SEASON II: ៍ོ̇ ⸙::04 ─ ࿆⃧፝ ྅

224 17 3
                                    

"tapops mengembara satu galaksi.. kiw kiw.. mencari powersphera—, EH?" aiku masuk ke rumah sambil bersenandung. dia habis berlatih sepak bola karena terlalu lama hiatus, kemampuannya jadi tumpul.

aiku memang sudah tertarik main bola lagi sih. katanya, bola itu seperti belahan jiwanya, jadi tak bisa dia benar-benar meninggalkan sepak bola semudah itu. sok melankolis sekali om-om satu ini.

skip. kembali keterkejutan aiku, saat dia pulang dan melihat tv cable menyala menampilkan kartun tom & jerry, dengan kara yang tertidur di atas sofa dan..

anak kecil? ← yang dia maksud itu akira—tidur di atas paha kara.

"bjir..? anaknya kara nih? emang dia pernah hamil, ya?" aiku mencoba menyelidiki sendiri sambil memperhatikan lekat-lekat wajah tertidur akira yang tertutup poni.

"hamil bisa ditutupin, kan? jadi dia hamil beneran? sama si.. adeknya sae? siapa namanya? rin?" aiku bermonolog sendiri. walaupun dadanya menggebu-gebu ingin berteriak dan mempertanyakan apa yang sedang dia lihat sekarang.

"besok aja lah tanyanya," aiku mendengus. dia membawa tas berisi peralatan latihannya masuk ke dalam kamarnya.

hebat ya, dia bisa mengatur emosinya untuk tidak membangunkan kara atau anak kecil itu demi meminta penjelasan yang sangat ingin dia ketahui.

aiku benar-benar kapten sejati kalau kelakuannya tidak bejat.

***

paginya, kara bertemu dengan aiku. ngomong-ngomong, setelah pulang jam 12 malam, aiku biasanya akan pergi lagi jam 2 atau jam 3 pagi ke rumah sendou atau shidou, tapi karena dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, aiku menunda jam nongkrongnya.

"apaan lo liat-liat? jijik tau gak?" kara mendelik, dia sedang membuat sup untuk sarapan akira. tapi aiku sejak tadi memperhatikannya dan akira yang duduk dengan wajah pongo di sampingnya.

"ini beneran lo nggak mau ngomong apa-apa?" aiku bertanya.

"paan?"

"soal ni anak." bola mata aiku mengarah pada akira sekejap. "dia anak lo? lo pernah hamil? diliat-liat dia mirip sama adeknya sae, jadi lo dihamilin beneran sama dia?"

"bodoh, bego, idiot, dongo, otak udang." kara mencibir.

aiku seperti baru saja tersambar listrik mendengar hinaan beruntun dengan wajah serius itu.

"dia cuma anak kecil yang salah ngira rin itu bapaknya," kara memberi penjelasan singkat. menaruh sup dan nasi di depan akira. kemudian anak itu mulai memakannya.

"gak percaya gue. lo liat mukanya, ini jiplakan rin banget, jing? rambutnya juga! lo mau ngelak kayak gimana lagi?" aiku menunjuk-nunjuk akira yang sedang makan. wajahnya mendadak serius.

"dibilang bukan ya, bukan. lo mau gue tampol, hah?"

aiku mendengus.

"om!"

kemudian menoleh pada akira. "apaan lo, om-om? emang gue om lo?"

"jangan kasar-kasar, gue sikut urat nadi lo, ya!" kara memukul kepala belakang aiku dengan kekuatan kecil.

"bangsat.." aiku mengumpat diam-diam. "eh, kara dongo. gue kasih tau nih ya, gak logis banget tiba-tiba ada bocah nyamperin rin trus manggil dia bapak kalo dia bukan beneran anaknya. lo mau ngasih tau seluruh dunia kalo dia beneran bukan anak lo sama rin juga belom tentu pada percaya. apalagi lo berdua sering banget di rumah sendirian, tetangga pasti pada ngoceh yang nggak bener, yakin gue. minimal apa? minimal ngotak." aiku menempeleng kepala kara dengan jari telunjuknya.

[✔] [1] pluviophile ; itoshi rinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang