10.

4.3K 576 34
                                    

•~•

Kembali ke posisi Rion yang ternyata membawa Funin ke ruangan pribadinya.

Rion yang sudah duduk di kursi kerjanya menatap Funin yang juga diam menatap nya.

"Duduk" Tanpa sepatah katapun Funin dengan santai duduk tepat di depan Rion, hanya meja kerja Rion yang menghalangi keduanya.

"Funin." Tatapan Rion yang semula santai kembali serius, matanya menatap tajam Funin yang hanya di balas tatapan santai Funin.

"Gua mau nanya satu hal sama lo"

"Apa?"

"Lo kenal dia? Gua minta lo jawab jujur" tatapan tajam Rion layangkan pada Funin.

"Gua ngga kenal dia dan gua jujur"

"Ngga kenal tapi sepeduli itu? Sejak kapan seorang Funin peduli sama orang asing?"

Funin menghela nafas lelah.
"Gua ngga bohong, gua ngga ada hubungannya sama dia, lo bisa percaya sama gua"

"Gimana gua bisa percaya sedangkan lo se khawatir itu sama orang asing itu, bahkan lo panik nyariin Sui, itu yang lo bilang ngga ada hubungan?" Pernyataan Rion membuat Funin kaget.

"Jangan nanya gua tau dari mana karena gua ngga akan kasi tau." Funin yang ingin berbicara langsung bungkam kala mendengar ucapan Rion.

"Ck! Gua berani sumpah kalo gua ngga kenal dia, gua malah ngga tau namanya, s-soal malam itu gua juga ngga tau kenapa gua panik!" Funin berujar sinis.

Rion menghela nafas berat sambil memijit tulang hidung, kepalanya mendadak pusing

"Gua juga mau nanya sesuatu"

"Hm Apa?"

"Apa alasan lo nyiksa dia kayak gitu?"

"Bukannya udah jelas? Dia penyusup dan penyusup harus di musnahkan." Rion menjawab dengan santai yang di mana membuat Funin emosi.

"Lo udah interogasi dia?" Tanya nya.

Rion diam, dia memang belum mengintrogasi orang yang dia yakini penyusup itu, malam itu dia yang sedang kalut tanpa peduli apa-apa menyiksa orang yang belum tentu terbukti bahwa dia adalah seorang penyusup dan bahkan tanpa bertanya apa-apa dia langsung dengan tega nya melakukan hal kejam pada sosok yang terlihat lemah itu.

"Belum kan? Lo keterlaluan yon! Dia hampir mati gara-gara lo! Lo sadar ngga sih?!" Funin yang terbawa emosi tanpa sadar nada bicara nya meninggi, hal itu cukup membuat Rion kaget. 

"Udah pasti lo ada hubungannya sama dia, bahkan sekarang lo udah berani naikin nada bicara lo ke gua. Heh kayaknya siksaan gua kemarin kurang ya." Rion berucap dengan senyuman sinis yang terpatri di bibirnya.

Funin tak habis pikir dengan isi pikiran Rion,
"Lo benar-benar udah gila yon"

Rion mengangkat bahunya tak peduli
"Udah ngga ada lagi kan? Lo boleh pergi"

Funin tanpa berkata apa-apa langsung berbalik dan pergi meninggalkan ruangan, sebelum benar-benar pergi Funin sempat mengatakan sesuatu pada Rion.

"Papi harus istirahat jangan kerja terus, ngga kasian apa sama diri sendiri yang udah tua?" Setelah mengatakan itu Funin pergi dengan wajah datar, mau seperti apapun marah nya ke Rion, Rion tetap lah sosok ayah baginya.

Rion yang mendengar kata-kata Funin seketika kesal, ingin sekali rasanya dia melemparkan granat pada anak nya yang satu itu.

Lagi-lagi helaan nafas terdengar di ruangan yang hanya tersisa Rion sendiri, dari pada pusing memikirkan hal yang tak penting Rion memilih bangkit dan berjalan keluar ruangan nya menuju ruang bawah tanah menemui para bajingan yang seenaknya mengganggu ketentraman sekolah.

WOLF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang