🍊bagian dua puluh dua🍊

761 74 433
                                    

Assalamualaikum....

Wiiii hebat, hebat kalian berhasil lagi capai target lagiiiiiiii

Kachin bangga deh sama kalian, kalian pasti kesel-yah sama tingkah Gus Asyar,  boleh, kalian boleh banget kesal sama dia,
But jangan kesel sama bocah yang Gus Asyar overprotektif-in itu yah, dia kan masih keciiil🤓

Okey biar Kachin bisa lebih molor lagi, 400 komen dann 70 vote kita lanjut okeeey semangat kalian Kachin tau kalian pasti bisa.

See you papay guis

🧡🧡🧡

Langkah kecil gadis yang kerap kali menyebut Gus Asyar itu Abi berlari kepelukan wanita dengan cadar hitam, tubuhnya masih sedikit basah.

"Ibun Yaya basah, tadi didorong kedanau!" Adunya, mata gadis kecil itu berair.

" Maafkan saya tidak becus menjaga Yaya, pakaiannya basah lebih baik segera diganti," ucapnhya memerintah namun lebih terdengar seperti saran.

Gus Asyar nampak begitu segan dengan wanita didepannya ini, wanita itu mengangguk setuju.

"Emm, kalau begitu saya permisi, sekali lagi maafkan saya, saya lalai menjaga Yaya" katanya penuh sesal.

"Ya, maafkan Abi!"

~🍊~

Bel rumah berulang kali ditekan, mama Vena- mama Haura  mengeryit heran masih sepagi ini sudah ada yang bertamu, ia saja baru selesai menunaikan shalat subuh.

"Bi, coba lihat didepan siapa?" Pintanya pada sang art-nya.

Tanpa banyak tanya lagi sang art yang juga baru selesai menunaikan shalat subuh pergi ke depan untuk melihat siapa gerangan tamu yang sangat kurang sopan bertamu dijam segini.

Mama Vena- kembali membereskan mukenanya, sedangkan art-nya itu sudah berlalu dengan mukena yang masih melekat ditubunya.

Keluarga Haura memang selalu mengerjakan shalat berjamaah dimushala kecil mereka, baik itu antara majikan ataupun art semuanya mengerjakannya bersama secara berjamaah, sebab mereka memegang prinsip.

Semua manusia adalah hamba tuhan, kita setara dihadapan tuhan, mau dengan status rendah ataupun tinggi, kaya atau miskin, muda atau tua dimata tuhan kita hanyalah hambanya yang selalu membutuhkannya!

"Bu!" Panggil art-nya dengan berbisik.

Mama Vena menatap sang art dengan tatapan penuh tanya.

"Mama!" Haira dengan tas ransel dipunggungnya yang menggembung, membuktikan banyaknya isi dari ransel tersebut.

Tidak sempat bertanya, Haura sudah melempar tasnya kesembarang tempat, lalu memeluk sang mama. Ia menangis tersedu-sedu dipelukan sang mama.

Mama Vena hanya diam, tidak berani bertanya, ia kenal putrinya dengan sangat. Semuanya akan sia-sia jika bertanya sekarang.

Setengah jam lebih Haura menangis dalam pelukan sang mama, Haura mulai mengendorkan pelukannya. Diusapnya kasar air matanya, ia sudah lebih tenang sekarang.

"Ka-," belum sempat sang mama melanjutkan katannya Haura sudah menutup mulut sang mama.

"Jangan tanya Haura ma, Haura belum siap cerita, intinya untuk sekarang Haura bakal nginap disini beberapa malam dulu, ini masih rumah Haura, kan ma? Haura masih bolehkan, nginap. disini?" Tanyanya dengan mata yang masih berkaca-kaca.

Diantara 4 gusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang