"Papa? Bisa buang mobil ini?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Yeonjun keluar dari kamarnya dengan suasana hati gembira. Senyumnya merekah dan ia terlihat 100% bahagia. Entahlah, ia cukup senang mengingat bagaimana Soobin bersikap posesif padanya. Belum lagi beberapa hari lalu Soobin dan Jiyeon sempat bertengkar. Meski ia tak terlalu mengerti mereka bertengkar karena apa.
Ia hanya dengar tentang Jiyeon yang menyayangkan sikap Soobin yang masih mau mengasuh Yeonjun meski Yeonjun bukan anak kandung pria tersebut.
Yeonjun menutup pintu kamarnya pelan. Membawa tasnya dengan satu tangan. Namun ketika ia berbalik, Soobin tengah menatapnya dengan tatapan menilai.
"Selamat pagi papa."
Soobin tersenyum. Menghampiri Yeonjun dan memeluknya. Mencium perpotongan leher remaja itu seperti sebuah kebiasaan yang wajib dilakukan.
"Selamat pagi Yeonjunnie."
Yeonjun tertawa gemas. Namun detik berikutnya, tawanya hilang dan berganti wajah terkejut.
"Papa belum pakai dasi?"
Soobin melihat dadanya. Dasi belum terpasang disana.
"Belum. Mungkin nanti di kantor."
Hal itu membuat Yeonjun menahan rasa ingin mengunyah Soobin! Bagaimana ia bisa membiarkan Jiyeon menyentuh tubuh papanya?!?!
"Kemarikan dasi papa. Biar Yeonjun yang pakaikan."
Soobin menurutinya. Mengeluarkan sebuah dasi berwarna navy dan memberikannya pada Yeonjun.
Yeonjun menerimanya dan mendekatkan diri pada sang papa. Jarak mereka hanya terpisah satu langkah kaki. Bahkan jika Yeonjun mendongak, ia bisa dengan jelas menggapai bibir Soobin disana!
"Mulai sekarang jika papa ingin pakai dasi, biarkan aku yang melakukannya."
Soobin mengangguk. Membiarkan tangan cantik Yeonjun bekerja. Ia mulai memperhatikan bagaimana garis wajah Yeonjun yang indah. Hidungnya yang mancung, kedua pipinya yang lembut dan kemerahan, dan dahinya yang berkerut menandakan keseriusan remaja tersebut membuat rapi dasinya.
Soobin menyadari bahwa Yeonjun memilki mata seperti rubah dan bulu mata yang cantik. Rambutnya menutupi dahinya dan terlihat lembut. Tiba-tiba fantasi aneh terbayang di kepalanya.
Bagaimana jika jari jemari Yeonjun bergerak membelainya. Bagaimana jika rambut lembut Yeonjun berada diantara jari-jarinya. Bagaimana jika mata indah itu terpejam dan terbuka menatapnya sayu.
Soobin terlalu larut dalam bayangan indah dan tak senonoh miliknya. Hingga matanya jatuh tepat pada dua belah bibir Yeonjun yang nampak merah alami. Terlihat lembut dan pas. Ia mulai menyukai sensasi dimana Yeonjun mendaratkan kecupan di pipinya tempo hari.
Soobin pun penasaran, bagaimana jika bibir indah itu menyebut namanya putus asa dalam rasa nikmat?
Ah otaknya benar-benar kotor!
Tapi nyatanya Yeonjun terlalu indah untuk diabaikan. Ia tanpa sadar menyentuh bibir remaja di depannya. Menatapnya dengan tatapan berkabut.
Yeonjun menyadarinya. Ia menghentikan gerakan jari jemarinya pada dasi Soobin yang telah terpasang rapi. Menatap balik mata laki-laki dewasa di depannya dengan wajah polos dan mata berbinar.
"Papa, sudah selesai."
Ucapan Yeonjun membuat Soobin tersadar dari fantasi gilanya. Membuat pria itu memutus kontak mata mereka sejenak. Ia melihat dasinya yang telah terpasang. Kemudian pria itu tanpa aba-aba mengecup sudut bibir Yeonjun yang sedikit terbuka.
"Terima kasih, sunshine."
Sunshine?
Yeonjun hampir saja merasa jantungnya berhenti. Kecupan dan panggilan baru itu membuatnya kesenangan bukan main.
"Sama-sama papa."
-----🦊🦊🦊🦊-----
Mereka sedang sarapan. Jiyeon datang lagi bahkan setelah pertengkaran hebatnya dengan Soobin. Yeonjun akui pria yang berstatus ayah tirinya itu memang memiliki pesona luar biasa meski usianya hampir 40 tahun.
"Yeonjun...berangkat bersama papa hari ini ya?"
Yeonjun mendadak kesulitan menelan makanan. Ia terkejut sebab sudah sejak lama Soobin tak mengantarnya lagi. Bisa ia rasakan perempuan itu menatap tajam padanya.
"Emm aku bisa naik mobil dengan paman Heeseung pa."
"Papa mau mengantarmu. Kapan terakhir kali papa melakukannya? Sudah lama kan?"
"Oh oke..."
Yeonjun mana bisa membantah. Makanan di piringnya mendadak hilang rasa. Kenapa seakan dirinya di tatap seperti perusak rumah tangga? Hei!!! Yang selingkuhan papa itu kan bukan dia! Yeonjun jadi kesal!
Soobin yang telah selesai makan lalu menggandengnya dan membawanya keluar. Meninggalkan Jiyeon tanpa sepatah kata seolah perempuan itu tidak ada disana.
"Papa...aku hanya alasan biar papa bisa menghindari Tante Jiyeon?"
"Tidak sayang...papa kangen sekali sama Yeonjun. Kita sudah lama tidak berangkat bersama."
Yeonjun mengangguk. Membiarkan Soobin memasangkan sabuk pengaman padanya. Bisa ia lihat Soobin menatap matanya ketika laki-laki itu mendekat. Yeonjun dengan jelas mencium aroma maskulin dari tubuh Soobin. Membuatnya tiba-tiba sedikit berdegup dan merinding. Soobin benar-benar punya aura dominan yang membuatnya terlihat kecil dan lemah.
Yeonjun mencoba menetralisir detak jantungnya. Membuat pikirannya teralih dengan memikirkan apa saja. Hingga tiba-tiba ia merasa kesal sebab kursi yang ia duduki terbiasa digunakan oleh simpanan ayahnya!!
"Papa? Bisa buang mobil ini?"
"Kenapa? Bukannya mobil ini bagus?"
"Aku tidak suka duduk di kursi bekas orang lain."
Yeonjun menatap keluar jendela. Sifatnya yang asli ini lah yang jarang ia perlihatkan. Soobin menyunggingkan seringai tipis. Pantas saja Jiyeon pernah tak sengaja menyebut Yeonjun sebagai setan kecil. Yeonjun itu manja, menyebalkan, dan semua yang ia inginkan harus dapat terpenuhi.
Tapi sayangnya Soobin menyukai semua sifat itu. Ia merasa sifat menyebalkan Yeonjun cocok dan tidak membuatnya terganggu sama sekali.
Soobin dengan senyuman lalu membelai kepala Yeonjun.
"Tentu saja. Papa akan beli yang baru untuk kita."
Yeonjun menatap jalanan dan sedikit mengangkat dagunya. Soobin kembali tersenyum simpul. Yeonjun itu setan kecil yang menyenangkan sekali untuk diperangkap di dalam rumahnya. Soobin menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa What's Wrong? (End ✔️)
FanfictionSoobin tidak mengerti. Namun Yeonjun dengan mudah menariknya dalam pesona yang nampak lugu dan polos. Berbanding terbalik dengan sorot mata putranya yang terlihat berambisi akan sesuatu. "Papa telah melakukan sesuai keinginanmu Yeonjun, beri imbalan...