Bab 2

382 32 2
                                    

Perth sedang membolak balikkan beberapa berkas yang harus ia kerjakan. Cukup banyak membuatnya melupakan makan siang. Perth sering meninggalkan makanannya semenjak istrinya Earth pergi. Pola makanannya tidak teratur membuat sang asisten sekaligus sahabatnya cengah.
"Perth berhentilah dulu, sudah waktunya makan siang"
"hmm"
"hmhm hamhmm, cepatlah lihat aku sudah menyiapkan makanannya"
Perth tidak mengubris ucapan sahabatnya, perth tetap melajutkan pekerjaannya. Sang sahabat yang melihat kelakuan perth mehela nafas panjang karena sudah lelah dengan tingkah perth.
"PERTH" teriak Mark
"Berisik" ucap perth dengan melangkahkan kakinya menuju kesofa yang telah diduduki sahabatnya. Mark selaku sang sahabat senang karena perth menurut. Walaupun dia harus berteriak terlebih dahulu.

Perth tiba-tiba merasakan perbedaan rasa makanananya, perth heran bukankah Mark selalu memesan makanan ditempat yang sama. Tapi dari tampilan tidak ada yang berubah hanya rasa yang lebih enak. Mark yang tahu tautan kening wajah perth yang bigung tertawa smirk.
"Aku memesan ditempat yang berbeda, dekat kampus kita dulu, resto favorit Saint"
"Uhukk"  perth tersedak tiba-tiba karena ucapan Mark. Mendengar nama itu membuatnya begitu kaget.
"Hati-hati perth kau ini hanya menyebutkan namanya saja sudah tersedak, apalagi jika kau mendengar dia kembali"
Perth segera menormalkan wajahnya kembali dan melanjutkan makanannya kembali. Mark yang melihat kelakuan Perth hanya menggelangkan kepalanya.
"Pemilik resto itu adalah sahabat Saint, tadi aku tak segaja melihat dia untuk itu aku mengikutinya ehh ternyata dia masuk resto yang cukup terkenal. Aku fikir ketika aku mengikutinya aku jadi mengetahui petunjuk di mana Saint berada tapi ternyata nihil, karena aku sudah masuk ya sudah aku membeli makanan disitu saja."
"Bagaimama kau bisa tahu jika itu adalah tempat favoritnya?"
"Karena aku menemukan foto Saint di Pots storynya pemilik resto bahwa ia mengatakan sahabatku si pelanggan setiaku"
Perth hanya mengganggukan kepalanya. Setelah menyelesaikan makanannya perth, melangkahkan kakinya ke meja besarnya dan melanjutkan tugasnya.
"Dasar Perth respomu menyebalkan" sidir mark.

Ditempat lain seorang anak laki-laki termenung, akhir akhir ini teman sekelasnya mongoloknya karena tidak punya ibu. Anak kecil itu terdiam ia tidak menangis tapi  Memendam rasa sakit hatinya. Tak ada yang tahu bahwa akhir-akhir ini ia sering dibully karena tidak punya ibu. Bahkan ia tidak melaporkan pada Daddy, anak kecil itu berfikir, Daddynya sudah bekerja keras, jadi dia tidak ingin merepotkan Daddynya. Ia masih bisa menahannya walaupun hatinya rasanya sangat sakit.
Sang guru yang melihat Ae siswanya yang tidak mengubris sapaanya melangkah menghampirinya.
"Hey Ae kau kenapa terdiam disini nak, apa kau tak ingin bermain?"
Ae hanya mengeleng menjawab pertanyaan gurunya, tak minat.
"Kenapa nak, kenapa wajahmu sedih hmm, coba lihat Miss"
"Miss apakah Ae selamanya tidak akan mempunyai ibu?"
"Hei nak kenapa kau berfikir seperti itu"
" Ae sayang Kau akan mempunyai ibu hanya saja takdir belum mempertemukannya"
"Apakah sehina itu miss anak yang tidak mempunyai seorang ibu?"
"Sampai yang bilang hmm, katakan pada miss supaya Miss bisa menghukumnya hmm?"
"Teman-teman"
"Ae dengarkan Miss baik-baik ya nak, Ibu adalah segala galanya, orang yang telah melahirkan kita didunia  jika tidak ada ibu bagaimana cara kita dilahirkan?. sebagai anak kita tidak bisa memilih ibu  mana yang akan melahirkan kita, Ae setiap ibu sangat bahagia bisa mengandung kita yang sangat diharapkan, melahirkan kita, merawat kita. Kasih sayang ibu tak sehingga Ae. Tak mempunyai ibu bukanlah hina hanya saja tuhan lebih menyanyangi ibu Ae untuk itu ibu Ae lebih dulu pergi. Walaupun  ibu Ae telah pergi tapi dia tetap dihati Ae yang terdalam yang tak akan pernah meninggalkan Ae, paham ya nak?"
"Paham Miss"
"Ya sudah sekarang masuk kelas sebentar lagi bel masuk"
Ae terseyum kembali dan pergi dari hadapan Missnya. Hatinya sudah tenang karena ucapan Missnya walaupun tidak bisa menghentikan olokan temannya. Tapi karena ucapan Missnya membuatnya lebih tenang

"Sudah puas hmm saint, kasihan dia setiap hari aku mendengar olokan temannya "
"Kau bisa menghukumnya Mia kau adalah guru disana"
"Aku memang bisa menghukum mereka tapi aku tidak bisa melihat dia selalu bersesih ketika melihat anak-anak dijemput ibu mereka sedangkan dia hanya dijemput oleh supir suruhan perth"
"Apakah perth tidak tahu bagaimana keadaan anaknya yang sebenarnya"
"Sepertinya Ae menutup mulutnya soal dia yang dibully"
"Huff mereka sama sekali tidak seakur apa yang kubayangkan padahal mereka ayah anak kandung"
"Untuk itulah kembalilah supaya keadaan lebih baik"
"Aku belum siap Mia"
"Saint apa yang membuatmu belum siap? Hatimu"
"Bukan"
"Lalu apa?"
"Belum saatnya"
"Chekss sampai kapan? tahun depan lagi, tahu lalu kau juga mengucapkan itu saint. Kau menunggu apalagi sih Saint?"
"Kau akan tahu ketika sudah saatnya Mia"
"Saint, Saint hallo, cheks dia memantikan telfonnya lagi"
Entah apa yang sedang direncanakan sahabat itu semoga itu hal yang baik kedepannya, hanya itu diharapkan mia untuk Sahabatnya.
Mia rela menjadi guru di sekolah dimana ae belajar hanya untuk mengawasi ae dan melaporkan semua tentang ae kepada sang sang sahabat. Walapun sang sang sahabat Saint terlihat tak perduli tapi diam-diam saint perduli pada keluarga tanapon, dan semua bentuk pengawasanlah dari jauh adalah salah satu bentuk keperdulian saint.


See you next chapter...semoga bisa apluod setiap hari ya..Bye bye

I'm Always By Your Side "Tanapon" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang