatap Haura yang masih terlihat menatapnya da ustadzah Yoyoh bergantian dengan tatapan kesal.

"Ustadzah, saya harap ustadzah juga berkenan meminta maaf pada Haura, agar tidak ada lagi masalah dan dendam dikemudian hari!"

Ustadzah Yoyoh tampak kesal, atas permintaan Gus Asyar, "Haura maafkan saya juga ya, kemaren saya terbawa emosi," ucapnya dengan wajah yang dibuat tenang. Namun Haura tetap menangkap ekspresi kesal diwajahnya.

Kedua wanita itu keluar bersamaan seletah menyelesaikan semua perkara mereka kemarin. Ustadzah Yoyoh dan Haura saling tatap dari mata keduanya berkobar api permusuhan.

~🍊~

Keadaan kamar 2 penuh dengan santri dengan berbagai kegiatan, ada yang melipat, membuat hafalan, dan mengambil pakaian kotor untuk dicuci.

"Ra, kamu nggak cuci baju, itu baju kamu bertumpuk banget loh!" Tegur Rania. Padahal baru dua hari Haura tinggal diasrama namun pakaiannya sudah memenuhi ember.

"CK, gampang tinggal di laundry aja," ucapnya santai, memakan snack.

"Ra laundry didaerah sini memang ada, cuman lumayan jauh, dan juga gerbang  didepan itu dijaga ketat. Nggak mungkin bisa ngelaundry."

"Ck, ya udah ayo!" Gadis dengan hijab bergo hitam itu bangun dari posisi rebahannya.

"Kita ngucek yah Ra, bukan pake mesin, biar kamu nggak kaget nanti," Rania tau sahabatnya ini sama sekali tidak paham dengan kondisi di pesantren, jadi sebisa mungkin ia memberitahu Haura pelan-pelan.

Diantara 4 gusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang