🍊bagian sebelas🍊

810 62 5
                                    

Assalamualaikum....

Karena Kachin lagi baik hati,okelah ya kita double up hehe..

Banyakin komen juga tapi biar makin mood nulis 😅

Bye-bye 👣

Semua keluarga ndalem berdiri mengitari gadis yang tengah menangis tersedu-sedu, memohon pada suaminya itu.

"Mas jangan disentuh sakit banget kakinya,"

"Nanti sembuh sendiri mas,"

"Haura nggak mau diurut sakit mas, maas" rengekan demi rengekan keluar dari bibirnya. Padahal Asyar saja belum melakukan apapun pada kaki sang istri hanya ditaruh dipahanya saja dan diusap beberapa kali.

"Harus diurut nak, kalau nggak bakal lebih parah!" Peringatan sang Abah pada Haura, dimata Abah Ali Haura bukan hanya seorang manantu namunsebagai putri, dan juga cucu.

"Atau Abah aja kali yang ngurut, beeeh kalau Abah yang ngurut nih yah, yang keseleo langsung jadi patah," ucap afidz yang serius menatap Haura yang tengah menangis, mendengar penuturan afidz Haura bergidik ngeri.

"Tapi kalau bang Asyar dulu_" Afidz tampak berpikir.

Plak.

Sebuah pukulan diterima Afidz dipundaknya, pukulan itu didapatnya tentu dari Amar, bisa-bisanya adiknya itu membahas sesuatu yang membuat Haura makin ngeri.

"Dengar, Haura sekarang tatap mata mas, fokus kesini_" Asyar menunjuk matanya dengan kedua jarinya.

Mata keduanya bertemu mata itu membuat Haura seketika diam membisu"_ Haura kamu wanita tercantik yang pernah mas lihat, setiap mas lihat kamu jantung mas berdetak dua kali lebih cepat dan_"

Krek...

"Akkkkhhhh_"

Mata Haura membulat sempurna, pujian itu hanya bentuk pengalihan Asyar ,Asyar berhasil mengobati keseleo yang Haura alami dengan sekali hentakan.

Ia meraung-raung kesakitan, berteriak dengan mulut yang terbuka lebar. Asyar yang melihat tingkah istrinya itu hanya menggeleng, ditariknya Haura untuk masuk kedalam pelukannya.

"Lebay banget bini bang Asyar," memang dari sekian banyak mulut yanga ada dindalem saat ini hanya mulut Afidz yang minta dilakban. Ia dengan terang-terangan mengatakan kakak iparnya lebay.

"Iz mau Abah apakan mulutmu itu?" Penuturan singkat sang Abah mampu membungkam kembali Afidz yang sudah siap meluncurkan kalimat hunaan, dan ejekan lain bagi Haura.

"Gerakin kakinya!"

Haura menggerak-gerakkan kakinya, benar kakinya sudah lebih baik rasa sakit yang dirasa ketika kakinya sedikit bergerak menghilang. Namun, ia masih enggan melepas pelukan dari suaminya itu dirinya masih memeluk erat tubuh suaminya itu.

Asyar sudah berusaha melepaskan namun, Haura nampaknya makin mengeratkan pelukan itu. Jarang-jarangkan Haura memeluk suaminya ini jadi sekali dirinya mendapat kesempatan harus dimanfaatkan dengan baik.

"Deg-degan nggak meluk Haura gini mas?"

"Jangan baper, yang tadi saya bohong," tanpa bereprasaanya suaminya bercanda tentang masalah hati pada Haura, padahal ia sudah percaya plus  baper karena mendengar pengakuan dari suaminya itu, yang ternyata, palsu.

Dilepaskannya pelukan Asyar, segera dihapusnya jejak air mata yang sudah mebanjiri pipinya sedari tadi. Naasnya, Haura baru menyadari seluruh keluarga ndalem berada disini.

"Sejak kapan semuanya disini?" Tanyanya sedikit takut, bukan takut pada orangnya hanya, dirinya takut harga dirinya turun karena dilihat menangis sampai meraung-raung begitu hanya karena keseleo.

Diantara 4 gusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang