~Perhatikan sekeliling mu dan pikirkan apa yang bisa kau manfaatkan.
🌸🌸🌸
Paman Zoi menghampiriku diikuti anak laki-lakinya dibelakang. "Lama tak bertemu, Agra. Kau semakin tinggi saja."
"Apa maksudnya lama tak bertemu? Paman 'kan baru mengunjungi kami di Flowering seminggu lalu." Aku bersidikap dada.
Paman Zoi hanya tersenyum kaku. "Ah, ada Ezwar juga."
"Selamat pagi, Paman," sapa Ezwar sopan disertai wajah sumringahnya.
"Hai juga, Raka," tegur ku pada anak laki-laki yang berdiri di samping paman Zoi.
Dia cuma mengangguk, dan aku mendengus atas kelakuannya.
Paman Zoi pun tersenyum akan sikap anaknya. Dia menempatkan tangannya di atas kepala Raka. "Berhubung kalian saling kenal, pasti bisa cepat akrab. Tolong bermain bersama Raka ya?"
"Baik," jawabku serempak dengan Ezwar.
Dan yaah.... Pipi anak yang dimaksud merona samar. Aku menyadarinya dan tertawa diam-diam, tapi Raka mengetahui sehingga memberikanku tatapan tajam. Ku balas saja memperlihatkan senyum miring padanya.
"Kalau begitu, Papa pulang dulu ya, Raka. Kalian juga."
"Hati-hati, Paman." Ezwar yang mengatakannya ketika melihat paman akan pergi. Aku dan Raka pergi duluan dan Ezwar menyusul kami.
Kami berjalan bertiga.
"Hei, apa di sini aku juga harus merasakan pandangan orang-orang," ucapku saat merasakan pandangan terang-terangan dari orang-orang sekitar.
"Bukan karena pede ya, tapi mereka menatap kita begitu karena wajah kita yang tampan, lalu penyebabnya lainnya karena kita anak orang kaya," terang Ezwar menarik ransel ke depan dadanya.
Ah, itu fakta yang tak terelakkan.
"Karena itu aku menyiapkan ini." Ezwar memakai kacamata.
"Untuk apa memakai kacamata?" tanyaku.
"Biar kelihatan cupu. Tenang, ini kacamata tanpa minusnya kok."
Aku memandanginya datar.
"Gak ada bedanya," sambung Raka mengomentari.
"Setidaknya aku kelihatan anak baik, jadi gak ada daya tarik," balas Ezwar.
Terserah dia sajalah.
Kami pun sampai pada gedung bertingkat enam yang mana tiap tingkatnya menurut kelasnya.
Kami kelas dua tentunya kelas kami berada di tingkat dua.
"Kelasmu yang mana, Raka?" tanyaku.
"Kelas 2A, letaknya di ujung koridor," jawabnya seraya menunjuk ke kelasnya.
"Beda kelas ya kita, aku 2C," tutur ku menunjuk pada pintu yang di atasnya tertanda 2C.
"Dan aku 2B," cetus Ezwar.
"Itu karena kalian daftarnya telat, jadi dimasukkan ke kelas yang jumlah murid paling sedikit. Tidak apa, aku akan menghubungi kalian jam istirahat nanti. Minta nomornya." Raka memberikan ponselnya dan diterima oleh Ezwar.
Aku terdiam melihat Ezwar yang mengetikkan jari pada ponselnya Raka.
"Kau juga, Agra." Raka menyodorkan ponselnya juga padaku.
"Kau lupa status ku?"
Raka memandangi beberapa detik. "Maaf, aku lupa." Raka langsung memasukkan ponsel dalam saku celananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa yang Hilang
Romance"Meski kita harus melalui banyak hal, kita pasti akan meraih musim semi yang bertiupan bunga sakura." ....... Berawal rasa ingin melindungi, Agra tak menyangka akan seterikat ini dengan Agina hingga ia ingin gadis itu tetap berada di sisinya. Seda...