SEASON II: ៍ོ̇ ⸙::08 ─ ࿆⃧፝ ྅

187 20 0
                                    

oh, ternyata masih ada satu kertas lagi dibaliknya. isinya;
lo gak perlu ngelakuin hal gak penting. tetep gerak sesuai rencana awal.

rin segera meremukkan kertas itu dan membuangnya ke sembarang arah. dia ingin malam ini bisa tidur nyenyak tanpa memikirkan semua kenyataan yang konyol ini. dia ingin percaya kalau semuanya hanya kebohongan yang dibuat-buat seseorang untuk mengerjainya.

ya, dia mau percaya begitu.

***

besok paginya sekitar pukul 4 pagi, hujan turun cukup deras, kara terbangun. tapi hal yang paling membuat dia terkejut, karena akira yang semalam tidur di sampingnya, sekarang tidak ada. menyisakan dua jepit rambutnya di atas kasur, dan buku tulisnya yang terbuka dengan bagian dari kertasnya dirobek.

kara berpikir mungkin dia pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil, makanya kara menyusul. tapi saat itu, pintu kamar mandi terbuka. tidak ada orang. di kamar mandi, di dapur, di halaman rumah, di seluruh ruangan rumahnya, akira tidak ditemukan.

kara membuka pintu kamar aiku dan menemukan kakak laki-lakinya tertidur masih memakai sepatu dan jaket jeans.

"aiku!! lo bawa akira kemana!!" kara langsung berteriak panik, menggoyangkan tubuh kakaknya supaya dia mau bangun.

"ck.. apaan sih?" aiku yang baru tidur dua jam, emosi karena terbangun oleh suara berisik kara.

"akira!! akira kemana!! lo bawa dia ke kantor polisi, hah?!!!"

"kagak, sat. gue pulang aja jam 2, langsung tidur. mana ada gue ketemu itu bocah," aiku balik badan. mau melanjutkan tidurnya.

kara memegangi kepalanya, dia mulai panik. di luar hujan, dan dia tidak mau akira pergi, lebih tepatnya, dia tidak siap. kakinya berlari keluar rumah untuk mencari akira, tapi dia sangat terkejut karena malah rin yang dia temukan di depan rumahnya.

"kar—,"

"rin.. akira nggak ada di rumah. lo liat dia keluar?" napas kara yang menggebu-gebu itu membuat suaranya sedikit bergetar.

rin diam, tidak menjawab. ada sesuatu yang terjadi satu jam lalu. rin sendiri maunya tidak percaya, saat dia terbangun untuk mengambil minum, dia mendengar suara ketukan samar di pintunya dan pergi keluar untuk melihat siapa yang datang pagi-pagi buta dengan kondisi hujan deras begini.

tapi saat rin membukanya, tidak ada siapa-siapa di sana. hanya ada sebuah kertas yang terkena cipratan air hujan di teras rumahnya. rin segera mengambil dan melihat.

kejutan yang cukup parah hari ini. catatan itu dari akira. tulisan jeleknya, dan isinya, rin semakin yakin kalau anak itu yang menulisnya.

aku mau ketemu mama lagi nanti ☻
aku mau dipeluk mama lagi
papa tolong minta mama untuk lahirin aku lagi, aku janji nanti ga akan bikin mama pergi
ya pa ☻

dan sisa catatan itu luntur terkena air hujan, tidak terbaca. rin segera mengambil jaketnya dan pergi ke rumah kara menggunakan motor, menerobos hujan.

"semoga akira masih ada, semoga akira masih ada," kata-kata itulah yang rin sebut sepanjang dia pergi ke rumah kara. sambil dia berpikir, bagaimana anak itu bisa sampai di rumahnya dan meninggalkan catatan ini? atau mungkin sebenarnya catatan ini sudah ada di depan pintu sejak dia pulang tadi? tidak tahu. bukan itu yang rin pikirkan kali ini. dia belum menandatangani persetujuannya, jadi dia sedikit punya harapan kalau akira masih ada.

tapi saat dia sampai dan melihat kara keluar dengan wajah panik dan mengatakan kalau akira tidak ada di rumah, harapan rin langsung hilang begitu saja.

"kenapa lo ujan-ujanan?" kara menyentuh sisi bahu rin saat cowok itu malah menunduk. kenyataan kalau akira tidak bisa terlahir lagi, tapi akira sendiri tidak tahu itu dan membuat permintaan supaya kara bisa melahirkannya lagi, kenapa terasa menyedihkan begini?

[✔] [1] pluviophile ; itoshi rinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang