🍊bagian dua puluh 🍊

693 65 213
                                    

Assalamualaikum....

Pengen bikin challenge deh buat kalian kalau bisa 50 vote and 200 komen kita langsung next ke chapter berikutnya...

Kalau bisa komen tiap part sih, perasaan kalian baca ini gimana, terus keselnya kalian dimana gitu, atau mau nyampein apa gitu kalau bisa kepara tokoh disini pengen tau aja hehe

Btw makasih yah komen nya, seneng deh ngeliat kalian se-semangat itu nungguin Kachin up...



Dengan wajah lebam Gus Arsya duduk disamping sang Abah, Abah Ali sudah  mengetahui apa yang kemarin terjadi. Kemarin saya Gus Arsya ingin masuk kedalam ndalem ia berpas-pasan dengan sang Abah, tentu lukanya membuat sang Abah bertanya.

Berbeda dengan Gus Arsya yang tertunduk, tak berani menatap siapapun. Gus Asyar terang-terangan menatap adeknya itu dengan tatapan permusuhan. Abah memanggil Gus Asyar kendalem guna menyelesaikan masalah yang dialami keduanya.

"Syar, kamu tau apa hubungan adekmu sama istrimu?" Gus Asyar mengangguk.

"Hubungan mereka ini sudah selesai, kemarin saat kamu datang tidak, sebelum kamu datang mereka bertemu untuk mengakhiri semuanya itu yang Arsya sampaikan keabah, Arsya sekarang coba kamu ceritakan sendiri!"

"Kemarin, Arsya keliling pesantren, nggak sengaja bertemu Nana, Nana minta untuk temui dia didanau. Setelah kami sampai danau dia bicara banyak tentang hatinya. Nana itu orangnya ceplas-ceplos bang, dia nggak pintar nyembuyiin perasaannya, dia terus terang, kalau dia suka, ya suka kalau dia nggak suka, ya nggak suka_"

"Hapal sekali kamu tentang istri saya!" Gus Asyar memotong ucapan adiknya itu, ia masih kesal sangat kesal. Siapa yang tidak kesal melihat istrinya berpelukan dengan adek sendiri.

"Dengarkan dulu adekmu!" Tegur Abah.

"Haura cerita sama Arsya bang, dia bilang dia udah jatuh cinta sama suaminya sendiri. Dia mau hidup sama suaminya hingga tua, samapi ajal memisahkan, dia minta Arsya untuk berhenti memaksakan kehendak Arsya. Alasan dia mau ketemu Arsya juga bukan cuman itu bang, dia mau tau tentang Abang, biar dia bisa jadi istri ideal untuk Abang, dan masalah kami berpelukan itu ulah Arsya bang, Arsa hilang kendali. Arsya marah atas semua ucapannya bang, Arsya ngerasa Nana milik Arsya," Arsya makin menundukkan kepalanya. Ia benar-benar kalut.

Gus Asyar terdiam cukup lama,  Arsya yang semula menunduk, ia berlutut didepan saudaranya itu. Ditaruhnya kedua tangannya dipahanya sendiri.

"Bang, maafin Arsya bang, rasa cinta yang haram ini membutakan Arsya bang, maafin Arsya. Arsya janji bang setelah hari ini Abang nggak akan ngeliat wajah Arsya lagi, Arsya bakal pergi sejauh mungkin bang dari kehidupan Nana dan abang. Tapi tolong maafin Arsya bang, tolong jangan salah paham sama Nana bang, ini salah Arsya bang!"

"Apa maksudnya ini sya?" Tanya Abah bingung, pembicaraan tentang hal yang baru disampaikannya pada Asyar tidak disampaikan Arsya lebih dulu padanya.

"Bah, maaf sebelumnya Arsya lancang mengambil keputusan tanpa persetujuan Abah, Arsya memilih pergi bah, untuk menenangkan hati Arsya, mengikhlaskan semuanya bah, untuk kebahagiaan semuanya," hal ini teramat berat untuk Arsya meninggalkan semuanya, namun dengan kehadirannya ia telah begitu banyak membuat hati patah. Lebih baik ia menepi dan menghilang sejenak samapi semuanya menjadi tepat untuknya kembali.

~🍊~

Wanita dengan Khimar itu mengetuk pintu rumah Haura, dengan sebuah album foto ditangannya. Ia adalah ibu dari Asyar. Ia mendengar semuanya,tentang masalahnya dengan sang suami.

"Boleh ibu masuk nak? Ibu mau ngobrol sama kamu,"  ujarnya saat Haura sudah membukakan pintu, gadis itu nampak sedikit kacau.

Haura membuka lebar pintu rumahnya, tanpa banyak basa-basi lagi ibu dari Asyar itu masuk dan duduk diruang tamu dengan tatapannya yang begitu lembut.

Diantara 4 gusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang