SEKARJANI 1 : Jani Lagi

4 0 0
                                    

Suasana pagi di kediaman Widyatama sudah sangat ramai. Bukan karena banyaknya orang yang ada di sana. Melainkan tingkah putri bungsu mereka, Sekar. Yang sedang bermain dengan anak dari kakak Pertamanya. Tama.

"Kak Nisa, dedek Saga ngompol di baju Sekar. Sekar bentar lagi mau kuliah loh ini,"

"Dek kamu berisik tau, pagi-pagi." ucap Tama sambil melihat gadgetnya. Saga masih ada dalam gendongan Sekar. Gadis itu meletakkan bayi itu ke ranjang. Nisa dan Bella sedang menyiapkan meja makan keduanya kompak menata piring dan mengambil beberapa masakan yang sudah dimasak oleh Mbok Rumi.

"Mas Tama, ambil Pampers dong," pinta Sekar.

"Ck! Nih, Pampers segitu deketnya," keluh Tama yang disahut kekehan puas Sekar.

"Saga, jangan pipisin Onty lagi, ya," ucap Sekar dengan suara diimut-imutkan. Selesai merapihkan Tama gadis itu menggendong bayi itu keluar.

"Heh, cucu uti sini sama eyang uti," ucap Niar lalu mengambil alih Saga dari gendongan Sekar.

"Buk, Sekar mau ganti baju. Nanti ada kuliah jam 9,"

"Loh mobil mau dipake sama bapak, masmu juga mau pergi semua," ucap Ibu.

"Bapak mau meeting, nduk," ucap Rudi.

"Yaudah Sekar bawa sendiri," ucap Sekar berbinar.

"Ndak! Nanti naik taksi aja ibu ongkosin,"

"Ibuu, kan Sekar udah gede," rengek Sekar.

"Belom punya SIM, to Ndak boleh,"

"Ck! Iya deh, ibuku sayang," ucap Sekar menurut dan mencium pipi ibunya.

"Sama bapak Ndak sayang?" ledek Rudi.

"Iya sayang bapak juga," ucap Sekar mencium pipi ayahnya.

###

Septa sedang mengurus sebuah proyek yang akan dia kerjakan bersama Tama dan Jani. Proyek itu merupakan pembangunan hotel di US gabungan antara Widyatama Group milik keluarga Septa dan Mahendra group milik keluarga Jani. 

Jani diminta datang oleh Septa ke rumahnya. Sekalian bertemu dengan ayahnya karena ia tidak bisa ikut membahas proyek dengan mereka bertiga dikarenakan akan bertemu dengan klien.

"Loh, Jani. Pasti di suruh Septa, ya." Jani mengangguk lalu mencium punggung tangan kanan Niar. Sementara wanita itu menggendong cucunya.

"Udah sarapan belom?" tanya Niar. Jani mengangguk.

"Ah. Ayo ikut sarapan lagi. Udah lama kan, kamu gak makan masakan mbok Rumi?" ucap Niar yang akhirnya Jani mengekor kemana wanita itu berjalan.

Sekar sedang melangkah turun menapaki tangga. Gadis itu menggunakan dress floral membawa Tote bag berisi laptop dan buku-buku perkuliahannya. Dia tidak terlalu memperhatikan langkahnya, dan akhirnya terpeleset meski tak sampai jatuh. Tapi cukup membuat orang yang ada di sana histeris.

"Sekar!" Sekar hanya mengelus dadanya. Bersyukur tak jadi jatuh.

"Mbok ya kalo jalan tuh liat-liat, nduk," ucap Niar yang sedang mempersilakan Jani untuk duduk.

"Hehe," kekeh Sekar.

"Pelan-pelan. Bikin ibu jantungan saja," keluh Niar. Gadis itu memutar bola matanya malas lalu menghampiri ibunya.

"Saga, saga," panggil Sekar dengan suara imut. Menghiraukan ceramah dari ibunya.

"Sudah besar kok ceroboh banget," oceh Niar.

Sekar duduk di meja makan. Di hadapannya sudah ada Jani yang duduk diam. Gadis itu terkejut. Wajahnya memerah menahan malu menyadari kalau Jani menyaksikan kelakuan cerobohnya. Tapi buru-buru Sekar menetralkan raut wajahnya.

SEKARJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang