tiga

3.5K 15 0
                                    

Tina pun keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk, lalu memakai pakaian nya. Dia seperti tidak merasa ada sesuatu yang salah. Berbeda dengan aku, sekarang nyali ku ciut. Bahkan yang tadi nya aku ingin menanyakan apa maksud tina, sekarang justru takut dan hanya bisa bungkam.

Bahkan begitu selesai dia berpakaian, dengan santai nya dia hanya mengecek handphone nya, lalu men-charge di meja samping kasur.

"Rasya nya dah mandi Papa? Kok diem aja kayak patung" ucap nya yang melihat aku kikuk tidak bisa berkutik. Sekarang kalau memang benar dia tahu apa yang baru saja ku tonton di kamar mandi, aku akan sangat malu, bagaimana mungkin aku bisa menikmati pertunjukan Tina dan pak Omar bahkan menonton nya didalam toilet? Aku akan kehilangan martabat ku sebagai suami yyang harusnya berwibawa, yang harusnya marah ketika melihat ada sebuah kejanggalan, yang harusnya cemburu melihat apa yang seharusnya tidak dilihat. Tapi kenyataan nya? Aku justru terlihat menikmati itu.

"Mm... belum ma. Ini baru mau papa mandiin"

"Ya harusnya tadi rasya nya dulu dong yang mandi. Masa papa harus nurutin birahi dulu baru ngurrusin anak?" sebuah pernyataan yang membuat ku tidak bisa berkata beberapa detik karena kalimat itu seperti meninju jantung ku sekeras mungkin. Yang bisa ku lakukan hanya menurut saja sekarang dan menemui rasya untuk selanjutnya memandikan nya karena waktu mandi sudah tiba. Bahkan tidak terlintas ku tadi untuk berdebat dengan Tina untuk meminta nya bergantian. Apa aku sepengecut itu?

...

Kami pun makan malam bersama maam ini, aku, Tina dan Rasya. Semakin hari, aku semakin jago memasak dengan berbagai macam resep baru yang kupelajari sembari mengisi waktu kosong ku setiap hari belakangan ini.

"Pa, abis ini mama mau keluar dulu."

"K-kemana ma?"

"Tadi pak Omar hubungin, ada yang harus dikerjain."

"Kok malem ma, tapi kan mama kerja nya pagi sampe sore aja"

"Ya kan ini gak tiap hari mas. Lagian mama bakal pulang kok... " ada kala nya tina memanggil ku dengna kata papa, atau "mas" sesuai dengan mood nya

"....yaudah ma, Abis makan biar papa anterin" ucap ku menawarkan. Bagaimana lagi cara dia pergi kesana untuk malam hari seperti ini masa naik bis?

"Nanti pak omar jemput. Papa jagain Rasya aja dirumah"

*deg* kalimat itu seketika mengagetkan ku. Ditambah tiba tiba penis ku merespon hanya mendengar itu. Apa maksudnya sampai sampai pak Omar mau menjemput Tina, istriku??

Selesai makan pun dia bersiap ke kamar. Yang aneh adalah, dia tidak menggunakan pakaian yang biasa. Lebih ke pakaian yang harus nya dipakai tidak saat berkeja. Penampilannya jauh lebih cantik dari biasa nya. Tapi lagi lagi aku hanya bisa membatin. Sebenarnya pekerjaan apa yang mau dilakukan Tina?

Sekitar 15 menit kemudian, dia pun pamit dengan ku dan Rasya. Dari dalam rumah, melalui jendela kulihat sudah ada mobil mewah yang menunggu disana. Aku tidak melihat pak Omar saat itu karena dia tidak keluar dari mobil nya, tapi lagi lagi seperti ada sengatan dalam diri ku yang membuat birahi ku seperti terpancing hanya melihat TIna yagn memasuki mobil itu. Mobil pun berjalan.

Buku 43 - ISTRIKU & MAJIKANNYA MAKIN GILA (SEASON 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang