"Saya Johannes Franklin." ucap polisi pria itu yang ternyata bernama Johannes Franklin.
Paras tampan nan rupawan dimiliki oleh Johannes Franklin. Alis, mata, hidung, bibir, semua tertata rapi. Penampilan yang gagah dapat membuat para mata wanita melirik. Wangi yang dimilikinya sangat harum. Rambut yang rapi menambah ketampanan yang dimiliki olehnya.
"Saya tidak peduli." balas Pak Charles yang sambil menaikkan kedua kakinya ke atas meja interogasi.
"Maaf sebelumnya, tapi tolong turunkan kaki anda. Anda tidak diperbolehkan untuk menaikkan kaki anda ke atas meja." ucap Johannes masih dengan sopan dan kesabaran yang tinggi.
"Untuk apa? Kantor polisi ini bahkan bisa saya beli." kata Pak Charles menyombongkan kekayaan dirinya.
"Di kantor polisi dan di mata hukum semua derajat orang sama di sini. Jadi tolong turunkan kaki anda sebelum saya melakukan hal yang tidak diinginkan." jelas Johannes yang masih bersabar.
"Siapa anda menyuruh saya untuk menurunkan kaki?" tanya Pak Charles dengan wajah yang merendahkan.
"Apa anda... Seorang konglomerat?" lanjutnya lagi.
TREKTEK!
Suara pistol yang sudah siap menembak pun diarahkan ke arah Pak Charles.
Johannes yang terus direndahkan merasa tidak terima dengan perlakuan Pak Charles padanya. Dia mengira bahwa emosinya dapat dia kontrol. Tapi tidak dengan kenyataan.
"Turunkan." ucap Johannes yang sudah naik pitam.
"Haha! Anda kira saya takut dengan ancamanmu? Anda bahkan tidak akan bisa menemb---"
JEDERRR!!!
Satu buah peluru mendarat di bahu kanan Pak Charles yang membuat Pak Charles terkejut dan kesakitan. Pergelangan tangannya yang masih diborgol tidak dapat berbuat apa-apa. Dia yang kesakitan hanya bisa menurunkan kakinya lalu meringkuk kesakitan di lantai.
Esmerald dan para polisi yang sedang melihat CCTV ruangan interogasi pun terkejut dan segera berlari ke arah ruangan itu.
"ANDA AKAN DIHUKUM KARENA MELANGGAR PERATURAN!!! ARGHHH!!!" teriak Pak Charles yang kesakitan.
"Peraturan pun akan berpihak pada saya jika melihat ketidaksopanan yang anda miliki." ucap Johannes lalu menurunkan pistol itu secara perlahan.
KREK!!
Pintu ruangan itu pun terbuka. Esmerald langsung menghampiri Johannes. Polisi lain langsung membawa Pak Charles keluar untuk diobati.
"Seharusnya tadi aku membiarkanmu untuk memukulnya." ucap Johannes yang melihat ke arah tempat Pak Charles tadi meringkuk kesakitan.
"Ku kira kamu akan sabar menghadapinya. Ternyata tidak. Hahaha! Ayo, kita ke cafe untuk menurunkan emosi hahahaha!!!" kata Esmerald dengan sedikit tertawa dan merangkul Johannes yang masih emosi itu keluar dari ruangan itu dan pergi ke cafe untuk menenangkan diri.
Esmerald dan Johannes memang sudah dekat. Bahkan sangat dekat. Di pandangan orang-orang, mereka sudah menjadi pasangan. Tapi pada kenyataannya, mereka hanya dekat. Mungkin suatu saat nanti mereka akan menjadi pasangan polisi yang lucu.
__________"Aku penasaran dengan keadaan Pak Charles sekarang. Apakah dia langsung mengakui semuanya atau berbohong." kata Nerissa yang sedang duduk bersantai di sofa dengan Luigi.
"Entahlah. Huhh... Aku hanya berharap tidak ada yang akan terjadi lagi." balas Luigi yang kemudian memejamkan matanya perlahan.
Tiba-tiba Nerissa teringat dengan sesuatu yang ingin dia tanyakan kepada Luigi.
"Luigi..." panggil Nerissa.
Luigi yang merasa terpanggil pun kembali membuka matanya dan melihat ke arah orang yang telah memanggilnya.
"Ya?" tanyanya.
"Saat di kantor polisi tadi, bagaimana bisa kamu berbicara seperti orang yang sangat pintar? Apakah di tempat tinggal mu dulu ada sebuah sekolah? Tapi aku tidak pernah melihatnya." tanya Nerissa heran.
"Haha, ucapanku tadi terlalu aneh ya?" tanya Luigi kepada Nerissa.
"Tidak. Hanya saja kamu menjadi orang yang sangat banyak ilmu. Aku yang setiap hari belajar di perpustakaan sekolah, sepertinya tidak bisa sepertimu." lanjut Nerissa.
"Kalau untuk itu, walaupun aku tidak bersekolah. Tapi dulu pada saat aku berkeliling di sekitaran hutan yang tidak jauh dari tempat tinggal ku, aku bertemu wanita yang sepertinya sudah menikah. Dia berpapasan denganku. Dia terlihat ketakutan. Sepertinya itu ulah Pak Robert."
"Aku yang dulu bingung, dan tidak mengerti apa-apa pun hanya bisa terdiam saat wanita itu meminta tolong padaku. Aku kembali ke rumah dan membawakan sebotol air dan sedikit makanan yang ada di rumahku."
"Dia berterimakasih padaku dan berjanji akan kembali lagi di tempat kita berpapasan. Dia menyuruhku untuk selalu di sana pada jam yang sama dan tempat yang sama."
"Entah bagaimana dia bisa keluar dari hutan itu dengan selamat, tapi setiap hari wanita itu mengunjungiku dan selalu membawa buku-buku pelajaran yang sepertinya itu adalah buku pelajaran anaknya."
"Dia bilang bahwa anaknya sudah lulus dan sudah bekerja. Jadi dia menyerahkan semua buku pelajaran itu secara bertahap setiap hari. Sebelum aku belajar dari buku tersebut, aku ingat bahwa aku diajari olehnya bagaimana cara membaca, menulis dan menghitung."
"Aku tumbuh besar dengan buku-buku itu. Aku bersembunyi belajar dibawah pohon dan memastikan bahwa aku tidak terlihat oleh siapapun. Aku senang belajar. Belajar adalah salah satu hobiku."
"Tapi suatu hari, wanita itu berhenti datang menghampiriku dan hilang begitu saja. Jujur saja, aku sangat sedih ketika dia tidak datang menemui ku lagi. Tapi, aku akan selalu mengingat apa yang telah dia beri padaku."
"Aku tidak tau dia masih hidup atau bahkan sudah tiada. Aku selalu belajar. Semua buku pelajaran yang dia beri kepadaku itu lengkap bersama buku tulis kosong untukku berlatih. Dari pelajaran kelas satu sekolah dasar, sampai pelajaran kelas tiga sekolah menengah atas."
"Karena belajar juga lah aku selalu dimarahi oleh ibuku. Ibuku mengira aku bermain bersama teman-temanku dari pagi buta sampai malam. Padahal aku sedang membaca, belajar dan berlatih dengan semua buku-buku itu."
"Aku masih menaruh buku-buku itu di bawah kasurku. Ibuku tidak pernah menemukannya karena aku selalu disuruh untuk membersihkan kamarku sendiri. Ibuku tidak pernah memeriksa kamarku. Yaa.. Begitulah ceritaku yang gemar belajar ini. Aku harap dapat menemukan wanita itu suatu saat nanti."
Nerissa mengangguk paham dengan penjelasan yang panjang sekali dari Luigi. Nerissa mengakui bahwa Luigi adalah orang yang semangat untuk belajar dan menaruh semua pelajaran itu di otaknya dengan baik.
Nerissa menyadari bahwa jika ingin mendapatkan pengetahuan yang banyak di otaknya, dia harus menyukai apa yang dinamakan belajar. Bukan karena terpaksa. Selama ini dia selalu menuntut dirinya untuk mendapatkan nilai yang sempurna untuk membanggakan dirinya dan keluarganya.
Pada saat-saat seperti ini ranking dan nilai itu tidak penting. Semuanya tampak sia-sia. Perjuangannya selama ini hancur seketika.
"Adakah yang ingin kamu tanyakan lagi padaku?" tanya Luigi yang bingung melihat Nerissa hanya diam saja.
"Tidak. Hanya itu yang ingin aku tanyakan padamu." balas Nerissa dengan senyuman lebar.
____________"Dia sepertinya mempunyai kepribadian ganda."
_Bersambung_
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECT : Serenesia To Tranquilvale [TAMAT]
Mystère / ThrillerBagaimana jika serangga dapat mengubah hidup anda? Infeksi virus yang menyebar melewati media serangga dimulai dari tempat-tempat terpencil. Infeksi virus dari serangga ini kian menyebar dengan ganas ke seluruh penjuru kota. Berperilaku tidak seper...