"Mama, tenanglah. Aku akan membalasnya. Aku akan membuat papa tak bisa lari dari kita."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Yeonjun memandang nanar ke depan. Di usianya yang ke-15 tahun, kabar duka datang mengejutkannya dari rumah sakit di Seoul.
"Yeonjun?" Suara kakeknya yang baru saja terbang dari Jepang membuatnya meloloskan air mata yang barusan ia tahan.
"Kemari sayangku, cucuku yang malang."
Isak tangis Yeonjun terdengar keras. Ia kembali kehilangan orang yang ia sayangi. Ibunya menghembuskan napas terakhirnya tadi sore setelah berjuang beberapa jam setelah kecelakaan.
"Kakek...mama tidak bangun lagi. Apa hiks....mama tidak menyayangiku lagi?"
Sang kakek memeluknya erat. Ia menenangkan cucunya yang ditimpa beban berat sejak kecil.
"Mama sangat menyayangi Yeonjun. Jangan bicara seperti itu ya?"
Yeonjun kembali menangis. Membuat banyak orang yang datang ikut merasakan kepedihan. Beberapa teman-temannya dan keluarga mereka datang setelah mengetahui berita duka tersebut. Bahkan Miss Jieun turut datang.
"Yeonjun?" Suara lembut Soobin mengalun. Membuat banyak pasang mata menatap ke arahnya. Ia baru saja datang setelah terbang dari China.
"Papa...hiks...mama tidak mau bangun. Mama...tidak membuka matanya lagi."
Soobin meraih Yeonjun yang menangis tersedu. Soobin merasakan sesuatu yang lain hari itu. Ia merasakan hatinya berdenyut sakit melihat tangisan menyedihkan Yeonjun yang baru pertama kali ia lihat.
"Tenanglah, masih ada papa disini."
Yeonjun berada dalam dekapan sang papa. Bergetar hingga nyaris pingsan. Soobin memeluknya lebih erat lagi.
Soobin menatap ke arah ranjang dimana Sora telah terbaring tak bernyawa. Ia menggumamkan kata maaf dalam hati.
Tapi jika boleh jujur, Soobin tak merasa sedih. Ia sedikit bingung dengan hatinya. Ia malah lebih sedih melihat Yeonjun menangis hebat.
"Ada papa disini. Papa akan selalu bersamamu."
-----🦊🦊🦊🦊-----
Yeonjun menatap gundukan tanah yang masih baru. Para pelayat nampak telah meninggalkan makam ibunya. Tatapan Yeonjun kosong. Ia tak lagi punya seseorang untuk bersandar.
Sang mama, orang terkasihnya pada akhirnya pergi meninggalkannya dan menyusul sang ayah kandung.
"Yeonjun, mari kita pulang."
Suara pelan Soobin tak membuatnya beranjak. Ia masih diam meski langit nampak mendung dan akan hujan.
"Mari kita pulang?"
Yeonjun menggeleng. Ia menepis tangan Soobin untuk pertama kalinya.
"Mama akan kesepian jika aku pulang."
'Mama selalu kesepian'
"Mama akan sedih jika aku pulang."
'Mama selalu sedih dan menangis'
Soobin terdiam. Ia memandang kuburan yang masih basah itu. Banyak karangan bunga yang tersemat hingga menutupi semua permukaannya. Ucapan bela sungkawa tak henti diucapkan untuknya dan Yeonjun. Meski sebenarnya ucapan bela sungkawa tersebut hanya berlaku untuk Yeonjun.
"Papa pulang duluan saja. Aku masih ingin disini."
Soobin menyerah. Ia membiarkan Yeonjun berpuas melihat makan ibunya.
"Papa akan tunggu di mobil."
Soobin mulai beranjak. Yeonjun menatap punggungnya dengan penuh arti.
"Mama, tenanglah, aku akan membalasnya. Aku akan membuat papa tidak bisa lari dari kita. Aku akan membalas perempuan itu berkali lipat dari yang mama rasakan. Yeonjunnie akan mengikat papa sampai mati." Yeonjun membuat keputusan bulat di depan makam ibunya.
-----🦊🦊🦊🦊-----
"Aku bisa mengasuhnya." Ucapan tegas Soobin membuat Kakek Choi terdiam. Pria yang kini menginjak kepala 3 itu berucap tegas dan tidak ingin dibantah.
"Tapi kamu bisa melanjutkan hidup Soobin. Kamu terlalu muda untuk menduda dan mengasuh remaja. Lagipula, sejak awal Yeonjun bukanlah putra kandungmu. Ia putra kandung anakku."
Ucapan kakek Choi membuat Soobin menajamkan matanya. Sesuatu dalam batinnya tidak rela jika Yeonjun tidak berada dalam jangkauan matanya. Mengingat mereka telah hidup di bawah atap yang sama selama 8 tahun terakhir.
"Akan mengasuhnya sampai ia memasuki usia dewasa. Setelahnya ia bebas memilih jalan yang akan ia ambil."
Ucapan final dari Soobin membuat Kakek Choi mau tak mau menyetujui. Meski ia lebih berhak atas hak asuh cucunya.
"Apa kamu sangat menyayanginya? Kamu bahkan tidak mau melepaskannya."
Soobin diam. Ia juga tidak mengerti. Ia hanya ingin Yeonjun tetap mengisi rumahnya. Ia terbiasa melihat Yeonjun disana. Maka akan sulit jika tiba-tiba Yeonjun tidak ada.
"Ya, aku menyayanginya."
Kakek Choi tersenyum. Ia mengangguk.
"Baiklah. Tapi jika ia meminta aku untuk mengasuhnya, kamu tidak boleh menghalanginya."
"Tentu saja."
Soobin mengangguk. Ia memberi salam sebelum akhirnya pergi dari sana.
'Entahlah, sulit rasanya melepas anak itu.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa What's Wrong? (End ✔️)
FanfictionSoobin tidak mengerti. Namun Yeonjun dengan mudah menariknya dalam pesona yang nampak lugu dan polos. Berbanding terbalik dengan sorot mata putranya yang terlihat berambisi akan sesuatu. "Papa telah melakukan sesuai keinginanmu Yeonjun, beri imbalan...