SEASON II: ៍ོ̇ ⸙::09 ─ ࿆⃧፝ ྅

161 16 0
                                    

niat kara mau mengantar rin, tapi karena jam kuliahnya lebih awal dari keberangkatan rin, situasinya jadi terbalik.

apa kalian tahu kara kuliah jurusan apa?
tidak penting sih sebetulnya, karena dia sendiri tidak begitu peduli.

"mulai sekarang, karena kita bakal susah ketemu dan komunikasi lagi, gue mau fotoin lo sebanyak-banyaknya," kara mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. lalu bersiap memotret wajah rin dalam jumlah tidak ngotak.

rin pasrah. dia diam, tak protes. karena prinsip rin adalah: sebahagia kara saja.

"rin, kalo lo ada cewek atau cowok yang deketin lo, cepet bilang ke gue," kata kara, dia sudah selesai mengambil foto rin ke-1012.

"di sana pelatihan sepak bola, kar. nggak ada cewek," rin menghela napas. kenapa sih otak non-akademis kara sedangkal ini?

"yaudah, cowok."

"masuk akal emang kalo cowok deketin cowok?" rin menatap datar wajah kara.

"masuk lah!! ntar karena kelamaan nggak ngeliat cewek, nanti mereka malah love interest-nya ke cowok. apalagi muka lo cakep. pasti ntar lo jadi kembang desa," kara mulai menyusun pikiran-pikiran konyolnya.

"eh, chigiri lebih berpotensi sih sebenernya, tapi nggak! buat jaga-jaga, lo pegang gelang gue," kara melepas salah satu gelang dengan hiasan kuromi dari tangannya.

"dan kalo lo mulai ada hasrat suka ke cowok, liat gelang ini biar lo inget kalo punya pacar," kata kara, seperti ibu-ibu menyuruh anaknya membawa jimat keberuntungan.

"iya," rin mah pasrah saja sudah. dia tidak suka melihat kara mode setan kalau sedang marah karena permintaannya ditolak.

"lo nggak mau ngasih pesan gitu ke gue?"

rin berpikir sebentar. "oh, ada. gue mau nikahin lo pas umur 25 tahun."

"h-hah..?" kara langsung gelagapan sendiri. "25 tahun maksudnya..."

"pas gue pulang."

suhu tubuh kara yang tersipu itu langsung naik drastis. "kenapa tiba-tiba?"

"nggak tiba-tiba, gue udah mikirin ini dari lama," rin menjawab, yang menjengkelkan, mukanya datar sekali. "pas kita udah nikah, gue mau ajak lo bikin anak, yang pertama harus perempuan, terus punya dua warna mata yang beda, yang kiri ngikutin lo, yang kanan ngikutin gue. rambutnya warna hijau gelap, terus ada bulu mata bawahnya."

kara terdiam sejenak sebelum menjawab "kayak akira?"

"iya."

"emang bisa?" kara mendekatkan wajahnya, serius.

"bisa. kita bikin akira versi kita sendiri." lucu sekali melihat rin mengatakan hal vulgar itu seperti orang mengajak buat istana pasir. "nanti gue namain anak itu akira juga."

kara tidak tahu mau menjawab permintaan rin itu dengan kalimat seperti apa, tapi pada akhirnya, dia tetap mengangguk sambil tersenyum. "terus gue kasih jepitan kelinci warna pink ke dia."

rin mengangguk. pokoknya apapun yang terjadi dia mau akira terlahir lagi.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✔] [1] pluviophile ; itoshi rinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang