Pada malam hari Nora tidak bisa tidak memikirkan Jeki. Ia semakin jatuh cinta pada Jeki karena mereka berdua selalu menghabiskan waktu bersama di waktu senggang. Saat ini, Nora menghabiskan waktunya dengan membaca buku-buku roman dewasa yang membuat libidonya perlahan-lahan naik.
Nora semakin terikat dalam birahi saat membaca alur cerita novel yang menggambarkan suasana panas antara pria dan wanita dalam aktivitas bercinta. Nora merintih dan dia tidak bisa tidak membayangkan dirinya dan Jeki melakukan hubungan seks yang panas seperti dalam novel yang dibacanya.
Kegembiraan Nora semakin bertambah saat dia membenamkan dirinya lebih dalam ke dalam novel erotis tersebut, imajinasinya menjadi liar dengan pemikiran tentang Jeki. Dia dapat merasakan suhu tubuhnya meningkat dan jantungnya berdegup kencang, mendambakan sentuhan pria yang sangat dikaguminya. Saat dia membalik halaman, sebuah babak baru dimulai, mengungkapkan pertemuan penuh gairah antara protagonis novel tersebut, menyebabkan hasrat Nora untuk Jeki semakin meningkat.
"Ahh gue jadi sange banget."
Seiring Nora terus membaca novel dan berfantasi tentang Jake, kegembiraannya semakin kuat. Ia meraba daerah kemaluannya yang masih tertutupi celana pendeknya. Ia mulai merasakan sesuatu yang basah disana.
"Gue jadi basah gini."
Nora meletakkan buku novel dilantai dan ia berbaring, menatap plafon kamar dan memejamkan matanya. Napasnya menjadi memberat seiring perlahan-lahan hawa nafsu mulai melingkupi dirinya.
"Ahh bangsat, gue sange banget." Ucap Nora merengek. Karena ia sudah horni, Nora melepas pakaiannya hingga telanjang bulat. Dia mengeluarkan dildo yang dibawanya dari tas dan naik ke tempat tidur.
Untuk meningkatkan gairahnya lagi, Nora bersandar pada kepala tempat tidur dan mulai memainkan payudara dan putingnya, merintih pelan.
"Ahh kek nya enak tete gue yang gede plus montok ini diremes-remes ama tangan gede pak Jeki." kata Nora sambil memejamkan mata.
Nora mulai menumpuk dua bantal untuk dijadikan sandaran punggungnya. Kemudian ia menekuk kakinya dan membukanya dengan lebar. Ia mulai memasukkan dildo ke dalam vaginanya yang lembab dan mulai mendorongnya masuk dan keluar, mengerang pelan. Jari-jari tangan satunya menjelajahi tubuhnya, membelai putingnya dan membelai klitorisnya secara bersamaan. Sensasinya semakin meningkat, dan dia dapat merasakan orgasmenya semakin dekat.
Saat Nora terus menikmati fantasinya, dia kehilangan dirinya dalam pelukan penuh gairah dengan Jeki dalam pikirannya. Nafasnya semakin cepat, dan dia mendesah, tubuhnya bergetar karena kenikmatan. Saat dia hampir mencapai klimaksnya, ketukan tiba-tiba di pintu menyentakkannya kembali ke dunia nyata.
Ketukan di pintu tadi sungguh mengagetkan Nora, membuatnya melompat dan mengepalkan seprai di sekeliling tubuhnya yang telanjang. Nora merasa takut, gugup dan panik. Dia takut suara erangannya terdengar oleh seseorang yang mengetuk pintunya.
Jantungnya berdegup kencang saat ia berusaha mengatur nafas, tidak yakin apa yang harus dilakukan selanjutnya. Debar itu terus berlanjut, dan Nora tahu dia tidak bisa mengabaikannya selamanya. Dengan tangan gemetar, ia menyembunyikan dildo di bawah bantalnya dan dengan cepat mengenakan pakaiannya sendiri, berusaha terlihat setenang mungkin sebelum membuka pintu dengan hati-hati.
Saat Nora membuka pintu, dia berhadapan langsung dengan Jeki Jantungnya berdebar-debar saat matanya beralih dari wajah Jeki ke dildo yang mengintip dari bawah bantal di tempat tidurnya. Rasa malu dan cemas menyelimutinya, tapi Jeki sepertinya tidak menyadari ada yang salah. Sebaliknya, dia tersenyum hangat.
"Oh, pak Jeki. Ada apa ya?" kata Nora dengan canggung dan gugup.
"Mbak, ini kan mobil saya mogok di dekat sini dan ibu minta saya buat pake hp mbak buat telpon mobil derek. Maaf kalo saya ganggu mbak."
"Oh, gak kok. Sebentar, aku ambil hpku." kemudian Nora mengambil ponsel yang kebetulan berada di dekat bantal yang ia gunakan untuk menyembunyikan dildo.
Saat ia menyerahkan telepon kepada Jeki, ia tersipu malu, berusaha untuk tetap tenang saat Jeki meliriknya sebelum fokus melakukan panggilan.
"Makasih ya, mbak. Tadi..mbak ngapain? Hanya bersantai?"
Nora terkejut lalu tertawa kecil dengan canggung. "Ya..ya, bener. Cuma bersantai-santai aja," kata Nora santai meski tidak sepenuhnya jujur.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
PAK JEKI || JAKE SIM
RomantiekNora, gadis berusia 23 tahun mau tak mau harus menjalani takdirnya yang mendadak berubah total dengan tinggal di sebuah desa terpencil demi menemani sang nenek dan juga mengurus perkebunan dan persawahan milik keluarganya. Nora yang pada saat itu ha...