🍊bagian dua puluh lima🍊

568 84 51
                                    

Assalamualaikum....

Ka chin nggak nunggu target, padahal masih jauh, tapi nggak apa-apa.

Kachin hargain usaha kalian, sebab KACHIN juga mau dihargai so kita jadi saling menghargai, kalian ada yang baca noted dari KACHIN nggak sih?

KACHIN cukup sadar ko kalau diantara 4 Gus nggak sebagus itu untuk dapat apresiasi yang luar biasa, KACHIN cukup bersyukur kalian udah mau baca dan ngikutin terus, tapi KACHIN juga manusia kadang-kadang serakah juga.

KACHIn tuh seneng banget kalau liat boom komen dari kalian, serasa kalian tuh benar-benar nungguin diantara 4 Gus gitu.

Lain kali mungkin KACHIn nggak akan banyak buat noted deh ,percumakan hehe. Kalau ingat tapi.

Maaf curhat, doain yah biar diantara 4 Gus nggak berhenti ditengah jalan.

Gus Asyar kalian baik-baik aja ko, sampai saat ini nggak tau kalau kedepannya🙂

Papay kalian semua👋🏻👋🏻


🍊🍊🍊🍊🍊🍊🍊🍊🍊🍊🍊🍊🍊🍊

Ruang rawat inap yang hanya diisi oleh dua brankar itu nampak cukup ramai, seorang pria tengah duduk dibrankar itu sambil menatap satu persatu  orang yang saling berbicara mengenai banyak hal, tentu saja ia tak tertarik. Seminggu ini dunianya terasa begitu hampa, orang yang diharapkannya tidak disini menemaninya.

Asyar Ali Muhammad, ya ia Asyar sosoknya lah yang tengah dijenguk disini, diruang rawat inap. Pagi tadi saat ia tengah terburu-buru ingin menjemput sang istri untuk pulang, tak sengaja ia hampir menabrak seorang bocah kecil yang berlari ketengah jalan, dengan cepat ia membanting setang motornya dan alhasil ia terjatuh.

Seminggu lebih ia telah membiarkan istrinya pergi. Bukannya tidak ingin menjemput, ia ingin, sangat ingin. Namun amanah yang sudah ia ambil beberapa Minggu lalu harus ia jalankan. Urusan pesantren yang ia pegang harus ia jalankan dihari kepergian Haura.

Jujur ia kalut menyadari istrinya pergi setelah pertengkaran kecil mereka, ia tidak tau alasan Haura pergi, seminggu disibukkan pekerjaan diluar pesantren Asyar banyak berpikir, dan menerka-nerka apa penyebab istri nya itu pergi, bukankah ia mencintainya juga, seperti ia mencintai sang istri?

Setelah pekerjaan itu selesai Asyar langsung pergi kerumah mama Vena untuk meluruskan hal yang terjadi, dan tentu untuk menjemput sang istri pulang kerumah dengannya. Ia bahkan tidak peduli dengan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Bahkan tadi setelah jatuh dari motor ia ingin bangkit lagi, tentu untuk melanjutkan perjalanannya menjemput sang istri pulang. Namun beberapa warga yang cukup mengenal sosok Gus Asyar  bersikeras membawa Gus dari pondok al-kahf itu kerumah sakit, lantaran luka dikakinya yang cukup dalam dan mengeluarkan banyak darah.

"Syar, Makan dulu itu ibumu udah masak bubur!" Ucap Abah Ali, sudah sejak lima menit lalu bubur itu ada didepannya namun tak juga disentuh. Ya, sebut saja Asyar kurang ajar dengan sikapnya yang tidak menghormati pemberian orang, apalagi ini pemberian sang ibu. Namun jika kalian yang ada di posisinya, usia belasan tahun telah mengetahui  diracuni oleh keluarga sendiri, oleh ibu sambungnya yang kini memberikan semangkuk bubur apa bisa mekanannya tanpa rasa waspada?

"Asyar belum lapar bah, maaf Bu," bohong, bahkan seisi ruang rawat inap ini tau alasan Gus Asyar menolak makanan pemberian ibu dari Arsya itu. Selama keluar dari ruang oprasi tadi Asyar sama sekali tidak mengisi perutnya dengan apapun, bagimana bisa tidak lapar.

Pintu ruang rawat inap itu terbuka, sepasang suami istri yang merupakan mertua dari Asyar muncul disana, dengan wajah cemas. Keduanya segera datang setelah mendapat kabar dari Abah Ali. Keduanya baru dikabari setelah Gus Asyar benar-benar sadar setelah dioprasi.

Diantara 4 gusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang