2

552 8 0
                                    

Suasana pagi di perkebunan terasa segar dengan aroma harum tanah dan dedaunan yang masih basah embun. Nenek Nora, yang sudah berpengalaman bertahun-tahun dalam mengelola perkebunan, dengan penuh semangat mengajak Nora untuk mengelilingi perkebunan. Nora, yang awalnya agak canggung, mulai merasa nyaman dengan suasana di sekitarnya saat bertemu dengan para pekerja yang ramah.

Ketika tiba di sebuah gubuk di tengah perkebunan, Nora melihat seorang pria yang gagah berdiri di dekat rak-rak alat pertanian. Dengan kulit sawo matangnya dan tatonya yang terlihat di lengan kekarnya kerja, pria itu menarik perhatian Nora.

Tak bisa menyembunyikan rasa ingin tahu, Nora pun bertanya pada neneknya tentang pria itu. Dengan bangga, neneknya menjelaskan "Itu Jeki, pekerja sini yang paling terampil dan berdedikasi. Dia sudah kerja disini selama bertahun-tahun." 

"Ah, begitu. Uhm...bisa gak nenek kenalin aku ke pak Jeki?" Tanya Nora malu-malu dan direspon sebuah tawa dari sang nenek.

"Boleh banget. Ganteng, kan? Kamu suka sama Jeki?"

Pertanyaan nenek berhasil membuat pipi Nora memerah. Ia hanya bisa terkekeh malu dan canggung. Kemudian Hera mengajak Nora untuk mendekati Jeki.

Sadar akan kehadiran mereka berdua, Jeki berbalik badan dan tersenyum ramah.

"Oh, halo. Dia siapa, bu?" Tanya Jeki ramah pada Hera.

"Ini cucuku, namanya Nora."

Nora tersenyum kearah Jeki dan pria itu menjulurkan tangannya kearah Nora. Awalnya Nora terkejut lalu ia berjabat tangan dengannya. Kegugupan Nora semakin meningkat saat tanga Nora tampak mungil di tangan besar Jeki. Bahkan tangan Jeki yang kasar entah kenapa membuat Nora slaah tingkah sendiri. Setelah tangan mereka saling menarik diri, sang nenek kembali mengajak Nora untuk melanjutkan perjalanan mengelilingi kebun.

Saat matahari mulai terbenam, Nora dan neneknya kembali ke rumah. Nora tidak bisa tidak memikirkan Jeki dan kehadirannya yang menawan. Dia bertanya-tanya bagaimana rasanya mengenalnya lebih dekat, merasa senang sekaligus gugup dengan bayangan Jeki di kepalanya.

Saat malam tiba, Nora bergabung dengan neneknya untuk makan malam, di mana mereka berbincang-bincang tentang peternakan, hari mereka, dan orang-orang yang mereka temui. Meskipun mencoba untuk fokus pada percakapan, Nora tidak bisa tidak memikirkan Jeki. Dia bertanya-tanya apakah Jeki juga sedang makan malam atau dia sedang berada di suatu tempat sendirian, menikmati malam yang damai. Saat Nora beristirahat di kamarnya untuk bermalam, ia tidak bisa menghilangkan bayangan Jeki dari benaknya, merasakan rasa penasaran dan intrik tentang buruh tani misterius itu.

'Astaga...kok bisa ya gue crushin cowok secepet ini." Nora bermonolog dan masih dalam ketidakpercayaan ini.

●●●●●

Keesokan harinya, Nora bersemangat untuk memulai hari baru di desa terpencil. Setelah sarapan pagi bersama neneknya, ia pergi ke luar untuk menjelajahi area tersebut. Saat berjalan-jalan, dia melihat Jeki sedang bekerja di ladang di dekatnya, otot-ototnya berkilauan di bawah sinar matahari saat dia merawat tanaman membuat Nora diam-diam kagum.

Nora tidak bisa tidak ingin mengajak Jeki untuk mengobrol. Ia berjalan mendekatinya, berusaha untuk tidak mengganggunya, dan mengamati tangannya yang terampil saat dia dengan hati-hati sedang membuat pupuk yang akan digunakan. Jeki yang menyadari kehadiran Nora tersenyum kearahnya.

"Oh, dek Nora. Tumben pagi-pagi kesini?" Tanya Jeki.

"Cuma mau keliling aja, pak. Sama sekalian nyari udara seger." Jawab Nora santai meskipun ia sangat gugup. Jeki memahami perkataannya sehingga ia mengangguk.

"Oh ya, ngomong-ngomong kamu kelas berapa, Nora?"

"Eh? Aslinya..aku udah lulus kuliah, hehe."

Jeki terkejut lalu ia tertawa. "Oh beneran? Soalnya...kamu kek keliatan masih anak SMA."

"Haha...mungkin karena aku pendek, pak. Yah...kebanyakan orang ngira aku masih anak SMA."

Jake terkekeh lalu mereka berdua terdiam. Membuat Nora harus berpikir topik apa yang ia pakai untuk memecah keheningan ini.

"Uhm..Pak Jeki asli orang sini?" Tanya Nora yang dibalas dengan anggukan

"Iya, udah dari lahir tinggal disini. Oh ya, kek nya kamu belum keliling di desa ini. Mau aku temenin gak?"

Tawaran dari Jeki sontak membuat Nora terkejut.

"Eh...beneran, pak? Tapi pak Jeki baru aja kerja."

"Iya beneran. Lagian hari ini aslinya libur. Mau?"

"Iya, pak. Aku mau."

"Sip deh. Nanti ssiang jam 3 ya kita jalan-jalan keliling desa."

To Be Continued

PAK JEKI || JAKE SIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang