SEKARJANI 14 : TUNANGAN

0 0 0
                                    

Hari yang ditunggu tiba. Semua orang bersemangat dan berbahagia untuk hari ini. Malam ini, di kediaman keluarga Widyatama diadakan acara pertunangan antara Sekar Widyatama dan Jani Mahendra. Para tamu mungkin berpikir kalau pernikahan yang terjadi di sini adalah pernikahan bisnis. Kecuali kedua sejoli yang sejak tadi tersenyum satu sama lain. Mereka tahu kalau mereka saling tertarik bahkan sebelum perjodohan itu ada.

"Jani, Sekar. Selamat." ucap Bella yang saat ini meletakkan tangannya di bahu suaminya. Oh. Lupakan kalau semua orang berbahagia di sini. Septa memasang wajah masam sejak pagi. Dia bilang,'Adik kecilku dicuri oleh sahabatku. Seharusnya aku tidak bersahabat dengannya.' dia memang sangat kekanakan.

"Jagain adek gue, kalo sampe Lo nyakitin dia gue bakal hajar Lo habis-habisan."

Sekar tergelak dengan tingkah kakaknya itu. Sementara Jani hanya tersenyum. Septa memang posesif. Tak hanya Sekar, Bella dulu juga sering mengeluh padanya karena Septa terlalu posesif.

"Mas Septa, Sekar udah gede. Berhenti anggep Sekar kaya anak kecil." peringat Sekar.

"Ck! Iya deh iya." Septa pergi dari hadapan keduanya. Mengelus perut Bella yang mulai menunjukkan adanya makhluk hidup yang tumbuh di sana.

"Sekar. Kamu tau?"

"Apa? Mas Jani belum ngomong apa-apa."

"You look so beautiful tonight." Jani mengelus surai hitam Sekar yang diikat setengah.

Sekar menatap tunangannya itu, tubuhnya yang gagah terbalut baju batik pas badan. Niar sengaja memesankannya untuk sang calon menantu serasi dengan dress milik Sekar.

Keduanya masih sibuk menyalami tamu undangan.

"Ayo makan, kamu belum makan dari tadi." ajak Jani lalu menggandeng telapak tangan Sekar.

"Duh, kalian serasinya." ucap Niar yang kini menghampiri mereka berdua.

"Ibu, Sekar mau makan dulu, ya."

"Ya udah sana. Sekalian nak Jani makan, ya." Jani mengangguk lalu tangannya ditarik Sekar.

"Mas Jani mau puding mangga?"

Jani mengangguk, Sekar meletakkannya  di piring nampan Jani. Lalu ke nampannya.

"Mau makan gudeg atau rawon?" tanya Sekar.

"Rawon."

Keduanya membawa makanan mereka, lalu duduk berhadapan. Jani tiada henti menatap wajah Sekar. Cowok itu seperti tersihir untuk menatap ke arah sana.

"Mas Jani makan."

"Sekar ... aku bisa gila." gumam Jani. Pria itu menggeleng, menatap Sekar lamat-lamat membuatnya tersihir oleh wajah gadis itu. Matanya yang jujur, auranya. Jani suka semua tentang Sekar.

"Mas Jani suka puding mangga."

"Suka."

"Nanti Sekar belajar buat, deh."

"Kamu bisa masak?"

"Enggak juga."

"Gak perlu repot-repot. Aku nikah juga gak nyuruh kamu buat masakin aku."

"Iya tau."

"Tau apa?"

"Tau mas Jani gak akan nyuruh aku buat masak."

"Nah, tugas kamu cuma jadi istri aku."

"Iya deh calon suami."

"Jadi gemes," Jani menjulurkan tangannya. Menjepit pipi Sekar dengan jarinya yang langsung ditepis oleh Sekar.

SEKARJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang