"Pa, please deh kenapa harus aku yang tinggal di desa sama nenek? Kenapa gak om-om aja yang ngurusin sawah sama kebun nenek?"
Bagi Nora, wanita berusia 23 tahun dengan tinggi 155 cm dan baru saja lulus sarjana, tinggal di sebuah desa adalah sebuah hal yang Nora takuti. Ia dengan kehidupannya yang sudah terbiasa di kota, yang dimana semua fasilitas ada dan menikmati kekayaan milik orang tuanya, memiliki pemikiran seperti itu. Nora menganggap tinggal di desa terpencil sangat susah bagi dirinya untuk beradaptasi karena lingkungannya yang masih belum sepenuhnya memakai teknologi, tidak sama seperti ibukota negara.
Daniel, ayah dari Nora hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Sifat Nora tetap masih saja meskipun anaknya baru saja lulus sarjana. Daniel memilih Nora untuk mengurus kebun dan sawah milik keluarganya dengan alasan untuk melatih Nora keluar dari zona nyaman. Ia tahu selama ini anaknya tidak melakukan hal-hal yang aneh, hanya saja Nora sepertinya harus keluar dari zona nyaman.
"Papa milih kamu karena papa pengen kamu keluar dari zona nyaman, nak. Lagipula, gak ada ruginya kamu lulusan hortikultura bisa lah ngurus kebun nenek."
"Tapi, pa. Emangnya aku bisa betah disana?" Tanya Nora gusar.
"Memang awalnya pasti kamu gak betah nak. Tapi lama-kelamaan kamu bakal betah kok." Ucap sang mama, Viona yang duduk disamping Nora dan memeluk si gadis bungsu dari samping.
Nora hanya bisa terdiam. Jika ini adalah keputusan yang sudah bulat, Nora hanya bisa apa. Dan pada akhirnya, Nora hanya bisa mengangguk pasrah.
Hingga keesokan harinya, Nora telah memasuki mobilnya lalu mulai mengendarainya setelah ia melambaikan tangannya pada orang tua Nora. Ia pun dengan fokus mengendarai mobil untuk pergi menuju ke rumah neneknya yang jaraknya tentu saja sangat jauh dari kota yang ia tinggali. Kemungkinan akan menghabiskan 12 jam untuk kesana. Sehingga Nora memilih untuk berangkat pagi-pagi.
Pada saat fokus Nora tertuju pada jalan, ponsel miliknya berbunyi, menandakan ada telepon dari seseorang . Setelah menekan tombol hijau, suara wanita yang familiar terdengar di telinga Nora.
Parah lu ra, cepet amat berangkatnya. Gue belum ngucapin salam perpisahan nih sama lo.
Nora terkekeh. "Sorry ya gis, soalnya gue juga disuruh sama bokap nyokap. Lagian akhir-akhir ini nenek gue sakit-sakitan."
Giselle, yang merupakan sahabatnya Nora pun kembali merespon.
Oh oke-oke. Tapi lo udah mikirin ini mateng-mateng kan? Yah...gue tahu lo aslinya gak mau diminta buat ngurus kebun keluarga lo.
"Ya mau gimana lagi. Gak ada satupun dari keluarga gue yang tinggal disana dan ngurusi kebun sama sawah. Gue juga kasihan sama nenek gue, tinggal sendirian terus."
Ah I see. Ya udah deh, kapan-kapan gue kesana deh.
"Wah boleh tuh. Kabarin aja ya kalo lo kesana."
Iya-iya. Ya udah deh, gue mau ada urusan. Hati-hati di jalan. Jangan mikirin bokep mulu pas dijalan.
Nora tersipu malu kemudian tertawa. "Iya deh, gue juga tahu batasan kali."
Setelah panggilan itu terputus, Nora menghela napas pasrah. Ia pun memulai membangun sebuah perasaan untuk memantapkan diri demi perintah orang tua. Mungkin akan ada saatnya Nora kesulitan beradaptasi disana, namun ia yakin seiring berjalannya waktu nanti, Nora akan terbiasa.
Dan akhirnya, Nora telah tiba di rumahnya pada pukul 7 malam. Setelah memakirkan mobil, Nora mematikan mesin dan keluar dari mobil. Kehadiran dirinya disambut dengan sangat baik oleh sang nenek yang sudah lama tak berjumpa. Nora sedikit berjalan cepat menghampiri neneknya kemudian ia memeluknya dengan erat.
"Astaga cucuku, kamu makin cantik aja."
Nora salah tingkah dan terkekeh. "Ahnenek bisa aja. Gimana kabar nenek?"
"Baik, nak. Kamu..gapapa kan tinggal disini?" Tanya nenek Nora yang bernama Hera.
"Iya kok, nek. Aku gapapa."
Kemudian Hera mempersilahkan Nora untuk masuk ke dalam rumah yang tampak sederhana namun sangat nyaman. Mereka berdua menghabiskan waktu bersama di jam makan malam dengan obrolan yang santai dan hangat.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
PAK JEKI || JAKE SIM
RomanceNora, gadis berusia 23 tahun mau tak mau harus menjalani takdirnya yang mendadak berubah total dengan tinggal di sebuah desa terpencil demi menemani sang nenek dan juga mengurus perkebunan dan persawahan milik keluarganya. Nora yang pada saat itu ha...