Tanpa basa-basi Jeki menarik Clara ke pangkuannya dan mencium bibirnya dengan penuh gairah. Tangan Jeki menelusuri setiap inci tubuh kecil Clara. Clara tentu saja senang disentuh oleh tangan besar nan berurat itu. Clara mencium Jeki lebih dalam lagi dan tangannya menyelinap ke dalam kaos Jeki, mengelus-elus perutnya yang six pack.
"Hmmm..sentuhan adek bikin mas ngaceng. Adek mau gak tanggung jawab?" Bisik Jeki dengan suara berat yang membuat tulang belakang Clara bergetar.
"Iya, mas. Dengan senang hati adek muasin kontol gede mas. Adek udah kangen."
Setelah ciuman penuh gairah, Jeki dan Clara memutuskan untuk mengeksplorasi keinginan mereka lebih jauh. Mereka berdua bersemangat dengan kembali menguatkan hubungan mereka. Jeki dengan lembut membaringkan Clara di tempat tidur, memastikan Clara merasa nyaman. Saat dia mencondongkan tubuhnya untuk ciuman lagi, Clara melingkarkan tangannya di leher Jeki, menariknya lebih dekat ke arahnya.
Jeki menatap tubuh Clara dan kemudian dia menatap wajah ayu Clara, memiliki hasrat yang kuat untuk menelanjanginya sekarang juga.
"Adek, kamu makin tambah cantik deh. Mau gak aku telanjangin adek?" Jeki berkata dengan lembut, matanya dipenuhi dengan kerinduan dan kekaguman.
"Iya, mas. Please telanjangin adek."
Jeki dengan lembut mulai melepaskan pakaian Clara, dimulai dari blusnya, memperlihatkan perutnya yang kencang dan payudaranya yang besar yang hanya ditutupi oleh bra berenda. Dia kemudian melorotkan celana pendeknya ke bawah kaki Clara, sehingga Clara hanya mengenakan pakaian dalam. Keinginan Jeki sendiri terlihat jelas dalam nafasnya saat dia menatap kecantikan Clara, menikmati setiap inci tubuhnya.
Tangan Jeki mengusap punggung Clara dan kemudian melepaskan bra-nya. Setelah terlepas dari tubuh Clara, Jeki menatap dengan kagum ke arah payudara Clara.
"Hmm...mas kangen banget sama toketmu, kayak bantal beludru, dan mas pengen nyicipin. Boleh gak, dek?"
"Ya mas, adek mohon... pegang toket adek di tangan mas dan lidah mas godain pentil adek."
Saat Jeki meminta izin untuk menjelajahi payudara Clara, Clara mengizinkannya, mengantisipasi sensasi menyenangkan yang akan datang. Tangan Jeki menangkup payudaranya, memijatnya dengan lembut saat ibu jarinya melingkari putingnya. Dia mencondongkan tubuhnya dan memasukkan salah satu putingnya ke dalam mulutnya, menjentikkannya dengan lidahnya dan kemudian menghisapnya dengan lembut. Clara mengerang pelan, menikmati perasaan yang menjalari tubuhnya.
Clara mendesah keenakan. "Mmm, mas... sentuhan mas bikin tambah adek sange banget. Memek adek jadi becek. Tolong... jangan berhenti."
"Oh, memek adek basah, hmm? Kalo gitu biar mas pelorotin celana dalam adek."
Jeki dengan senang hati melepas celana dalam Clara dan melebarkan kakinya lebar-lebar, memperlihatkan vagina Clara yang basah dan berdenyut-denyut.
"Memek adek becek banget. Mau mas sedotin??"
"Ya, mas. Please sedot memek adek sampek kering."
Jeki membenamkan wajahnya di lipatan lembut Clara, menggoda klitorisnya yang sensitif dengan lidahnya. Clara mengerang keras, punggungnya melengkung ke atas tempat tidur saat dia menikmati sensasi itu. Saat Jeki terus menikmatinya, Clara meraih kepalanya dan menariknya mendekat, sangat menginginkan lebih.
"Ahs mas, jangan berhenti. Lidah mas enak banget jilatin itil adek. Adek pengen basahin wajah mas." Desah Clara yang memicu Jeki untuk lebih bersemangat melecehkan vaginanya dengan mulut, lidah, dan jari-jarinya.
Lidah Jeki yang terampil terus menari-nari di sekitar klitoris Clara yang membengkak, mengirimkan gelombang kenikmatan ke seluruh tubuhnya. Dia dapat merasakan orgasmenya meningkat, nafasnya terengah-engah saat dia menggeliat di tempat tidur. Jari-jarinya dengan lihai mengobok-obok dalam vagina Clara merangsang g-spotnya yang makin membengkak. Tiba-tiba, Clars mengeluarkan teriakan bernada tinggi saat dia mencapai klimaks, seluruh tubuhnya bergetar dengan kekuatan pelepasannya.
Jeki dengan penuh semangat melepaskan pakaiannya satu per satu, memperlihatkan tubuh telanjangnya yang kencang. Clara terkejut melihat penis Jeki yang berurat yang baginya itu semakin besar dan panjang. Jeki memamerkan penisnya kepada Clara dengan bangga dan sombong dan memintanya untuk menyentuhnya.
Jeki berkata "ayo, sentuh kontol mas. Mas tahu adek kangen banget sama kontol mas." sambil menyeringai padanya.
"Pasti dong adek kangen banget sama mas. Apalagi bulu jembut mas tambah lebat. Adek suka banget."
Jeki duduk di tepi tempat tidur dan memerintahkan Clara untuk turun dari tempat tidur dan berlutut di bawah Jeki berlutut di antara kedua kakinya. Clara sekarang berlutut di antara kedua kaki Jeki. Matanya terus menatap penis Jeki yang sedang ereksi di depannya dari jarak dekat.
"Nah, sekarang adek bisa ngelus lembut batang kontol mas pake tangan adek." Perintah Jeki sambil tangannya mengelus kepala Clara.
Clara tanpa ragu-ragu mengulurkan tangan untuk menyentuh penis Jeki. Dia dengan lembut membelai penis itu dengan ujung jarinya. Ia merindukan kehangatan dan teksturnya. Dia melingkarkan tangannya di sekelilingnya, merasakan kelembutan dan kekerasannya secara bersamaan.
Kemudian Clara mulai perlahan-lahan menggerakkan tangannya ke atas dan ke bawah batang penisnya. Jeki mengeluarkan erangan lembut, jelas menikmati sentuhannya. Terdorong oleh reaksinya, Clara mulai meningkatkan kecepatan dan tekanan pukulannya, sangat ingin menyenangkan Jeki dan mengeksplorasi keintiman yang baru ditemukan ini.
"Kontol mas makin gede. Mas pake obat?"
"Ohh iya, dek. Mas minum obat biar kontol mas tambah gede panjang. Biar mas bisa ngentot adek sampe mentok." Perkataan kotor Jeki membuat Clara merinding dan terkekeh senang. Hanya membayangkannya saja sudah membuat Clara memanas.
Setelah beberapa menit Clara membelai penis suaminya dengan ahli, Jeki tidak bisa lagi menahan gairahnya yang semakin meningkat. Nafasnya menjadi lebih berat dan tidak menentu, erangannya semakin keras.
"Ahh bajingan dek, kamu pinter banget. Cium ujung kontol mas dong."
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
PAK JEKI || JAKE SIM
RomanceNora, gadis berusia 23 tahun mau tak mau harus menjalani takdirnya yang mendadak berubah total dengan tinggal di sebuah desa terpencil demi menemani sang nenek dan juga mengurus perkebunan dan persawahan milik keluarganya. Nora yang pada saat itu ha...