"Papa, jika pada akhirnya papa selingkuh, kenapa menikahi mama?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Yeonjun memperhatikan punggung sempit ibunya. Sora sedang mempersiapkan makan malam untuk mereka. Perempuan itu dengan cekatan memotong dan membuat sup hangat. Yeonjun kembali melirik ke arah tangga.Ia menunggu sang papa untuk datang makan malam bersama. Ia tahu papanya sudah pulang sejak sore tadi bersama sekretarisnya. Namun mereka berdua tak terlihat lagi hingga jam makan malam.
"Mama?"
"Iya sayang?"
"Boleh Yeonjunnie panggil papa?"
Sora menggeleng. Ia tak ingin masalah tercipta. Ia sudah cukup tutup mata dan tak ingin mencampuri urusan Soobin. Ia hanya akan fokus pada Yeonjun untuk saat ini. Meski hatinya begitu perih teringat akan pengkhianatan yang Soobin lakukan.
"Jangan ya? Papa sedang sibuk, jadi makan dengan mama saja. Me—"
Belum sempat ucapannya selesai, sang putra telah lebih dulu berlari ke atas. Sora hanya menghela napas berat.
-----🦊🦊🦊🦊-----
"Papa?"
Yeonjun membuka pintu dengan tiba-tiba. Ia memiringkan kepala melihat pemandangan tak senonoh di dalam. Soobin telah bertelanjang dada dan Jiyeon berada di atas pangkuannya.
"Papa?"
Suara kecipak basah terdengar memenuhi ruangan kerja Soobin. Hal ini tak membuat Yeonjun jijik. Ia malah dengan berani semakin mendekat.
"Papa sedang apa?"
Soobin yang seolah sadar segera menurunkan Jiyeon. Sang sekretaris menatap sebal ke arah Yeonjun. Namun segera mengubahnya dengan senyum palsu sebab Soobin melihatnya dengan tatapan memperingatkan.
"Ada apa sayang?"
Soobin membelai pipi Yeonjun yang kemerahan. Meski usianya sudah 11 tahun, Yeonjun masih nampak seperti anak-anak awal sekolah dasar. Imut dan menggemaskan.
Yeonjun merentangkan tangannya. Meminta Soobin menggendongnya.
"Papa, mama sedang memasak di dapur. Bukan kah sekarang kita seharusnya membantu mama? Kita akan makan malam bersama bukan?"
Soobin terdiam. Ia melirik ke arah sekretarisnya sejenak dan tersenyum sambil mengecup pipi Yeonjun.
Yeonjun sedikit memalingkan wajah. Anak itu sejujurnya merasa jijik ketika Soobin menciumnya. Ia benci fakta bahwa bibir papanya telah menyentuh bibir wanita lain selain mamanya.
"Baiklah, kita akan makan malam bersama."
Soobin menutup pintu dan meninggalkan Jiyeon. Ia menggendong Yeonjun seolah putra tirinya seringan kapas.
Soobin mulai merasa menyayangi Yeonjun karena karakter bocah tersebut yang tenang dan tidak rewel. Yeonjun juga pintar dan mudah diatur. Soobin menyukainya. Laki-laki dewasa itu kembali beberapa kali mengusak gemas pipi Yeonjun dengan hidungnya.
Hingga ucapan Yeonjun membuatnya kehilangan kata-kata.
"Papa, jika pada akhirnya papa selingkuh, kenapa papa menikahi mama?"
Suara jujur Yeonjun membuatnya diam.
-----🦊🦊🦊🦊-----
Keesokan paginya, Yeonjun memakan sarapan dengan tenang. Soobin yang semalam seperti mendapat hantaman dari ucapan putra tirinya, kini sedang duduk sarapan bersama.
Sora hanya diam. Dia masih mau mengambilkannya makanan. Bahkan seolah tak terjadi apapun.
"Makan yang banyak. Mama sudah siapkan bekal kesukaan Yeonjunnie."
Yeonjun mengangguk dan tersenyum. Namun senyum malaikatnya luntur melihat selingkuhan sang papa turun dari tangga. Perempuan itu dengan tidak tahu malu berdiri di belakang sang papa.
Heeseung yang baru saja datang merasakan suasana mencekam tak menyenangkan.
Ia menunduk dan berdiri di belakang Yeonjun. Yeonjun yang seolah sudah tak selera meletakkan rotinya. Ia meminum susunya hingga tandas sambil memandang tajam ke arah Jiyeon yang mengelus pundak sang papa dengan lancang. Yeonjun mahami ibunya yang bergetar menahan sakit dan amarah.
Ia menyentuh lengan sang mama dengan lembut. Membuat emosi Sora lenyap saat itu juga. Perempuan itu tersenyum dan memandang sendu putranya.
"Paman Heeseung, aku mau berangkat dengan papaku." Suara mutlak Yeonjun membuat Jiyeon menghentikan tangannya yang membelai pundak Soobin.
Soobin menatap Yeonjun dengan tatapan terkejut. Namun kemudian ia tersenyum mengangguk.
"Tentu saja, sudah lama papa tidak mengantar Yeonjunnie."
Yeonjun tersenyum mendengarnya. Ia merasa menang diatas perempuan jalang simpanan sang papa.
"Mama, kami akan berangkat."
Yeonjun mengecup pipi sang mama. Ia pun memaksa Soobin memberi kecupan pada ibunya.
"Papa, sekarang papa yang cium pipi mama." Soobin hanya menurutinya. Ia masih bersandiwara seolah semua baik-baik saja. Meski ia tahu Yeonjun tak sebodoh itu untuk tidak tahu perihal perselingkuhannya.
Jiyeon memalingkan wajahnya melihat Soobin mengecup istri sahnya. Perempuan itu bersumpah serapah di dalam hatinya. Membuat Yeonjun yang melihatnya diam-diam merasa begitu puas.
"Papa gendong." Yeonjun merentangkan tangan. Soobin menyambutnya dan menggendongnya dengan mudah.
"Oh benar, Tante tolong bawakan tas ku. Tante pegawai kantor papa kan? Berarti Tante hanya bawahan kan? Lakukan tugas Tante dengan baik ya."
Yeonjun melempar tasnya ke atas meja. Membuat Sora diam-diam tersenyum melihat bagaimana Yeonjun membelanya.
"Mama janganlah bekerja. Mama pasti lelah bukan? Sekarang mama istirahat saja ya?"
Sora tersenyum. Membiarkan putranya berangkat dengan Soobin. Ia diam-diam merasa bangga pada Yeonjun. Putranya yang polos itu terlihat begitu berani dan tegas melindunginya.
"Segeralah besar Yeonjun."
Ucapan pelan Sora membuat Heeseung melirik sekilas istri sah dari bosnya. Sejujurnya ia merasa kasihan dan bersimpati. Namun yang bisa ia lakukan hanya menjalankan perintah Soobin untuk menjaga Yeonjun.
"Aku tahu, kamu pasti berpikir semua ini menyesakkan. Tapi... Heeseung, tolong jaga Yeonjun ketika aku tidak disekitarnya. Akan banyak orang yang menyulitkannya nanti. Aku...bukan berbicara sebagai atasan, aku berbicara sebagai seorang ibu. Meski kamu adalah bawahan Soobin, tapi tolong lihatlah Yeonjun. Tolong jaga dia. Aku merasa seolah akan berada jauh darinya."
Heeseung tak mengerti akan pembicaraan yang terdengar menyedihkan ini. Tapi ia hanya mengangguk dan mengiyakan. Sebagian hati kecilnya turut bersedih atas kesedihan Sora dan kemalangan Yeonjun.
"Saya akan berusaha sebaik mungkin Nyonya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa What's Wrong? (End ✔️)
FanfictionSoobin tidak mengerti. Namun Yeonjun dengan mudah menariknya dalam pesona yang nampak lugu dan polos. Berbanding terbalik dengan sorot mata putranya yang terlihat berambisi akan sesuatu. "Papa telah melakukan sesuai keinginanmu Yeonjun, beri imbalan...