SEKARJANI 8 : Kembalinya Masa Lalu

9 0 0
                                    

Jani tengah berkutat di depan komputer ketika asistennya—Robi—masuk dan memberitahu bahwa ada seorang wanita yang datang ingin bertemu dengannya.

"Boss, ada cewek di luar. Cakep." Robi tersenyum ketika menatap keponakan boss-nya yang sudah berkepala tiga itu namun belum menikah tiba-tiba disambangi gadis cantik.

"Belum ada janji, kan?"

"Aduh, boss. Orangnya maksa."

"Suruh masuk, rob."

Robi keluar dan langsung menemui wanita dengan dress ketat berwarna biru muda. Rambut cokelat terangnya dikuncir ponytail dengan make up bold yang membuat pesona dewasa pada wanita itu semakin memancar. Ketukan stilleto terdengar di telinga Jani. Cowok itu menatap pintu ruangannya.

"Halo, Jani. Long time no see." Yuri mendekatkan dirinya ke arah Jani yang menatapnya tajam. Wanita itu mencium pipi kiri Jani dengan berani.

Jani mendorong tubuhnya pelan. Berusaha menjauhkan dirinya dari perempuan tidak tahu malu di hadapannya ini. Bagaimana tidak? Hubungan mereka yang selama tiga tahun terjalin harus kandas karena wanita di depannya ini tiba-tiba menghilang, akan tetapi dengan santainya Yuri muncul kembali seolah tidak terjadi apa-apa pada hubungan mereka.

"Kok kamu menghindar?"

"Stop act like we were fine!"

"Aku masih sayang kamu, Jani."

"Minggir!"

Jani mengenyahkan Yuri lalu berdiri dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Jani, kamu marah? Maafin aku. Aku bisa jelasin. Tapi jangan kaya gini." Yuri menatap Jani dengan tatapan memelasnya. Berusaha sekuat mungkin agar pria di depannya ini luluh dan kembali ke dalam pelukannya.

"Kita udah selesai, Yuri. Se-le-sai!" tegas Jani.

"No! Aku masih cinta kamu. Masih sayang kamu. Maafin aku ya?" pinta Yuri dengan menangkupkan kedua tangannya frustasi.

"Oh, harus diperjelas? Lo sama gue udah bukan apa-apa lagi. Ngerti?" ujar Jani dengan tatapan galak.

"Jani, please dengerin aku."

"No. Gue gak butuh penjelasan Lo. Silahkan keluar!" Jani menjulurkan tangan kanannya mempersilakan Yuri keluar.

Yuri keluar dengan perasaan kecewa, wajahnya merah padam karena menahan kesal. Jani tidak mudah dibujuk ketika marah. Gadis itu memahami Jani melebihi siapapun. Saat ini dia tidak bisa menunjukkan kemarahan di depan Jani seperti dulu saat mereka bertengkar.

Sementara Jani menghela napasnya kasar. Beban pekerjaan yang berat, ditambah kedatangan Yuri sangat membuat kepalanya seolah akan pecah.

***

Sekar sedang berada di kantor Septa, sesekali gadis itu membantu kakaknya ketika pekerjaan menumpuk. Seperti saat ini. Sekar menjadi Helper dadakan Septa.

"Mas, laporan ini kok belom ditandatangani bapak?"

"Mana? Coba liat?"

Sekar mendekat, meletakkan tiga map di hadapan Septa.

"Waduh iya. Itu kemaren pas bapak sibuk ngurusin klien di Jogja."

"Yaudah. Sekar ke bapak dulu, ya." pamit Sekar lalu segera melenggang pergi ke ruangan bapaknya.

"Eh, anak wadon. Sini. Bapak kangen. Kamu kok gak pulang ke rumah?" tanya Rudi merentangkan tangannya lalu memeluk anak gadisnya.

"Iya. Sekar lagi sibuk banget sama tugas. Pengen tenang di apartemen. Bapak sehat?"

SEKARJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang