"Papa bisa membandingkannya sendiri."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Yeonjun mengerang bosan. Sudah pukul 8 malam tapi papanya tak kunjung pulang. Ia mulai memikirkan apakah sang papa sedang check in di hotel dengan si jalang itu?
Memikirkannya membuat Yeonjun kesal bukan main.
"Paman Heeseung?"
"Apa?" Heeseung yang sedang membaca koran menengok ke arah Yeonjun yang menatapnya kesal.
"Aku bosaaan!!!! Kita harus main sesuatu!! Apa paman tidak bosan duduk berjam-jam disitu?"
Heeseung meletakkan korannya. Menghampiri Yeonjun yang terbaring di sofa dengan celana pendek dan kaus oversize miliknya.
"Memang kamu mau main apa?"
"Aku tidak mau main video game."
"Lalu? Usia 19 tahun memangnya mau main apa?"
Yeonjun mendudukkan dirinya. Berhadapan dengan Heeseung dan membuat gestur berpikir.
"Bagaimana jika kita main hide and seek!?"
Heeseung menampakkan wajah bosan. Yeonjun selalu mengajaknya bermain permainan itu sejak dulu.
"Kamu tidak bosan?"
"Tidak!! Lagipula aku suka ketika orang mencariku."
Heeseung benar-benar tidak mengerti jalan pikiran tuan mudanya. "Baiklah segeralah sembunyi biar aku menghitung hingga 10."
Yeonjun mengangguk. Ia segera berlari dan bersembunyi.
-----🦊🦊🦊🦊-----
Sudah hampir setengah jam namun Heeseung belum menemukannya. Yeonjun bersembunyi di dalam ruang kerja ayahnya. Ia duduk di kursi dan memandangi bagaimana ruangan ini tidak berubah. Buku dan berkas penting. Meski Soobin kerap mengerjakan pekerjaan di kamarnya tapi Yeonjun lebih menyukai tempat ini.
Dulu ia banyak habiskan waktu disini meski hanya bermain sendiri sebab Soobin akan bekerja dan mengawasinya sesekali.
Tangannya menyentuh foto dirinya yang Soobin letakkan di meja kerjanya. Yeonjun tersenyum. Foto itu diambil ketika ia lulus sekolah dasar. Yeonjun meminta Soobin meletakkannya disini.
Asik memandangi wajahnya sendiri hingga tanpa sadar seseorang telah masuk ke dalam sana. Membuatnya terkejut hendak memekik.
"Sssttt.... Heeseung sedang mencari di bawah. Kalian sedang main petak umpet bukan?"
Suara bisikan Soobin membuat Yeonjun mengangguk. Ia melepaskan tangan Soobin dari bibirnya. Mengambil napas banyak-banyak dan tersenyum menggemaskan.
"Papa kenapa baru pulang?"
"Papa ada urusan sayang."
"Dengan selingkuhan papa?"
Yeonjun berucap polos. Membuat Soobin salah tingkah karena tertangkap basah.
"Bau papa seperti bau parfum murahan."
Yeonjun mengucap sambil bergidik. Parfum menyengat wanita itu menempel pada tubuh sang papa.
Soobin yang dikatai hanya tertawa kecil. Yeonjun itu punya mulut yang tajam. Sifat aslinya benar-benar berbanding terbalik dengan wajah dan binar mata polosnya.
"Memang parfum mahal yang seperti apa?"
"Tentu saja yang seperti mama gunakan. Atau yang seperti Yeonjunnie pakai."
Yeonjun dengan lancang membuka sedikit kausnya hingga menampilkan perpotongan lehernya yang bersih.
"Papa mau membandingkannya?"
Soobin meneguk ludahnya kasar. Yeonjun benar-benar terlalu berani dan blak-blakan dengan semua tingkahnya.
Laki-laki dewasa itu terlihat ragu. Namun entah kenapa ia merasa terhipnotis melihat leher putih milik Yeonjun.
"Kemarilah, papa bisa mencium baunya lebih dekat. Cium dan rasakan bedanya."
Nyatanya ucapan Yeonjun bagai perintah untuk Soobin. Laki-laki itu mendekat dan menghirup dalam-dalam perpotongan leher putranya.
Sejenak ia merasa kepalanya benar-benar dibuat pusing dengan aroma menenangkan dan candu yang Yeonjun miliki.
Aroma ini berbeda dengan Jiyeon, berbeda pula dengan Sora. Menenangkan, lembut, tapi juga membuatnya ingin menghirup lebih banyak lagi.
Aroma ini terlalu candu.
"Smells good."
Pujian sederhana Soobin membuat Yeonjun tersenyum menang. Ia membiarkan sang papa menghirup lehernya sampai puas.
"Parfum apa yang kamu pakai?"
"Entahlah, aku tidak tahu. Aku hanya menunjuk dan membayarnya tanpa banyak berpikir."
Yeonjun sedikit berjengit ketika Soobin menempelkan hidung di lehernya. Rasanya sedikit geli dan menggelitik.
"Ahh....papa ini geli."
Soobin tertawa pelan. Reaksi polos Yeonjun membuatnya tersenyum. Soobin ingin menggoda anaknya lebih lagi. Maka ia mengecupnya pelan. Membuat Yeonjun tiba-tiba lemas dan gemetar.
"Ah..." Pria mungil itu hampir jatuh jika Soobin tidak menangkapnya.
"Kenapa sayang?"
"Kakiku lemas, papa."
Soobin menyukainya. Jawaban Yeonjun membuatnya tiba-tiba merasa begitu puas.
"Benarkah? Padahal kamu sendiri yang bilang papa boleh menciumnya lebih dekat."
Yeonjun memalingkan wajah. Diam-diam ia tersipu malu.
"Jadi mana yang lebih enak?"
"Tentu saja milik Yeonjunnie."
Soobin membelai kepala Yeonjun. Membuat pria manis itu tersenyum puas.
'Benar. Papa harus terbiasa mencium aromaku.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa What's Wrong? (End ✔️)
FanfictionSoobin tidak mengerti. Namun Yeonjun dengan mudah menariknya dalam pesona yang nampak lugu dan polos. Berbanding terbalik dengan sorot mata putranya yang terlihat berambisi akan sesuatu. "Papa telah melakukan sesuai keinginanmu Yeonjun, beri imbalan...