SEKARJANI 23 : Cosplay Pengantin

1 0 0
                                    

"Aduh—pusing eike lihat kecantikan paripurna khas Jawa kamu, Sekar!"

"Kak baby lebay!" ucap Sekar bersungguh-sungguh. Laki-laki berperilaku lemah lembut itu selalu berlebihan memuji Sekar.

"Tanya aja sama lakik yay, tuh! Liat air liurnya udah mau menetes." Netra Sekar bertemu dengan netra tajam nan meneduhkan milik Jani yang kini menatapnya penuh kagum.

"Mas!" panggil Sekar menyadarkan Jani dari lamunan.

"Hm."

"Tuh kan! Apa ay bilang!"

Mba Endang—partner merias khas Jawa bobby—merapikan peralatannya. Di sana ada sepaket pakaian laki-laki juga. Rasanya aneh mendandani ala pengantin tapi hanya perempuannya saja. Mba Endang melirik ke arah Jani yang masih mengenakan kemeja hitam serta celana bahan hitam. Terkesan mau melayat. Tapi—Jani memang menyukai pakaian hitam.

"Masnya pake beskap sekalian—gimana?"

Sekar melirik, meminta persetujuan Jani. Tetapi, Jani malah menatap Sekar seperti anak kecil yang meminta pendapat kepada ibunya.

"Boleh?"

"Mas Jani emang mau? Panas loh pake pakaian begini!"

"Mau. Kan nemenin kamu."

"Ih! Kalian ini so sweet banget!"

"Namanya juga pasangan, sis!" ucap Endang.

"Yaudah, sana. Mas ganti."

Beberapa saat kemudian—Jani kembali dengan tampilannya yang berbeda. Pria itu tampak gagah dengan beskap senada kebaya Sekar yang dikenakannya. Mereka benar-benar seperti pasangan yang akan menikah saat ini juga.

"Ganteng banget, calon suami aku." bisik Sekar membantu merapihkan blangkon milik Jani. Jani tersenyum. "Calon istri aku juga cantik banget,"

"Duuh, gemes deh. Pengen giring ke KUA." ucap Baby ngawur.

"Iya sis, kok iso yo. Serasi tenan."

Sekar dan Jani terkekeh. Keduanya berjalan beriringan setelah selesai berdandan di salon milik baby.

"Bill nya kirim ke saya, ya." ucap Jani kepada keduanya.

"Awwh. Daddy." gurau Baby manja.

***

Keluarga Sekar sedang mengadakan acara empat bulanan Bella. Si empunya acara sudah berias dengan cantik. Serasi dengan Septa. Keduanya benar-benar berbinar. Calon ibu dan ayah. Septa benar-benar menjaga Bella. Apalagi ketika mereka berdua berjalan berdampingan. Septa menggenggam erat tangan Bella.

"Yang, Sekar kok belum kelihatan?"

"Palingan bentar lagi nyampe."

"Aduh, aku udah pengen banget liat dia."

"Kamu ngidam?" Bella hanya nyengir tak berdosa. Septa sungguh tidak tahu apa yang diminta Bella kepada Sekar. Suaminya itu mulai curiga, apa yang ingin dilihat Bella.

"Eh, ibu hamilnya. Udah cantik banget." ucap Nisa mengusap perut Bella. Dia mengajak Bella dan Septa untuk duduk di kursi berjejeran.

"Kalian, aduh siap-siap. Tamu udah mulai pada dateng." ucap Niar meminta Bella dan Septa bersiap.

"Nis, kamu ndak liat  Sekar? Anak itu belum keliatan."

"Barusan Nisa chat, lagi otw, buk."

"Ya sudah. Sana kamu temenin Tama nyambut tamu di depan. Ibuk mau cek persiapan di belakang, yo."

SEKARJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang