18. Anonim

12 10 0
                                    

~Aku akan melindungimu bagaimanapun keadaannya.

🌸🌸🌸

Apa yang menguntungkan dari kejadian ini?

Bukan, seberapa kerugian yang ditanggung akibat perpisahan wilayah?

Rupanya kota ini sudah lama memisahkan diri dan itu terjadi pada penguasaan raja sebelum kakekku. Peperangan yang dimenangkan orang-orang yang ingin meninggalkan tradisi kuno dan melihat kemajuan dengan teknologi.

"Kalau tidak salah, Ezwar tinggal di kota itu agar tetap bisa berkomunikasi dengan paman Ilham melalui telepon."

Aku merasa bersalah pada Ezwar karena menariknya dalam masalah ini.

Aku pikir apa yang membuat rumah ayahku kacau, ternyata memang kekacauan yang ada sadari dulu.

Setidaknya dalam kekuasaan nenek tidak terlalu banyak rakyat yang kelaparan, dan dibawah pemerintahan ayahku tidak perlu dikhawatirkan terjadinya kudeta atau kebencian masyarakat.

"Sekarang aku bisa mengerti mengapa nenek begitu bersikeras supaya aku yang jadi kaisar, melanjutkan ayahku dan aku yang sudah dipastikan potensinya."

Tapi aku tidak berkeinginan begitu.

Selanjutnya yang aku temukan lebih menarik, atau lebih baik kukatakan ini berbahaya untuk Agina utamanya.

Dirumorkan William melakukan bisnis gelap berupa ekperimen dan jual-beli senjata ilegal, dan kasus-kasus lainnya.

Aku menarik layar ke bawah untuk melihat seberapa banyak situs web yang merilis informasi ini. Rupanya cukup banyak dan selalu ada di setiap tahunnya, namun informasinya cuma itu-itu saja, bahkan jika dibandingkan semuanya sama cuma beda karangannya saja.

Bisa disimpulkan informasi ini cuma ilusi mereka secara menerka-nerka karena tidak ada bukti kuat yang menunjukkannya.

"Tapi pasti ada asal-usul rumor ini bermula."

Apa yang menjadi pemicunya?

Apa aku harus menyelidikinya lebih dalam lagi?

"Itu yang diinginkan si Steven itu 'kan?" Aku mengartikan maksudnya ke arah sana, karena jelas-jelas mengatakan marga keluarga besar artinya ingin diselidiki.

Fakta selanjutnya yang aku temukan adalah keluarga William yang memiliki dua penerus, namun kebanyakan berkomentar mereka berdua akhirnya dibagi menjadi pewaris pihak ayah sedang satu lagi di pihak ibu.

"Ah, Erwin Army." Laki-laki itu yang kurasa ada kemiripan dengan si Steven dari segi wajah. Dan setelah aku cari tahu marga dari pihak ibu adalah Army, marga dari keluarga yang memiliki perusahaan di bidang arsitektur.

Jariku mengetuk di meja. "Jadi, Agina bersama orang-orang yang hebat."

Ada perasaan campur aduk mengetahui fakta yang kutemukan ini. Yang terpikirkan apa Agina akan baik-baik saja bersama mereka.

Terlepas dari kasih sayang dan materi, ada hitam di dalam keluarga William.

"Tak apa, untuk sekarang biar Agina bersama mereka. Aku harus mencari lebih banyak informasi agar bisa melindungi Agina saat diperlukan."

Aku mengotak-atik lebih banyak lagi untuk mencari tahu tentang keluarga ini lebih lanjut, namun tidak ada hal lainnya karena informasi satupun informasi tentang anak mereka.

"Biasanya para orang tua kaya raya menyembunyikan anaknya karena takut diculik dan diperas, kurasa ini perkara yang sama."

Ini kondisi yang biasa terjadi diantara pebisnis karena itu aku sebagai anak pebisnis ternama juga selalu mendapat pengawalan tersembunyi.

Suara notifikasi pesan menyentak ku, aku kembali membuka pesan anonim.

"Apa hanya segini kemampuanmu?" gumamku yang membaca pesannya. Secara naluriah aku ingin berdecak, namun kebiasaanku tidak membuatku melakukannya sehingga aku hanya menggeram seraya mengkatup mulut.

Aku bukan hacker atau peretas apapun semacamnya. Keahliannya dalam IT hanya berdasarkan teori untuk mendapat nilai sempurna di sekolah, sedang prakteknya langsung tidak sampai dapat memasuki sistem orang lain.

"NTA03, nama identitas yang bisa ditebak mengingat sosok yang diperkenalkan sebagai saudara Agina. N, tentu saja Nathan! Sekarang aku tahu arti seringainya waktu itu, dia telah berhasil mempermainkan diriku."

Di akhir aku mengebrak meja saking kesalnya.

Aku menghempas tubuhku ke kursi. "Saat mereka kembali nanti, aku akan membuatnya menjawabku. Haa~ Aku merindukanmu, Agina."

Ini cukup sulit bagiku karena aku mengalami beberapa fase perpisahan dengan Agina.

Pertama kalinya aku merasakan kerinduan dimana aku merasa tahu keberadaannya, tapi tidak tahu kondisi sebenarnya. Lalu, fase dimana aku tidak tahu keberadaannya dan juga tidak tahu khabarnya.

Dan sekarang.... Aku tahu dimana dia dan keadaannya meski lewat orang lain yang mungkin bisa ku percaya.

Sudahlah.... Aku pernah lebih dari dua bulan tidak melihatnya. Jadi ini bukan apa-apa.

Begitulah pemikiran yang aku terapkan sampai akhirnya dua bulan tiba juga. Rasanya sulit bukan sekali aku merasakannya, kebohongan besar bila kukatakan ini menjadi terbiasa.

Hanya saja sekarang aku merasa lebih dewasa dalam menanggapinya.

Aku memakai ransel begitu melihat sekolah sudah dekat, dan turun tanpa menunggu orang lain membukanya.

Apa?

Ini memang sudah waktunya dan aku juga sudah mempersiapkan diri bila Agina membohongiku.

"Aku pikir kau menungguku, tapi melihat reaksimu sepertinya aku salah." Agina berdiri di gerbang sambil tersenyum.

Aku berlari dan langsung menerjangnya ke dalam pelukanku.

"Kau selalu seperti ya. Apa kau berpikir aku berbohong?" Kali ini Agina membalasnya, dia membalas pelukanku.

"Iya."

Haa~ Rasanya tubuhku ringan sekali.

"Teganya~"

Ini cukup mengejutkan, nadanya yang menanggapi perkataanku terasa lebih hangat dan ringan. Aku sampai memegang bahunya dan menatapnya baik-baik.

Apa benar dia Agina?

Seseorang yang selalu dipenuhi aura mencekam yang membuat siapa saja ragu untuk mendekat, dihiasi wajah datar serta tatapan tajam yang mengintimidasi.

"Kau kenapa? Ada banyak hal yang mau aku ceritakan padamu tentang keluarga di sana."

Aku ditarik serasa melayang dibawa mengikutinya. Agina yang tersenyum cerah sepanjang menggenggam tanganku.

Aku tidak tahu harus berkomentar apa. Diriku memang sudah menerima sosok dingin Agina bagaimana memperlakukan dirinya. Dan sikap Agina seperti ini terlalu tiba-tiba untuk aku yang berpikir tentang masa depan bagaimana cara menanggapi sifat beku Agina.

Agina terus bicara tanpa henti tentang aktivitasnya bersama anggota keluarganya, dan aku cuma memandangi Agina yang penuh semangat. Menceritakan dirinya pergi ke tempat wisata pantai, hutan, dan lain-lainnya bersama daddy, mommy, kak Steven, Erwin, kak Lidya, Alfin beserta si kembar Fathan dan Nathan.

Namun aku merangkulnya. Bagaimanapun diri Agina aku tak akan melepasnya selama Agina tak berkeinginan untuk lari dariku.

Agina menerima rangkulanku. Tak terkejut lebih-lebih melepasnya seperti biasa, justru ia melanjutkan acara berceritanya dengan nyaman.

Aku menyukainya, dan kuharap kami seperti ini selamanya.

Karena aku mencintaimu, Agina. Ku harap kau pun begitu agar aku tak merasa terbebani akan perasaan terpaksa mu kepadaku.

Rasa yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang