9

595 6 0
                                    

Keesokan harinya, saat berada di perkebunan, Nora terpeleset yang menyebabkan kakinya keseleo dan jantung Nora berdegup kencang saat ia terjatuh ke tanah, meringis kesakitan saat kaki kanannya terkilir di bawahnya. Sendirian di perkebunan karena para pekerja sudah kembali ke rumahnya masing-masing, ia berusaha untuk berdiri, namun rasa sakit di kakinya membuatnya tidak bisa berdiri. Merasa rentan dan terisolasi, Nora sangat berharap ada orang yang menemukannya sebelum malam tiba dan keadaannya semakin mengerikan.

Tak lama kemudian, ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Dia mendongak, berharap melihat salah satu pekerja perkebunan datang menolongnya. Yang mengejutkannya, ternyata itu adalah Jeki, pria yang ia hindari sejak kejadian itu. Dia bergegas ke sisinya, wajahnya terukir dengan keprihatinan.

"Mbak Nora, kenapa? Mbak gapapa?" tanyanya sambil berlutut di sampingnya. Suaranya penuh dengan keprihatinan, ada sedikit cemas dalam nadanya.

"Gapapa....cuma keseleo aja." kata Nora dengan canggung dan menghindari tatapan Jeki. Nora mencoba berdiri, dengan enggan membutuhkan bantuan dari Jeki tapi kakinya semakin sakit sehingga Nora jatuh kembali ke tanah.

"Sini, biar saya bantu mbak berdiri." Jeki dengan lembut menawarkan tangannya dan membantu Nora berdiri, sentuhannya terasa hangat dan menenangkan. "Saya antar mbak ke rumah ya biar bisa lihat kaki mbak." Dia membimbing Nora perlahan-lahan melewati perkebunan, kekhawatiran terukir di wajahnya.

Saat mereka berjalan kembali ke rumah, Nora membiarkan Jeki memapah tubuhnya. Meskipun kakinya terasa sakit, dia tidak bisa menahan rasa nyaman di dekat Jeki. Begitu mereka tiba, Jeki membantu Nora duduk di sofa dan dengan hati-hati memeriksa kakinya yang terluka. Dengan sentuhan lembut, dia mengangkat kakinya dan mengompresnya dengan es untuk mengurangi pembengkakan. Saat mereka duduk di sana, Nora menyadari bahwa mungkin ada yang lebih dari Jeki daripada yang dia pikirkan.

"Makasih." kata Nora singkat, masih menghindari tatapan Jeki.

"Sama-sama, mbak. Saya senang bisa membantu. Beritahu saya jika mbak butuh sesuatu yang lain." Jeki berdiri untuk pergi, tetapi ragu-ragu sejenak sebelum kembali padanya.

"Mbak Nora, kalay boleh tahu sepertinya mbak ngehindarin saya. Apa saya punya salah sama mbak?"

Nora terkejut dan ia menggelengkan kepala. "Tidak kok, pak." Ucapnya meskipun tidak jujur.

"Saya minta maaf ya sama mbak Nora, kalau saya ada salah." Jeki memberikan senyuman hangat, matanya menyampaikan ketulusan dan kepedulian.

Nora terdiam dan tidak menanggapi perkataan Jake. Ia masih enggan menatap Jeki. Kemudian ia memantapkan diri dan menatap Jeki.

"Saya yang harusnya minta maaf sama pak Jeki. Uhmm...gara-gara saya megang pak Jeki pas tidur disini."

Jeki terdiam kemudian ia menghela napas lega dan tersenyum lembut. "Oh, jadi mbak Nora canggung sama saya cuma karena itu toh? Kalau itu saya gak masalah, mbak."

Kecanggungan Nora mulai menurun setelah mendengar ucapan Jeki. Pria tersebut duduk di samping Nora.

"Kalo gitu, bagaimana kalo kita jadi teman sekarang? Yah...meskipun umur kita beda jauh banget." Tanya Jeki.

Nora terkekeh kemudian mengangguk. "Oke..uhm...berarti aku manggil kamu apa?"

"Panggil aku mas juga gapapa."

"Ok, berarti mas Jeki cuma manggil namaku aja."

"Oh ya boleh. Jadi, jangan canggung lagi diantara kita."

To Be Continued

PAK JEKI || JAKE SIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang