"E-eh...maaf, Nora, aku gak bermaksud ganggu kamu. Kalo kau butuh privasi, aku bisa kembali lagi nanti."
"E-eh gakk usah, mas. Kamu gak ganggu. Kamu juga ingin mandi disini, kan?" Nora berkata dengan canggung dan pipinya memerah.
"Ya, sama buat nenangin diri, hehe. Aku gak tahu kalo kamu disini."
Nora tersenyum canggung, masih dibalik batu besar yang membantu menutup tubuh telanjangnya di depan Jeki. "Oh ya udah, mas bisa mandi disinu. Aku udah selesai kok, mau pake baju."
"O-oh oke. Makasih, Nora." Dia tersenyum malu-malu, masuk ke dalam air sebelum menarik napas dalam-dalam dan menenggelamkan dirinya. Saat dia muncul kembali, dia tidak bisa tidak mencuri pandang ke arah Nora, masih merasa sedikit bingung karena memergoki Nora di saat-saat yang begitu.
Setelah Nora berpakaian dan meninggalkan air terjun, Jeki menghela nafas lega sehingga dia menurunkan celananya hingga dia benar-benar telanjang dan melihat penisnya yang ereksi karena menyaksikan Nora masturbasi tadi sambil mengerang memanggil nama Jeki.
Membayangkan Nora telanjang seperti sebelumnya meskipun dia membelakangi Jeki, membuat Jeki semakin bernafsu. Dia meludahi penisnya lalu tangannya mulai mengelusnya.
Saat Jeki terus mengelus penisnya, dia tidak bisa tidak membayangkan seperti apa rasanya tubuh Nora di atas tubuhnya sendiri. Dia ingat bagaimana Nora menggosok-gosok dirinya sendiri dan mengerang menyebut namanya, yang membuatnya semakin terangsang. Nafasnya semakin cepat dan dia menggigit bibirnya, mencoba menahan erangan yang menumpuk di tenggorokannya. Meskipun air di sekelilingnya dingin, kulit Jeki memerah karena hasrat saat dia meraih pelepasan yang telah terbangun sejak dia secara tidak sengaja menemukan momen pribadi Nora.
"Ahhh asu. Rasanya pengen ngewe sama Nora." Gumam Jeki gelisah.
Saat Jeki mencapai klimaksnya, dia menutup matanya dan membayangkan Nora dalam pikirannya. Bayangan tubuh telanjang Nora dan suara erangannya membuatnya hampir mencapai puncaknya, dan dia mengeluarkan erangan pelan saat dia selesai. Setelah beberapa saat, dia membuka matanya dan menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk mendapatkan kembali ketenangannya. Dengan Nora yang sudah pergi dari air terjun, Jeki memutuskan sudah waktunya baginya untuk pergi juga. Dia segera membersihkan diri dan berpakaian, memastikan untuk menyimpan pikirannya tentang Nora jauh di dalam pikirannya. Dia meninggalkan area air terjun, berharap untuk menghindari pertemuan lebih lanjut dengan Nora hari ini, karena dia tidak yakin dia bisa mengendalikan perasaannya jika mereka bertemu lagi secepat ini.
●●●●●
Ketika Clara sedang mandi, dia mendengar ketukan di pintu kamarnya. Jadi Clara terpaksa menunda sesi mandinya dan melilitkan handuk ke tubuhnya yang basah. Ketika dia membuka pintu, Clara terkejut menemukan Jay di sana dengan senyum menawan.
"Oh, Jay. Ada apa? Butuh sesuatu?" Dia menyeringai lucu, membiarkan handuknya menurun sedikit, memperlihatkan sedikit belahan dada.
"Enggak. Cuma kangen sama pembantuku yang cantik ini." Ucap Jay menggoda Clara, bersandar pada kusen pintu.
Clara terkekeh malu. "Masa sih? Padahal aku cuma pembantumu lho. Lagian kamu tadi ketemu aku kan."
Jay tertawa kecil dan mencubit pipi Clara gemas. "Aku gak ganggu kamu, kan?"
"Yahh antara iya atau enggak. Aku lagi mau mandi." Ucap Clara santai, masih memeluk handuknya erat-erat di sekujur tubuhnya.
"Kalo gitu....mau gak aku bantu kamu mandi. Sayang banget kalo orang secantik kamu gak ada yang nemenin kamu." Jay menyeringai, matanya menjelajahi tubuh Clara yang nyaris tak terlihat oleh handuk.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
PAK JEKI || JAKE SIM
RomanceNora, gadis berusia 23 tahun mau tak mau harus menjalani takdirnya yang mendadak berubah total dengan tinggal di sebuah desa terpencil demi menemani sang nenek dan juga mengurus perkebunan dan persawahan milik keluarganya. Nora yang pada saat itu ha...