29 CHAPTER

58 15 27
                                    

29 CHAPTER

29 CHAPTER

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Sebuah ruangan tampak gelap hanya ada cahaya di atas tubuh seorang pria yang duduk tanpa sadarkan diri, terikat kuat di kursi dengan tali yang mengikat di sekeliling tubuhnya, wajahnya yang tampan seolah penuh luka lembab yang nampak jelas di beberapa titik.

Berangsur-angsur tubuhnya mulai bergerak, mata sayup-sayupnya mulai membuka perlahan, rasa sakit di tubuhnya seolah menjalar.

Kian, pov

Perlahan aku membuka mata, tubuhku seolah remuk karena rasa sakit, hal pertama yang aku rasakan tubuhku seolah tidak bergerak, saat kesadaranku mulai berangsur-angsur pulih, aku baru sadar kini tubuhku di ikat kuat di kursi dengan tali, saat aku menyadari ruangan di sekitarku yang tampak asing aku mulai mencari sosok seseorang yang telah membuat kekacauan semua ini, tapi nihil aku hanya sendirian diruang ini.

Mengingat kejadian beberapa waktu lalu membuatku benar-benar hilang kesadaran, Elkan dan anak buahnya mengajarku sampai aku tidak sadarkan diri, saat aku mulai mengingat semuanya aku baru sadar Stef kini tidak ada di sampingku.

Sekuat tenaga aku mencoba melepaskan diri dari ikatan yang melilit tubuhku, tapi sayang, tenagaku terkuras lemas, setelah bertengkar melawan anak buah Elkan yang banyak.

BRAK

Aku menatap pintu yang terbuka kasar, melihat sosok pria bertubuh besar masuk dan berjalan ke arahku, dia adalah salah satu anak buah Elkan, yang ikut serta dalam perkelahian beberapa waktu lalu.

"ha.. ha.. ha.." tawanya mengema di ruangan ini perlahan namun pasti pria itu mengangkat daguku dengan kasar.

Di detik berikutnya dia memukul pipiku keras.

BUGH

Darah kembali mengalir disudut bibirku yang mungkin sudah robek berulang kali.

"LEPASKAN SAYA!!"

"CIUH"

Pria itu hanya meludah tepat di depanku, membuat jijik dengan perbuatannya.

"DI MANA ELKAN?!!" tanyaku berteriak padanya.

"bosku sedang beristirahat, jadi tolong kau dengan tuan!! Berteriaklah!! Tapi ingat kau tidak bisa lari dari sini!!"

Aku memandanginya dengan mata malas, mungkin percuma jika aku berteriak, seperti apa yang di katakannya, jalan satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah mengumpulkan semua tenaga dan berfikir bagaimana aku bisa keluar dari tempat ini.

•••

Marlina sejak tadi hanya mondar-mandir di ruang tengah, sudah beberapa kali dirinya menelpon putranya, tapi tidak ada satupun yang tersambung membuatnya cemas dan khawatir.

Pagi tadi Marlina datang untuk membangunkan putranya, karena tidak biasanya anak laki-lakinya belum bangun, apalagi ini adalah hari pelantikan Presdir di perusahaan Wijaya.

Kian Of The King (I) [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang