~Mencintaimu menjadikanku laki-laki yang punya impian.
🌸🌸🌸
Sudah beberapa hari aku tak mengunjungi rumah Olivia karena harus menemani ibu dan adikku di rumah disaat ayah sedang berada di negara Green Life.
Dan hari ini aku datang, melihatnya di balik pagar yang butuh waktu untuk terbuka. Claudya yang sedang tertawa dengan laki-laki lain halaman rumah.
Laki-laki lain?
Kenapa kalimat itu terasa berulang-ulang di kepalaku dan, dan tubuhku panas karena cuacanya yang terik hari ini.
Ya, karena itu.
"Claudya!"
Aku menghampiri terkesan buru-buru seraya merentangkan tangan dengan harapan melompat padaku seperti saat pertama kali bertemu. Namun harapan tetaplah menjadi harapan, Claudya hanya tersenyum dan menyapu seperti biasa.
"Kak Aga!"
Sontak kumasukkan satu tanganku dalam saku celana dan berdiri tegap. "Siapa dia?"
Claudya menunjukkan. "Ini kak Kevin, tetangga di sebelah rumah kami."
"Oh, tetangga." Mata biruku melirik Kevin yang tetap tersenyum.
"Iya, kak Kevin sering ke sini dan main sama Dya."
Dengan raut bahagia Claudya mengatakannya, dan itu sanggup memanaskan diriku di cuaca yang cerah ini.
"Kak Kevin juga membawakan coklat untuk Dya."
Pernyataan yang membuatku terasa ditampar dikarenakan tak pernah memberikan apapun pada Claudya.
Aku mengepal tanganku.
"Claudya banyak bicara juga ya." Tiba-tiba Kevin menyambut pembicaraan sambil mengelus kepala Claudya.
Tap!
Suara yang dikeluarkan akibat aku yang menepis tangannya. Aku tak peduli atas keterkejutannya. Lantas menggenggam tangan Claudya, membawanya ke sampingku.
Dia tertawa canggung seraya mengusap tekuknya. "Aku sok akrab ya, maaf Agra. Ngomong-ngomong aku belum memperkenalkan diri dengan lengkap ya."
Dia menjulurkan tangannya. "Kevin Albert, putra sulung Geral Albert. Agra pasti mengenalnya karena ayahku bekerja pada ayahnya Agra."
Aku melirik uluran tangan yang tidak ada niatan untuk ku sambut. "Anda-saya. Kosakata yang harus kau gunakan ketika berbicara denganku."
"Apa?" Dia bingung.
"Aku ini anak dari bos ayahmu lho. Tentunya kau harus menghormati ku seperti yang diberitahukan paman Geral, atau jangan-jangan paman sama sekali tidak memberitahumu?"
Oh, lihatlah wajahnya yang menahan murka. Aku sebenarnya tak bermaksud memusuhi mu, tapi kau duluan yang mendekati milikku.
Ku pandangi Claudya yang menatapku bingung. Aku tersenyum.
"Ma-maafkan saya yang sudah lancang." Dia menunduk.
"Tidak papa." Aku pun tersenyum tipis.
"Ah, Agra juga datang. Bagaimana ini, aku cuma bawa dua gelas minuman? Aku ambil lagi ya." Olivia baru bergabung dengan membawa nampan dan berniat masuk ke rumah lagi.
"Gak perlu, aku minum punya Claudya saja. Susu coklat ini 'kan?" Aku mengambil dan meminumnya di depan Claudya yang menatapku tak percaya.
"Kak Aga, itu punya Dya."
Lihatlah keningnya yang menyatu dan ekspresi cemberutnya. Benar-benar....
Aku berjongkok dan memberikannya. Dia kegirangan meminum minuman yang aku tinggalkan setengah. Aku tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa yang Hilang
Roman d'amour"Meski kita harus melalui banyak hal, kita pasti akan meraih musim semi yang bertiupan bunga sakura." ....... Berawal rasa ingin melindungi, Agra tak menyangka akan seterikat ini dengan Agina hingga ia ingin gadis itu tetap berada di sisinya. Seda...