SEKARJANI 6 : Kemarahan Jani

3 0 0
                                    

Sekar keluar dari kamar mengenakkan dress motif bunga tanpa lengan berwarna hitam yang pada bagian roknya memiliki pola ruffles sampai mata kaki. Kardigannya tergeletak di tepi ranjangnya. Gadis itu begitu antusias melihat kelip bintang lewat jendelanya. Sampai lupa meninggalkan kardigan rajut itu. Dia berlarian kecil keluar dari villa.

Sekar membiarkan rambut panjangnya tergerai indah diterpa angin pantai di malam hari. Suasana sejuk yang menenangkan membuat gadis itu tanpa sadar berjalan cukup jauh dari villa. Dengan sandal Crocs hitamnya ... Sekar membuat pola-pola abstrak pada pasir putih yang berada di bawah kakinya. Gadis itu menunduk dengan serius. Lalu tersenyum ketika pola itu lama-kelamaan membentuk kata 'Jani'.

"Eh, kok Jani?" tanya Sekar bermonolog. Tapi buru-buru gadis itu menggeleng dan tersenyum lebar. Memang benar apa yang dibicarakan orang-orang ... ketika menyukai seseorang kau akan lebih sering tersenyum karena hal remeh.

"Hai cantik! Sendirian aja?" tanya seseorang yang kini mendekatkan dirinya dengan Sekar membuat gadis itu tidak nyaman. Sekar tidak menyahut dan buru-buru pergi. Sesuatu yang buruk mulai berdatangan di pikiran gadis itu. Tidak tau apa yang akan terjadi. Tapi Sekar buru-buru melangkahkan kakinya. Sekar mulai meneteskan air mata ketika pria itu memanggilnya lagi diiringi dengan suara langkah yang semakin mendekat. Bau alkohol mulai terhirup oleh Sekar. Gadis itu paham kenapa pria di belakangnya ini bertingkah aneh. 

"Cantik, mau kemana sih?" tanyanya.

Sekar mempercepat langkahnya menuju ke arah yang gadis itu sendiri tidak tahu sudah ada dimana dirinya saat ini. Sialnya, pria itu masih betah mengikutinya. Sekar sudah menangis sejadi-jadinya. Dia sangat ketakutan. Di saat seperti ini dia berharap kakaknya ada di depannya. Mas Septa. Mas Tama. Pandangan gadis itu sedikit buram karena air mata. Tapi sosok yang berada di hadapannya tengah berbincang melalui ponsel. Sekar mengenalinya.

"Mas Jani!" pekik Sekar saking bersyukurnya. Gadis itu berlarian semakin cepat membuat Jani mengerutkan dahinya karena tampilan Sekar yang saat ini sudah berantakan. Wajahnya sembab akibat menangis. Rambutnya berantakan. Air matanya masih terus menetes di pipi berisi gadis itu.

"Sekar, kamu kenapa?" tanya Jani mengusap sisi wajah Sekar yang basah. Jani menatap seseorang di belakang Sekar yang sedang tersenyum seperti orang gila. Pria itu buru-buru menarik Sekar ke belakang tubuhnya. Melindungi gadis itu agar merasa aman.

"Ada urusan apa, Lo?" tanya Jani dengan wajah tidak bersahabat.

"Lo gak usah ikut campur ... gue cuma mau seneng-seneng sama cewek di belakang Lo!"

Jani menoleh dan mendapati Sekar yang meremas lengannya dengan raut wajah ketakutan. Gadis itu menggelengkan kepala. Lalu dengan lirih berkata,"Aku gak kenal, mas. Dia mabuk," ucap Sekar menjelaskan.

"Pergi Lo!" bentak Jani kepada pria mabuk di depannya.

"Sialan! Gue mau main sama cewek itu! Gue yang nemuin dulu! Itu berarti dia punya gue!"

"Dia cewek gue bangsat!" Sentak Jani lalu memukul pria di depannya dengan pukulan bertubi-tubi. Sementara Sekar melongo menatap kemarahan Jani. Keduanya saling memukul meskipun jelas siapa yang memenangkan kontes pukul memukul ini. Pria mabuk dan pria yang sadar tentu saja kalian tahu siapa yang menang, kan?

"Mas, udah, mas!" Sekar menahan lengan kanan Jani yang akan kembali memukul pria itu. Dengan napas terengah-engah karena emosi Jani menatap si perusuh itu dengan tatapan nyalang.

"Pergi dari sini atau Lo gue habisin!" teriak Jani seolah mengeluarkan amarahnya yang masih tertahan.

"Iya ... Ampun," ucap pria itu lalu pergi. Namun sebelum jauh ... si perusuh itu menaikkan jari tengahnya. Jani yang masih emosi pun hendak mengejar dan memukulnya lagi dengan membabi buta. Tapi Sekar buru-buru memeluknya. Mengusap punggung lebar pria itu agar tenang.

SEKARJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang