Aku meninggalkan kata-kata di bawah pintumu yang bercat merah delima.
Menggunung di sana ribuan surat berisi amarah, penyesalan, dan jutaan rasa yang tak bisa diuraikan dengan aksara.
Bertuliskan, "aku merindukanmu", sepekat arangTiap kali ingat bahwa kamu dekat, sakit dan pahit melekat erat.
Seolah semesta tengah mencuri keseluruhan diriku dan menenggelamkannya hingga ke dasar samudra.
Namun, saat kamu terlalu jauh dan mustahil untuk kurengkuh, semesta mengulurkan kedua tangannya padaku; di sanalah tergenggam detak yang aku lupa pernah ada.Aku meninggalkan kata-kata bersama dinding yang kuharap suatu saat mampu membisikimu.
Bercerita tentang betapa kacau rupaku sesaat setelah kamu datang kemudian berlalu.
Tentang bagaimana luka itu membuka dan menutup berulang kali karena kebisuan dan ketergesaan yang meliputimu.Di bawah lantai yang kamu pijak, ada kata-kata yang kuharap bisa bernyayi untukmu.
Mengantarkan lagu sarat kata maaf dan rindu.April dengan seikat daisy selalu menuntunku pada kata-kata dan segala hal tentangmu
Seperti katamu, menulis itu memang terapi.
Terapi paling manjur untuk mengenangmu, lagi dan lagi.Tiap kali aku merindukanmu, aku selalu meninggalkan kata-kata.
Kata yang kuharap mampu berhembus melalu celah di bawah pintumu, menyatu dengan dindingmu, mengalir bersama ruas-ruas lantaimu.
Kata dengan sejuta cita tak berujung yang suatu saat pasti akan sampai padamu.Aku selalu berjanji untuk berhenti menulis dengan penggambaranmu yang sehangat matahari.
Namun saat menulis ini, kudapati diriku enggan menemui akhir.Bukankah sudah terlalu lama? Aku melewatkan sebagian besarnya dengan berduka.
Waktu selalu menuntut bayaran, oleh karenanya aku meninggalkanmu kata-kata.Aku berjanji pada Tuhan, padamu, dan pada diriku sendiri.
Aku akan tetap menulis; seterusnya dan selamanya meski tanpa matahari.Selamat tinggal, kuharap ini adalah tulisan terakhir dengan kamu di dalamnya.
Semoga semua yang tidak pernah terkatakan bisa sampai padamu melalui ribuan kata yang kuselipkan dimana-mana.Diantara mereka, satu saja, kuharap kamu membacanya.
Disana akan tertulis jelas bagaimana aku bersyukur pada Tuhan karena kamu pernah ada.***
dee| 18.44 pm
-the end-
KAMU SEDANG MEMBACA
Parfait en Ruine
PoesíaOur story is imperfect, yet beautiful and worth remembering.