SEASON II: ៍ོ̇ ⸙::07 ─ ࿆⃧፝ ྅

173 17 0
                                    

"ck, toa banget mulutnya," shidou reflek menutup telinganya.

"ngapain lo! jangan maling! balikin nggak? gue tendang kaki lo, nih," kara belum tahu kejadian sebenarnya saja sudah emosi.

"gue cuma kebetulan lewat terus ngeliat ada nenek-nenek cempreng yang kesusahan bawa kardus," kata shidou, sengaja memicu peperangan.

"gue jambak ye rambut lo sampe botak, SIAPA YANG LO PANGGIL NENEK-NENEK CEMPRENG?!" kaki kara berusaha menggapai shidou untuk menendangnya, tapi serangga itu bisa dengan cepat mengelak.

"elo lah, siapa lagi?" hari itu shidou terasa lebih kalem dari biasanya. entah apa penyebabnya, mungkin baru saja ikut acara dakwah, makanya taubat. tetap saja sih mulutnya masih handal mengolok-olok orang lain.

"apa sih tujuan lo muncul di depan muka gue? lo bikin hasrat bunuh orang gue jadi bangkit," kara mendengus, jengkel.

"bantuin lo lah, tot. gak bisa liat nih kardus lo gue bawain?"

"oh, bagus lah. sampe rumah ya? bantuin gak boleh setengah-setengah, ntar dapet istri setengah," kara mulai berjalan. meninggalkan shidou di belakang bersama kardusnya yang kalau sampai kenapa-kenapa, dia serius akan menjambak rambut shidou sampai botak.

"anjing lo aiku, ngentrot. bisa-bisanya gue nurut disuruh ngeliatin keadaan adeknya yang kelakuannya kayak monyet liar ini," shidou sudah mendapat dosa pertamanya hari ini karena tidak ikhlas saat membantu. tidak boleh ditiru.

saat mereka sampai di rumah kara, rin dan shidou beradu tatapan di pintu dengan ekspresi:
rin: ( •̀_•́ )
shidou: 🙄
sementara kara sudah masuk dan membereskan belanjaannya di dapur.

"lo ngapain ke sini?" tanya rin, dengan nada jengkel level maksimal.

"cewek lo tadi sekarat di jalan," shidou menjawab asal.

akira yang baru keluar dari kamar mandi setelah pipis, langsung berlari ke arah pintu. "SHIDOU!!"

"hah?" shidou menoleh saat namanya dipanggil. dia lebih terkejut karena akira menghampirinya dengan senyuman yang sangat manis, tanpa rasa takut.

"lah? lo kenal sama akira?" kara yang menyadari hal itu, reflek bertanya.

"kag—,"

"iya." rin yang menjawab. menurut instingnya, dia harus berkata demikian. mungkin di masa depan, shidou memang punya hubungan dengan akira, atau semacam itu.

"kalo gitu lo tau orang tuanya dong?"

alih-alih menjawab pertanyaan kara, rin dan shidou malah saling bertatapan. mereka bicara melalui kontak mata. romantis sekali ya?

kemudian karena shidou malah menunjukkan wajah dungunya, rin mendorongnya keluar untuk diajak berbicara, akira mengekori.

"eh woy!" kara memanggil, tapi mereka menulikan pendengaran.

di luar, shidou protes, "apaan sih lo, ler? goblok, main dorong-dorong aja—,"

plak! rin menampol pipi shidou. "mony—,"

"jaga mulut lo, ada akira," kata rin, dengan nada dingin.

"akira siapa!?"

"aku!" akira menunjuk tangan, cengirannya tidak luntur.

".. lo siapa, cil?"

rin menghela napas, kemudian dia merendahkan badannya, "lo kenal ni orang?" dan memilih untuk bertanya pada akira sendiri.

akira mengangguk. "dia kan sahabat sejati papa~~."

".. apa lo bilang? sahabat sejati? gue? dia? sahabat?" sekujur tubuh rin tiba-tiba merinding, seperti ketempelan roh gaib.

[✔] [1] pluviophile ; itoshi rinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang